Jalan-jalan

Tiga bulan berlalu

Ayu melewati kehidupannya menjadi seorang ibu sekaligus ayah. Siang bekerja dan malam menemani ketiga anaknya. Merawat mereka dengan penuh kasih sayang yang tidak akan tergantikan. Walaupun gajinya sebagai pelayan di rumah makan tak seberapa, ia mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk membayar kontrakan.

"Bajuku robek, Ma." Hanan menunjuk kemeja kesukaannya itu bolong di bagian ketiak. 

"Sebentar ya, Sayang. Mama selesaikan ini dulu." Ayu menyusun makanan di meja makan. Hari ini ia tidak bekerja karena akan bertemu dengan pengacara yang mengurus tentang perceraian nya. Ia sengaja tidak pernah datang ke pengadilan dan meminta pak Angga untuk mengurus semuanya. 

"Hari ini mama mau pergi sebentar, Hanan jaga Alifa, nanti sore kita jalan-jalan naik andong," jelas Ayu supaya Hanan tak protes dengan kepergiannya. 

Mata Hanan berbinar. Setelah sekian lama terkurung di rumah itu, akhirnya ia bisa menghirup udara di luar. Meskipun hanya naik andong, itu sudah membuatnya tersenyum renyah. 

"Nanti sekalian kita makan di restoran ya, Ma?"

Ayu mengangguk seketika. Kemarin ia baru saja gajian, dan sekali-kali menyenangkan anak-anaknya untuk makan di luar.

Semoga setelah ini aku bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan bisa menyekolahkan Hanan. 

Ayu terus berdoa dan berusaha  memberikan mereka yang terbaik. Baginya hidup miskin bukan halangan bagi ketiga anaknya menempuh pendidikan tinggi. 

Menyusul Alifa yang tampak murung di kamar, sedangkan Adiba masih tenggelam di alam mimpinya. 

"Kamu kenapa, Nak?" Ayu mendekati Alifa dan menghadap ke arah yang sama. 

"Papa ke mana, Ma? Kenapa gak pernah tinggal bersama kita lagi?" 

Alifa bergelayut manja di lengan Ayu. Permintaannya pun seperti sebuah tuntutan yang tak bisa ia penuhi. 

Jika Hanan sudah mulai paham dengan keadaan orang tuanya. Tidak untuk Alifa, ia menganggap ayahnya itu pergi ke luar kota, akan pulang dan tinggal  bersama mereka lagi. 

"Di sini sudah ada mama, jadi Alifa gak perlu menanyakan papa lagi. Mama akan melakukan apa saja untuk Alifa." Mencium pipi gembul bocah itu dan memeluknya dengan erat. Terus merayu nya supaya bisa melupakan Ikram. 

Alifa mengangguk, meskipun ada rasa rindu yang membelenggu, ucapan Ayu membuatnya sedikit lupa. 

Ayu pergi ke sebuah restoran untuk bertemu dengan pak Angga. Layaknya wanita tanpa beban, ia berjalan lenggang. Menegakkan kepalanya dan memasang wajah yang tegar sudah menjadi ciri khas orang Ayu Lestari. 

"Maaf, Pak. Saya sedikit terlambat." Ayu duduk di depan pak. 

"Gak papa, Bu. Saya tahu pasti ibu sangat sibuk setelah bercerai dari pak Ikram."

Pak Angga mengeluarkan beberapa berkas dari tasnya lalu menyodorkan di depan Ayu. 

"Ini adalah surat dari pengadilan," ucap pak Angga lirih. Menjelaskan isi dari surat itu.

"Tapi ibu tenang saja, anak-anak akan mendapatkan uang dari pak Ikram setiap bulan, dan itu adalah keputusan mutlak dari pengadilan."

Ayu tersenyum lalu memasukkan berkas ke dalam, tas. "Terima kasih karena bapak sudah membantu saya." Menangkupkan kedua tangannya di depan pengacara itu. 

Ponsel berdering yang membuat pak Angga berpamitan. 

