Gagal

Ayu hanya bisa melihat bukunya yang sudah menjadi abu. Berusaha melupakan kejadian yang menimpanya. Ia tidak mau larut dan tenggelam pada sesuatu yang tidak berfaedah. Hidupnya bukan hanya bisa santai dan berpangku tangan, namun berjuang melawan kemiskinan yang saat ini melanda. 

Harus bangkit dengan diri sendiri. Tidak boleh menyerah ataupun kalah dengan keadaan. Ia kembali mengingat-ingat ucapan wanita yang ada di tempat penerbit buku. 

Dari jauh, nampak Hanan dengan wajah lelahnya. Bocah itu melempar sepedanya dengan asal dan memeluk Ayu. 

"Capek ya?" tanya Ayu membantu melepas topinya. 

"Gak boleh capek, Ma. Kalau ingin menjadi pilot harus kuat," ungkap Hanan dengan nafas memburu. 

Lelah nya tak akan menjadi masalah. Ia harus bisa seperti sang mama. Sudah mulai berpikir bijak dan tidak akan menuntut lagi. 

"Baiklah, kita masuk. Mama sudah masak untuk mu." 

Ayu mengambil baju ganti untuk Hanan. Kemudian menyusun makanan di meja makan.

Ketiga anaknya seolah menjadi kekuatan baginya saat ini. Tanpa mereka ia tidak mungkin bisa menjadi wanita yang tegar saat menghadapi masalah. 

"Kata bu guru besok waktu nya membayar ini." Hanan memberikan kartu yang tadi diberikan oleh gurunya. 

Menghela nafas panjang sambil menerima kartu itu dan membukanya. 

"Iya, Nak. Besok mama pasti akan membayarnya."

Menyimpannya lagi di tas Hanan dan memberikan sejumlah uang seperti yang tertulis. 

Hanan menghentikan langkahnya saat melihat beberapa mainan yang ada di samping Alifa. Ia menoleh ke arah Ayu yang masih sibuk di ruang makan. 

"Ini mainan untuk aku ya, Ma?" Menunjuk beberapa mainan yang dibungkus rapi. 

Ayu mengangguk berat. Ingin mengembalikan mainan itu pada Calvin, namun ia pun kasihan pada mereka bertiga yang terlanjur menyukainya. 

Ayu meninggalkan ruang makan saat ponsel yang ada di kamarnya berdering. Ternyata itu telepon dari bu Laila, pemilik rumah makan tempatnya bekerja. 

"Kenapa kamu gak masuk, Yu? Kamu sakit?" tanya bu Laila setelah menjawab sapaan salam dari Ayu. 

"Gak, Bu. Tapi ada urusan sedikit. Insya Allah besok aku bisa masuk," ucap Ayu meyakinkan. 

Kejadian tadi membuat Ayu harus rela melupakan misinya untuk menulis dan akan bekerja yang bisa mendapatkan uang secara langsung. 

"Ya sudah, salam untuk anak-anakmu.'' 

Sambungan terputus. 

Ayu menggenggam ponsel di tangannya. Tatapannya kosong, seakan tiada harapan untuk menjadi orang yang sukses. 

Aku harus bisa. 

Mulai berkutat dengan telepon genggam. Mencari salah satu aplikasi novel online. Setelah menemukan beberapa aplikasi, Ayu menginstal salah satunya. 

Membuat akun sebelum masuk.  Langkah pertama, Ayu membaca sebuah karya yang terpampang di layar beranda. 

"Apa karya yang ada di sini itu bagus-bagus?" Men scroll ke bawah. Menemukan beberapa judul yang menyentuh hati. Ayu semakin terikat saat membaca deskripsi sebuah cerita tentang rumah tangga. 

Membaca bab demi bab. Meresapi setiap isi cerita, dan juga mempelajari beberapa diksi yang benar. Dari satu cerita. Beralih ke cerita yang lain dengan gaya bahasa yang berbeda pula. 

