Single Mom

Tatapan Ayu kosong. Ucapan Ikram yang lebih memilih wanita lain itu masih terngiang-ngiang di otaknya. Seolah kebersamaannya sepuluh tahun tak ada artinya lagi. 

Kini ia harus siap menjalani kesendirian bersama dengan ketiga anaknya yang masih sangat kecil. Ia harus bisa melawan ketakutan yang terkadang terselip. 

Takut tidak bisa membesarkan ketiga anaknya dengan baik, dan takut mereka tidak bisa bersekolah tinggi seperti harapannya. 

Ayu melepas mukenanya lalu membangunkan Hanan yang masih tenggelam di alam mimpi. 

"Kakak waktunya sekolah, cepetan mama mau kerja," ucap Ayu menyibak selimut sang putra. 

"Sebentar lagi, Ma. Aku masih ngantuk." 

Ya, sejak perdebatan itu Ayu memutuskan bekerja di sebuah restoran untuk menghidupi ketiga anaknya. Sebab, Ikram sudah tak lagi mengirim uang padanya. Bahkan, pria itu tak pulang sama sekali. 

Ingin sekali Ayu pergi sejauh mungkin dari rumah itu, namun ia belum memiliki uang untuk menyewa rumah, hingga ia harus bekerja. Terlebih, Hanan pun kekeh dan tidak ingin pergi. 

Ayu berdiri di samping ranjang dengan kedua tangan dilipat. 

Dalam hati ingin membentak, namun bibirnya kelu. Anak bukan ajang pelampiasan kemarahannya saat emosi terhadap Ikram. Namun, mereka adalah sumber kekuatan yang harus dijaga, sekarang dan selamanya. 

Meskipun cinta Ikram untuk anak-anaknya mulai surut, Ayu tidak peduli dan akan tetap menyayangi mereka seutuhnya. 

"Ini bukan saatnya bermalas-malasan, Nak. Mama mau kerja," ucap Ayu menegaskan. Ia tak bisa membuang waktu yang cukup berharga. 

Hanan mengangkat kepalanya. Memaksakan matanya yang terasa berat untuk terbuka. 

"Iya, Ma." Turun dari ranjang dan ke kamar mandi.

Ayu menyiapkan kebutuhan Hanan, setelah itu bergantian mengurus Alifa. Seharusnya tahun ini bocah itu juga akan sekolah, namun harus gagal karena keadaan orang tuanya yang berada ambang perceraian. 

"Alifa, bangun yuk! Mama mau kerja, Nak." Mengusap kening Alifa dengan lembut. Mencium kedua pipinya sampai bocah itu membuka mata. 

Melihat jam yang ada di nakas. Ternyata waktunya sudah terlalu mepet hingga Ayu harus mengangkat tubuh mungil Alifa ke kamar mandi. 

Jika dulu Hanan diantar jemput mobil sendiri, kini Ayu menitipkan Hanan pada sahabat nya yang juga satu sekolah.

Ayu memandikan dan mengganti baju Adiba. Memasukkan beberapa popok ganti ke dalam tas. Kemudian menghampiri Alifa yang duduk di ruang tamu. 

"Ayo, Nak. Kita harus berangkat sekarang." 

Menggandeng tangan Alifa dan melangkah cepat. Buru-buru takut terlambat dan dimarahi oleh atasan. 

Sebelum ke restoran, Ayu menitipkan Alifa di sebuah panti, karena ia tak bisa membawa kedua anaknya sekaligus, takut ditegur pihak restoran dan juga sesama waitress. Hanya Adiba yang selalu bersamanya. Ia belum tega meninggalkan bocah itu bersama orang lain. 

Layaknya pelayan yang lain, Ayu bekerja sesuai prosedur, anak bukan halangan baginya untuk mencari rezeki. 

"Ayahnya ke mana?" Salah tayu pelayan bertanya pada Ayu yang nampak sibuk memindahkan Adiba ke punggung. 

"Sudah satu bulan papanya gak pulang," jawab Ayu singkat, tangannya terus mengelap meja. 

Ini kali pertama Ayu mengungkap tentang suaminya pada orang lain.

Seorang wanita cantik yang bernama Runi menghampiri Ayu. 