"Ini ada sedikit uang dari saya untuk Hanan." Memberikan sebuah amplop coklat pada Ayu. 

Seketika Ayu menolaknya. Namun, Pak memaksa dan memasukkan uang Angga itu ke dalam tas Ayu kemudian berlari terburu-buru. 

"Apa aku terlalu menyedihkan sampai dikasihani orang lain?" Tersenyum kecil. Lalu ikut pergi untuk memenuhi janjinya pada Hanan.

Namun, langkahnya berhenti saat suara familiar itu memanggilnya dari arah belakang. 

"Aku rasa urusan kita sudah selesai. Jadi gak ada yang perlu dibicarakan lagi," ucap Ayu tanpa menoleh. 

Hatinya akan kembali sakit jika berhadapan dengan pria itu, bukan karena penghianatan yang dilakukan, akan tetapi sikapnya yang tak peduli pada anak kandungnya sendiri. 

"Aku hanya ingin mengingatkan kalau mulai hari ini kita tidak ada hubungan lagi. Jadi jangan pernah menghubungiku."

Ayu tertawa lepas, mau tidak mau ia harus angkat bicara. Tidak ingin lagi Ikram menganggapnya masih berharap, karena dari lubuk hati terdalam sedikitpun tidak ingin kembali pada pria tersebut. 

"Dari awal aku pergi, sekalipun aku gak ada niat untuk menghubungi kamu, jadi tenanglah! Karena aku bisa hidup tanpa kamu," ucap Ayu yakin. Menunjukan bahwa Ikram bukankah orang yang membuat nya lemah. Akan tetapi, dengan kejadian itu Ayu mendapatkan banyak pelajaran dan tidak akan bergantung pada orang lain, sekalipun itu adalah orang terdekat. 

Ayu meninggalkan Ikram saat mengingat janjinya pada Hanan. 

Layaknya anak yang lain, bibir Alifa dan Hanan terus mengulas senyum saat Ayu mengajak mereka naik Andong. Selain bisa menikmati indahnya pusat kota dengan lebih leluasa, ini adalah pertama kali Hanan mengenal kendaraan tradisional itu secara langsung. 

Mungkin dengan begitu bisa membuat ketiga anaknya lupa tentang Ikram. Ia tak ingin melihat mereka sedih karena harus kehilangan seorang papa. 

"Apa Hanan suka naik ini?" tanya Ayu setelah kuda mulai melaju di antara kendaraan lain. 

"Suka, Ma. Nanti Hanan bisa bercerita dengan __" Menghentikan ucapannya lalu menundukkan kepalanya. 

"Dengan siapa, Nak?" tanya Ayu memastikan. 

"Dengan bi Ninik," ucapnya bohong.

"Oh…" Ayu hanya ber Oh ria kembali menyanyikan lagu delman pada Alifa dan Adiba. 

Puas naik andong, mereka turun di depan sebuah restoran untuk mengabulkan permintaan Hanan. Khusus hari ini Ayu menuruti semua permintaan anak-anaknya. 

Disaat Ayu menikmati makanannya, tiba-tiba ada seseorang yang datang menghampirinya.

Seseorang yang tak asing di mata Ayu. Meskipun sudah sangat lama berpisah, ia tak lupa dengan wajah orang itu. 

"Calvin," Ayu meletakkan sendoknya dan beranjak. 

"Ternyata kamu masih mengingatku, Yu." Calvin tersenyum. Menatap Hanan dan Alifa yang sibuk dengan makanan masing-masing.

Ayu berdecak kesal.

"Mereka anakmu?" tanya Calvin mengusap kepala Alifa dan Hanan bergantian. 

"Iya, dan ini yang paling kecil." Menunjuk Adiba yang ada di sampingnya. 

"Apa aku boleh bergabung?" 

Ayu menatap kursi yang masih kosong lalu mengangguk. Mempersilahkan Calvin untuk duduk.

Setelah sepuluh tahun tak saling sapa, mereka terlihat akrab. Bahkan, Calvin mampu membuat Hanan dan Alifa terus tertawa dengan kelucuannya.