Petunjuk untuk penulis pemula. 

Ayu membuka sebuah buku yang isinya menerangkan cara-cara menulis yang benar bagi penulis pemula. Tuntunan dan bimbingan bagi mereka yang ingin belajar.

Ada dua puluh bab. Setiap bab itu menjelaskan macam-macam cara menulis. Selain itu ada beberapa bab, yang menjelaskan tentang keuntungan menjadi penulis di platform tersebut. 

"Kenapa gak dari kemarin-kemarin aku masuk?" gerutunya. 

Dalam hitungan menit, Ayu mulai paham dengan apa yang tertulis. Ia mulai membuka laman menjadi seorang penulis. 

Mengucapkan lafadz Bismillah dalam hati sebelum mengawalinya. 

Membuat cover yang disertai dengan judul. Memakai nama pena gabungan dari ketiga anaknya. Lalu membuat deskripsi dan memilih genre yang tepat. 

Ayu kembali menulis kisah hidupnya yang penuh dengan lika-liku. 

Menyusun kata demi kata menjadi sebuah kalimat. Berulang kali memeriksa dan memastikan bahwa tulisannya sudah layak di publikasikan. 

"Semoga ini berjalan lancar." 

Beberapa kali ia harus mengalami kesulitan saat membuat sebuah narasi yang nyaman dibaca, namun menjadi penulis pemula memang sangat sulit sehingga Ayu menyelesaikannya seperti yang melintas dalam otaknya. 

Belajar belajar belajar. 

Begitulah isi hatinya, mungkin dengan begitu ia bisa pelan-pelan memperbaikinya lagi. 

Hampir tiga jam konsentrasi, akhirnya Ayu sudah mempublish dua bab, masing-masing per bab seperti yang dianjurkan platform. Yaitu seribu kata. 

Akhirnya aku bisa juga, semoga ini menjadi permulaan yang baik. 

Suara tangis membuat Ayu menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh ke arah Adiba yang ada di ambang pintu. 

"Ada apa, Nak?" tanya Ayu mengangkat tubuh mungil putrinya. 

"Tadi dek Adiba mau membuka pintu depan, Ma. Tapi gak bisa," ujar Hanan seperti yang ia lihat. 

"Mau lihat-lihat di luar ya." Menyunggar rambut sang buah hati. 

"Kakak tolong jagain Alifa. Mama keluar sebentar."

Ayu membuka pintu depan. Ia jalan-jalan di sekitar rumahnya bersama Adiba. Berkeliling memutari kawasan kontrakan yang lumayan luas. Setelah sekian lama, ini kali pertama ia berinteraksi dengan para tetangga. 

"Maaf, Bu. Saya memang sibuk kerja, jadi gak pernah nimbrung," ucap Ayu saat ditanya. 

Ia bukan ibu rumah tangga yang punya banyak waktu luang setelah membereskan rumah, namun juga ayah yang harus mencari nafkah untuk ketiga anaknya. Tidak boleh iri dengan kehidupan orang lain dan terus bersyukur dengan apa yang diberikan Sang Pencipta. 

"Mama…" teriak Hanan dari depan rumahnya. 

Ayu yang mendengar teriakan itu pulang menghampiri putranya. 

"Ada apa?" tanya Ayu santai, sedangkan Hanan terlihat panik. 

"Dek Alifa masukin hp Mama ke dalam air."

Astagfirullah hal adzim. 

Dada Ayu terasa sesak seketika, seolah saluran pernapasannya terhenti mendengar itu. Ia buru-buru masuk menghampiri Alifa yang nampak ketakutan. 

Aku harus bilang apa, begitulah isi hati Ayu. 

Sebagai seorang ibu ia hanya bisa lapang menerima. Mencoba bersabar menghadapi segala sesuatu yang di luar dugaan seperti saat ini. Memendam rasa marah yang membuncah memenuhi ubun-ubun. 