"Kenapa kamu gak pergi saja, sih. Ngapain laki-laki seperti itu diharapkan." 

Ayu membalikkan tubuh. Menatap beberapa teman seperjuangannya yang berdiri di sampingnya. 

"Aku sudah tidak mengharapkannya lagi. Aku belum pergi karena masih butuh uang untuk menyewa rumah. Gak mungkin aku ajak anak-anak tidur di kolong jembatan, dan gak mungkin aku meminta uang pada suamiku yang sudah jelas memiliki wanita lain," jelas Ayu panjang lebar. 

Mereka yang mendengar ikut prihatin dengan kondisi Ayu, meskipun begitu wanita itu tak ingin dibantu. 

"Semangat." Memeluk Ayu dengan erat. Memberikan dukungan untuk tetap tersenyum dibalik masalah yang membelit. 

Waktu begitu cepat berlalu, sehari penuh Ayu bekerja, ia hanya beristirahat saat menjalankan kewajibannya, selebihnya menjalankan aktivitasnya dengan rajin. 

"Da—da…"

Lambaian tangan terus mengiringi saat Ayu keluar dari restoran. Ia segera menjemput Alifa dan Hanan sebelum pulang ke rumah.

Entahlah, ini adalah awal dari kehancuran atau justru kebangkitannya dari kebodohan, Ayu merasa berada di titik terendah. Meskipun begitu, ia mengesampingkan semua kesulitan demi anak-anak. 

Hanan tersenyum lebar saat melihat Sang mama yang sudah tiba. Bocah itu berhamburan memeluk Ayu, seperti yang dilakukan Alifa. 

"Maaf ya, mama terlambat. Lain kali mama akan menjemputmu tepat waktu." Ayu mengecup kening Hanan. 

Ayu pulang ke rumah jalan kaki karena jaraknya yang tinggal dekat.

Kesepian kini dirasakan jelas oleh Hanan dan Alifa, dulu saat malam mereka bisa bermain dengan Ikram, kini ia hanya bisa bertanya-tanya tentang keberadaan papanya. 

"Aku mau dipeluk papa, Ma." Alifa merengek sambil menarik baju Ayu. Dari semua anaknya hanya gadis kecil itu yang paling dekat dengan Ikram, hingga sepenuhnya merasakan kehilangan. 

Ayu tersenyum tipis. Membaringkan Adiba yang sudah setengah terlelap. Bergantian menggendong Alifa mengelilingi rumah. Memperlihatkan keindahan malam supaya bisa lupa dengan sosok yang terus di carinya. 

"Mulai sekarang Alifa gak boleh menanyakan papa lagi. Mama bisa memberikan apapun yang pernah diberikan papa," rayu Ayu meyakinkan. 

Alifa menyandarkan kepalanya di dada Ayu, berharap bisa terlelap meskipun tanpa kehangatan seorang ayah. 

Pekerjaan Ayu tak selesai di situ saja. Pasca menidurkan Alifa dan Adiba, ia harus mengurus Hanan yang masih sibuk bermain game. 

"Kakak, cepetan tidur!" Ayu memeriksa semua pintu dan jendela. Menutup gorden dan mengunci pintu. 

Hanan berdecak kesal, sedikitpun tak menghiraukan Ayu. Beralih posisi memunggungi sang mama. 

"Kakak dengerin mama gak sih? Sudah malam, sini!" Merebut benda dari tangan Hanan yang membuat sang empu cemberut. 

Hanan menatap Ayu yang nampak merapikan ponsel miliknya ke dalam tas tanpa membantah sepatah kata pun. 

"Mulai hari ini kakak gak boleh main lagi. Mama gak suka," ucap Ayu menekankan. 

Hanan beranjak dan berlari ke kamarnya. Suara pintu tertutup dengan keras menandakan bahwa bocah itu marah. 

Ayu meredam amarahnya. Bagaimanapun juga ia harus mendidik anaknya seorang diri dan tidak boleh emosi. Ia membuka pintu kamar Hanan menatap sang putra yang berbaring di atas ranjang. 

"Hanan marah sama mama?" tanya Ayu mengusap punggung Hanan yang ada di balik selimut. 