"Ngomong-ngomong, suamimu ke mana?" tanya Calvin celingukan.

Ayu tersenyum kecut. Dari hati, enggan membahas Ikram, namun ia harus menjawab semua pertanyaan yang ditujukan padanya.

"Aku dan mas Ikram sudah bercerai," jawab Ayu malas. "Sudahlah, gak usah bahas ini lagi." Ayu mengalihkan pembicaraan.

Ia tidak ingin mengingat pria yang sudah membuat kehidupan anak-anaknya menderita. Baginya, sekarang ini Ikram sudah mati.

Calvin tak bertanya lagi. Ia bisa melihat ada guratan kekecewaan di wajah wanita itu.

"Aku minta maaf," ucap Calvin penuh penyesalan.

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

yang penting buat anak anakmu bahagia ayu

2024-04-20

0

Yosefina Ose

Yosefina Ose

Ayu aldalh Wanita tangguh

2024-04-21

0

Neulis Saja

Neulis Saja

apa Calvin yg akan mengisi hati dan mengisi hari2 anaknya yg terlanjur rindu dgn ayahnya yg tak merindukan anak2nya

2024-02-18

1

lihat semua
Episodes
1 Perdebatan
2 Single Mom
3 Pergi
4 Kehidupan baru
5 Keberanian Ayu
6 Hanan sakit
7 Jalan-jalan
8 Menulis
9 Belum berhasil
10 Salah paham
11 Gagal
12 Ponsel baru
13 Tegas
14 Lembur
15 Ulang tahun Hanan
16 Musibah lagi
17 Penolakan Ikram
18 Pusat perhatian
19 Bab 19. Datang ke pernikahan
20 Percaya diri
21 Berubah
22 Bohong
23 Minta sekolah
24 Fitnah
25 Benci
26 Kesempatan
27 Kemarahan Harini
28 Ke rumah Ayu
29 Mengembalikan
30 Rencana Rani
31 Misi Harini
32 Julid
33 Salah paham
34 Mengintai
35 PDKT
36 Menolak
37 Hadiah dari Angga
38 Awal perjuangan
39 Bujukan Angga
40 Mempermalukan Ikram
41 Panggilan Papa
42 Melamar
43 Tidak setuju
44 Sandiwara
45 Ketahuan
46 Datang ke kantor
47 Penjelasan Angga
48 Mencari pilihan
49 Panik
50 Memperkenalkan diri
51 Mendekatkan
52 Cemburu
53 Kekesalan Angga
54 Datang ke rumah
55 Pendekatan
56 Kekecewaan Ikram
57 Tragedi
58 Rumah sakit
59 Amnesia
60 Uang tahun Adiba
61 Hadiah dari Angga
62 Menjenguk
63 Curiga
64 Pendapat Om Surya
65 Tumbang
66 Sikap Rani
67 Marah
68 Berubah
69 Cemburu berat
70 Masakan khas
71 Janji
72 Terlambat
73 Nonton ala Angga
74 Rencana
75 Terbongkar
76 Menegaskan
77 Saudara
78 Berkunjung
79 Kejutan baru
80 Tawaran
81 Bimbang
82 Niat pergi
83 Berpisah
84 Penjelasan Irma
85 Ruko untuk Ayu
86 Hari pertama
87 Layyana Shop
88 Wejangan untuk Ikram
89 Lima tahun kemudian
90 Menginap
91 Kejutan
92 Rencana menikah
93 Pertemuan di kantor
94 Masa depan
95 Pujian untuk Ayu
96 Hari pernikahan
97 Kecelakaan
98 Sadar
99 Menjelaskan
100 Tak akan goyah
101 Orang suruhan
102 Detik-detik
103 Mengenang masa lalu
104 Sah
105 Pertama kali
106 Setengah
107 Pesta terakhir
108 Malam pertama
109 Hari pertama
110 Semakin akrab
111 Semakin cantik
112 Jalan keluar