Ayu mengambil ponselnya dari gelas yang berisi air. Kemudian mendekati Alifa. 

"Gak papa, Sayang. Mama gak marah kok. Tapi lain kali Alifa gak boleh bermain sembarangan," tutur Ayu lembut. Sedikitpun tak ingin membuat bocah itu takut. 

"Minta maaf sama Mama, Dek?" suruh Hanan. 

Alifa merangkul dan memeluk Ayu kemudian mengucap kata permintaan maaf. 

Meskipun hati Ayu sakit, ia tetap mengulas senyum dan mencium kedua pipi Alifa bergantian. 

Harus sampai kapan ujian ini berlanjut Ya Allah, jika lelahku menjadi Lillah, maka aku ikhlas menerimanya.

Menatap nanar ponsel yang ada di nakas. Entah masih bisa dipakai atau tidak, Ayu merasa saat ini ia belum beruntung untuk menjadi penulis.

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

yank kuat dan semangat ayu

2024-04-20

1

Isabela Devi

Isabela Devi

semangat

2024-04-20

0

Laura Modiste Sidabutar

Laura Modiste Sidabutar

seru

2024-04-02

0

lihat semua
Episodes
1 Perdebatan
2 Single Mom
3 Pergi
4 Kehidupan baru
5 Keberanian Ayu
6 Hanan sakit
7 Jalan-jalan
8 Menulis
9 Belum berhasil
10 Salah paham
11 Gagal
12 Ponsel baru
13 Tegas
14 Lembur
15 Ulang tahun Hanan
16 Musibah lagi
17 Penolakan Ikram
18 Pusat perhatian
19 Bab 19. Datang ke pernikahan
20 Percaya diri
21 Berubah
22 Bohong
23 Minta sekolah
24 Fitnah
25 Benci
26 Kesempatan
27 Kemarahan Harini
28 Ke rumah Ayu
29 Mengembalikan
30 Rencana Rani
31 Misi Harini
32 Julid
33 Salah paham
34 Mengintai
35 PDKT
36 Menolak
37 Hadiah dari Angga
38 Awal perjuangan
39 Bujukan Angga
40 Mempermalukan Ikram
41 Panggilan Papa
42 Melamar
43 Tidak setuju
44 Sandiwara
45 Ketahuan
46 Datang ke kantor
47 Penjelasan Angga
48 Mencari pilihan
49 Panik
50 Memperkenalkan diri
51 Mendekatkan
52 Cemburu
53 Kekesalan Angga
54 Datang ke rumah
55 Pendekatan
56 Kekecewaan Ikram
57 Tragedi
58 Rumah sakit
59 Amnesia
60 Uang tahun Adiba
61 Hadiah dari Angga
62 Menjenguk
63 Curiga
64 Pendapat Om Surya
65 Tumbang
66 Sikap Rani
67 Marah
68 Berubah
69 Cemburu berat
70 Masakan khas
71 Janji
72 Terlambat
73 Nonton ala Angga
74 Rencana
75 Terbongkar
76 Menegaskan
77 Saudara
78 Berkunjung
79 Kejutan baru
80 Tawaran
81 Bimbang
82 Niat pergi
83 Berpisah
84 Penjelasan Irma
85 Ruko untuk Ayu
86 Hari pertama
87 Layyana Shop
88 Wejangan untuk Ikram
89 Lima tahun kemudian
90 Menginap
91 Kejutan
92 Rencana menikah
93 Pertemuan di kantor
94 Masa depan
95 Pujian untuk Ayu
96 Hari pernikahan
97 Kecelakaan
98 Sadar
99 Menjelaskan
100 Tak akan goyah
101 Orang suruhan
102 Detik-detik
103 Mengenang masa lalu
104 Sah
105 Pertama kali
106 Setengah
107 Pesta terakhir
108 Malam pertama
109 Hari pertama
110 Semakin akrab
111 Semakin cantik
112 Jalan keluar