Tidak ada jawaban, Hanan memilih untuk memejamkan mata. Pura-pura tidak melihat Ayu yang duduk di tepi ranjang. 

"Hanan harus belajar hidup tanpa papa. Mulai sekarang harus mandiri dan bisa melakukan apapun sendiri." 

"Tapi kalau papa gak melarang aku main game, Ma," protes Hanan. 

Seketika Ayu menangkup kedua pipi Hanan.

"Jangan samakan mama dan papa. Mulai sekarang dan seterusnya Hanan harus pintar dan tidak bergantung lagi pada papa," Ayu menegaskan. 

Hanan hanya bisa mencerna setiap kata yang meluncur dari bibir Ayu. 

Terpopuler

Comments

Li siok Lie

Li siok Lie

aku teringat akan hidupku beserta saudaraku papaku punya istri lagi kita semua disia-siakan tidak ada kasih sayang papa kita,pas udah tua dan sakit -sskitan baru pulang pada saat itu kakak aku no 2,dan 3sudah menikah keuangan kami sudah membaik papa aku datang karena sakit,para tetangga udah sakit baru pulang ke rumah istri yang tua,begitu sakitnya kita semua hartanya sudah habis hanya tinggal penyakit saja yang ada istri muda meninggalkannya dengan laki-laki yang lebih muda ,tapi kita semua ga tega akhirnya kita obati sampai meninggal,itulah perjalanan hidup kamu,sekarang kami semua istilahnya sudah ada uang