113 Mengungkap perasaan
114 Berakhir ranjang
115 Resah
116 Kepergok
117 Bukti, bukan janji
118 Putus
119 Mantan
120 Diam nya Ayu
121 Akur
122 Sedikit aneh
123 Kemungkinan
124 Positif
125 Pertemuan orang tua
126 Berubah fikiran
127 Menerima dengan lapang
128 Harapan Baru
129 Kembar
130 Bantuan
131 Berkumpul
132 Lamaran
133 Pendarahan
134 Mencari Memet
135 Tertangkap
136 Mengubah nasib
137 Impian yang terwujud
138 Pengumuman
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Perdebatan
2
Single Mom
3
Pergi
4
Kehidupan baru
5
Keberanian Ayu
6
Hanan sakit
7
Jalan-jalan
8
Menulis
9
Belum berhasil
10
Salah paham
11
Gagal
12
Ponsel baru
13
Tegas
14
Lembur
15
Ulang tahun Hanan
16
Musibah lagi
17
Penolakan Ikram
18
Pusat perhatian
19
Bab 19. Datang ke pernikahan
20
Percaya diri
21
Berubah
22
Bohong
23
Minta sekolah
24
Fitnah
25
Benci
26
Kesempatan
27
Kemarahan Harini
28
Ke rumah Ayu
29
Mengembalikan
30
Rencana Rani
31
Misi Harini
32
Julid
33
Salah paham
34
Mengintai
35
PDKT
36
Menolak
37
Hadiah dari Angga
38
Awal perjuangan
39
Bujukan Angga
40
Mempermalukan Ikram
41
Panggilan Papa
42
Melamar
43
Tidak setuju
44
Sandiwara
45
Ketahuan
46
Datang ke kantor
47
Penjelasan Angga
48
Mencari pilihan
49
Panik
50
Memperkenalkan diri
51
Mendekatkan
52
Cemburu
53
Kekesalan Angga
54
Datang ke rumah
55
Pendekatan
56
Kekecewaan Ikram
57
Tragedi
58
Rumah sakit
59
Amnesia
60
Uang tahun Adiba
61
Hadiah dari Angga
62
Menjenguk
63
Curiga
64
Pendapat Om Surya
65
Tumbang
66
Sikap Rani
67
Marah
68
Berubah
69
Cemburu berat
70
Masakan khas
71
Janji
72
Terlambat
73
Nonton ala Angga
74
Rencana
75
Terbongkar
76
Menegaskan
77
Saudara
78
Berkunjung
79
Kejutan baru
80
Tawaran
81
Bimbang
82
Niat pergi
83
Berpisah
84
Penjelasan Irma
85
Ruko untuk Ayu
86
Hari pertama
87
Layyana Shop
88
Wejangan untuk Ikram
89
Lima tahun kemudian
90
Menginap
91
Kejutan
92
Rencana menikah
93
Pertemuan di kantor
94
Masa depan
95
Pujian untuk Ayu
96
Hari pernikahan
97
Kecelakaan
98
Sadar
99
Menjelaskan
100
Tak akan goyah
101
Orang suruhan
102
Detik-detik
103
Mengenang masa lalu
104
Sah
105
Pertama kali
106
Setengah
107
Pesta terakhir
108
Malam pertama
109
Hari pertama
110
Semakin akrab
111
Semakin cantik
112
Jalan keluar
113
Mengungkap perasaan
114
Berakhir ranjang
115
Resah
116
Kepergok
117
Bukti, bukan janji
118
Putus
119
Mantan
120
Diam nya Ayu
121
Akur
122
Sedikit aneh
123
Kemungkinan
124
Positif
125
Pertemuan orang tua
126
Berubah fikiran
127
Menerima dengan lapang
128
Harapan Baru
129
Kembar
130
Bantuan
131
Berkumpul
132
Lamaran
133
Pendarahan
134
Mencari Memet
135
Tertangkap
136
Mengubah nasib
137
Impian yang terwujud
138
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!