113 Mengungkap perasaan
114 Berakhir ranjang
115 Resah
116 Kepergok
117 Bukti, bukan janji
118 Putus
119 Mantan
120 Diam nya Ayu
121 Akur
122 Sedikit aneh
123 Kemungkinan
124 Positif
125 Pertemuan orang tua
126 Berubah fikiran
127 Menerima dengan lapang
128 Harapan Baru
129 Kembar
130 Bantuan
131 Berkumpul
132 Lamaran
133 Pendarahan
134 Mencari Memet
135 Tertangkap
136 Mengubah nasib
137 Impian yang terwujud
138 Pengumuman
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Perdebatan
2
Single Mom
3
Pergi
4
Kehidupan baru
5
Keberanian Ayu
6
Hanan sakit
7
Jalan-jalan
8
Menulis
9
Belum berhasil
10
Salah paham
11
Gagal
12
Ponsel baru
13
Tegas
14
Lembur
15
Ulang tahun Hanan
16
Musibah lagi
17
Penolakan Ikram
18
Pusat perhatian
19
Bab 19. Datang ke pernikahan
20
Percaya diri
21
Berubah
22
Bohong
23
Minta sekolah
24
Fitnah
25
Benci
26
Kesempatan
27
Kemarahan Harini
28
Ke rumah Ayu
29
Mengembalikan
30
Rencana Rani
31
Misi Harini
32
Julid
33
Salah paham
34
Mengintai
35
PDKT
36
Menolak
37
Hadiah dari Angga
38
Awal perjuangan
39
Bujukan Angga
40
Mempermalukan Ikram
41
Panggilan Papa
42
Melamar
43
Tidak setuju
44
Sandiwara
45
Ketahuan
46
Datang ke kantor
47
Penjelasan Angga
48
Mencari pilihan
49
Panik
50
Memperkenalkan diri
51
Mendekatkan
52
Cemburu
53
Kekesalan Angga
54
Datang ke rumah
55
Pendekatan
56
Kekecewaan Ikram
57
Tragedi
58
Rumah sakit
59
Amnesia
60
Uang tahun Adiba
61
Hadiah dari Angga
62
Menjenguk
63
Curiga
64
Pendapat Om Surya
65
Tumbang
66
Sikap Rani
67
Marah
68
Berubah
69
Cemburu berat
70
Masakan khas
71
Janji
72
Terlambat
73
Nonton ala Angga
74
Rencana
75
Terbongkar
76
Menegaskan
77
Saudara
78
Berkunjung
79
Kejutan baru
80
Tawaran
81
Bimbang
82
Niat pergi
83
Berpisah
84
Penjelasan Irma
85
Ruko untuk Ayu
86
Hari pertama
87
Layyana Shop
88
Wejangan untuk Ikram
89
Lima tahun kemudian
90
Menginap
91
Kejutan
92
Rencana menikah
93
Pertemuan di kantor
94
Masa depan
95
Pujian untuk Ayu
96
Hari pernikahan
97
Kecelakaan
98
Sadar
99
Menjelaskan
100
Tak akan goyah
101
Orang suruhan
102
Detik-detik
103
Mengenang masa lalu
104
Sah
105
Pertama kali
106
Setengah
107
Pesta terakhir
108
Malam pertama
109
Hari pertama
110
Semakin akrab
111
Semakin cantik
112
Jalan keluar
113
Mengungkap perasaan
114
Berakhir ranjang
115
Resah
116
Kepergok
117
Bukti, bukan janji
118
Putus
119
Mantan
120
Diam nya Ayu
121
Akur
122
Sedikit aneh
123
Kemungkinan
124
Positif
125
Pertemuan orang tua
126
Berubah fikiran
127
Menerima dengan lapang
128
Harapan Baru
129
Kembar
130
Bantuan
131
Berkumpul
132
Lamaran
133
Pendarahan
134
Mencari Memet
135
Tertangkap
136
Mengubah nasib
137
Impian yang terwujud
138
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!