2024-03-11

6

Isabela Devi

Isabela Devi

semoga anak anakmu nanti jadi org semua

2024-04-20

0

Laura Modiste Sidabutar

Laura Modiste Sidabutar

saya suka

2024-04-02

0

lihat semua
Episodes
1 Perdebatan
2 Single Mom
3 Pergi
4 Kehidupan baru
5 Keberanian Ayu
6 Hanan sakit
7 Jalan-jalan
8 Menulis
9 Belum berhasil
10 Salah paham
11 Gagal
12 Ponsel baru
13 Tegas
14 Lembur
15 Ulang tahun Hanan
16 Musibah lagi
17 Penolakan Ikram
18 Pusat perhatian
19 Bab 19. Datang ke pernikahan
20 Percaya diri
21 Berubah
22 Bohong
23 Minta sekolah
24 Fitnah
25 Benci
26 Kesempatan
27 Kemarahan Harini
28 Ke rumah Ayu
29 Mengembalikan
30 Rencana Rani
31 Misi Harini
32 Julid
33 Salah paham
34 Mengintai
35 PDKT
36 Menolak
37 Hadiah dari Angga
38 Awal perjuangan
39 Bujukan Angga
40 Mempermalukan Ikram
41 Panggilan Papa
42 Melamar
43 Tidak setuju
44 Sandiwara
45 Ketahuan
46 Datang ke kantor
47 Penjelasan Angga
48 Mencari pilihan
49 Panik
50 Memperkenalkan diri
51 Mendekatkan
52 Cemburu
53 Kekesalan Angga
54 Datang ke rumah
55 Pendekatan
56 Kekecewaan Ikram
57 Tragedi
58 Rumah sakit
59 Amnesia
60 Uang tahun Adiba
61 Hadiah dari Angga
62 Menjenguk
63 Curiga
64 Pendapat Om Surya
65 Tumbang
66 Sikap Rani
67 Marah
68 Berubah
69 Cemburu berat
70 Masakan khas
71 Janji
72 Terlambat
73 Nonton ala Angga
74 Rencana
75 Terbongkar
76 Menegaskan
77 Saudara
78 Berkunjung
79 Kejutan baru
80 Tawaran
81 Bimbang
82 Niat pergi
83 Berpisah
84 Penjelasan Irma
85 Ruko untuk Ayu
86 Hari pertama
87 Layyana Shop
88 Wejangan untuk Ikram
89 Lima tahun kemudian
90 Menginap
91 Kejutan
92 Rencana menikah
93 Pertemuan di kantor
94 Masa depan
95 Pujian untuk Ayu
96 Hari pernikahan
97 Kecelakaan
98 Sadar
99 Menjelaskan
100 Tak akan goyah
101 Orang suruhan
102 Detik-detik
103 Mengenang masa lalu
104 Sah
105 Pertama kali
106 Setengah
107 Pesta terakhir
108 Malam pertama
109 Hari pertama
110 Semakin akrab
111 Semakin cantik
112 Jalan keluar
113 Mengungkap perasaan
114 Berakhir ranjang
115 Resah
116 Kepergok
117 Bukti, bukan janji
118 Putus
119 Mantan
120 Diam nya Ayu
121 Akur
122 Sedikit aneh
123 Kemungkinan
124 Positif
125 Pertemuan orang tua
126 Berubah fikiran
127 Menerima dengan lapang
128 Harapan Baru
129 Kembar
130 Bantuan
131 Berkumpul
132 Lamaran
133 Pendarahan
134 Mencari Memet
135 Tertangkap
136 Mengubah nasib
137 Impian yang terwujud
138 Pengumuman
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Perdebatan
2
Single Mom
3
Pergi
4
Kehidupan baru
5
Keberanian Ayu
6
Hanan sakit
7
Jalan-jalan
8
Menulis
9
Belum berhasil
10
Salah paham
11
Gagal
12
Ponsel baru
13
Tegas
14
Lembur
15
Ulang tahun Hanan
16
Musibah lagi
17
Penolakan Ikram
18
Pusat perhatian
19
Bab 19. Datang ke pernikahan
20
Percaya diri
21
Berubah
22
Bohong
23
Minta sekolah
24
Fitnah
25
Benci
26
Kesempatan
27
Kemarahan Harini
28
Ke rumah Ayu
29
Mengembalikan
30
Rencana Rani
31
Misi Harini
32
Julid
33
Salah paham
34
Mengintai
35
PDKT
36
Menolak
37
Hadiah dari Angga
38
Awal perjuangan
39
Bujukan Angga
40
Mempermalukan Ikram
41
Panggilan Papa
42
Melamar
43
Tidak setuju
44
Sandiwara
45
Ketahuan
46
Datang ke kantor
47
Penjelasan Angga
48
Mencari pilihan
49
Panik
50
Memperkenalkan diri
51
Mendekatkan
52
Cemburu
53
Kekesalan Angga
54
Datang ke rumah
55
Pendekatan
56
Kekecewaan Ikram
57
Tragedi
58
Rumah sakit
59
Amnesia
60
Uang tahun Adiba
61
Hadiah dari Angga
62
Menjenguk
63
Curiga
64
Pendapat Om Surya
65
Tumbang
66
Sikap Rani
67
Marah
68
Berubah
69
Cemburu berat
70
Masakan khas
71
Janji
72
Terlambat
73
Nonton ala Angga
74
Rencana
75
Terbongkar
76
Menegaskan
77
Saudara
78
Berkunjung
79
Kejutan baru
80
Tawaran
81
Bimbang
82
Niat pergi
83
Berpisah
84
Penjelasan Irma
85
Ruko untuk Ayu
86
Hari pertama
87
Layyana Shop
88
Wejangan untuk Ikram
89
Lima tahun kemudian
90
Menginap
91
Kejutan
92
Rencana menikah
93
Pertemuan di kantor
94
Masa depan
95
Pujian untuk Ayu
96
Hari pernikahan
97
Kecelakaan
98
Sadar
99
Menjelaskan
100
Tak akan goyah
101
Orang suruhan
102
Detik-detik
103
Mengenang masa lalu
104
Sah
105
Pertama kali
106
Setengah
107
Pesta terakhir
108
Malam pertama
109
Hari pertama
110
Semakin akrab
111
Semakin cantik
112
Jalan keluar
113
Mengungkap perasaan
114
Berakhir ranjang
115
Resah
116
Kepergok
117
Bukti, bukan janji
118
Putus
119
Mantan
120
Diam nya Ayu
121
Akur
122
Sedikit aneh
123
Kemungkinan
124
Positif
125
Pertemuan orang tua
126
Berubah fikiran
127
Menerima dengan lapang
128
Harapan Baru
129
Kembar
130
Bantuan
131
Berkumpul
132
Lamaran
133
Pendarahan
134
Mencari Memet
135
Tertangkap
136
Mengubah nasib
137
Impian yang terwujud
138
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!