BINGUNG

Keesokan harinya, ketiga pemuda bangun sekitar pukul sepuluh pagi. Lebih tepatnya, pagi menjelang siang. Tentu disebabkan karena semalam begadang ditambah hawa pegunungan yang sangat mendukung untuk berlama-lama tidur. Galang menguap seraya kembali meringkuk. Sementara Rizal dan Adnan memilih keluar sebab, mereka hendak buang hajad.

Adnan mengerjap beberapa kali coba memfokuskan matanya yang masih setengah mengantuk. Barulah setelah buang air kecil, ia menyadari sesuatu. Adnan terdiam sesaat lalu bertanya kepada Rizal tentang di mana keberadaan tenda Samsul dan kedua temannya semalam?

Rizal yang merasa heran lantas mengalihkan pandangannya ke lokasi berdirinya tenda Samsul semalam. Raib, tidak ada tenda di sana. Galang yang mendengar percakapan kedua temannya pun lantas menyusul ke luar.

"Ada apa?" tanya Galang dengan mata yang masih terpejam.

"Samsul dan teman-temannya ninggalin kita," jawab Adnan pelan.

"Hah? kok bisa? bukannya kita sudah janjian semalam?"

"Gak tahu ya, buktinya mereka sudah gak ada."

"Gak bisa dipercaya ternyata," keluh Galang.

"Biarin deh, buruan sarapan, bongkar tenda lalu lanjut jalan!"

"Iya."

...🍁🍁🍁...

Baik Rizal, Adnan dan juga Galang sama sekali tidak berpikir macam-macam. Selain adanya sedikit rasa kecewa karena Samsul beserta kedua temannya mengingkari janji yang telah mereka buat. Kompor dan nasting pum dikeluarkan untuk membuat teh hangat dan merebus mie instan. Dilanjutkan dengan makan yang sepertinya sudah bisa dikatakan sebagai makan siang dari pada sarapan. Setelah itu, mereka bergegas membongkar tenda dan mulai berjalan, menuruni gunung. Target mereka adalah hari ini, harus sampai basecamp lalu segera pulang.

"Berdoa selesai," seru Adnan lalu memulai perjalanan mereka.

Sama seperti sebelumnya, langit terlihat temaram. Pikiran yang awalnya jernih kini mulai tak karuan. Setiap kali melihat kondisi langit yang tak wajar, ketiganya selalu teringat saat berada di desa Gringging. Tak pernah sekali pun mereka temui terik siang. Selalu begini dan takkan lama lagi, malam akan datang. Meski tidak ada yang berbicara tapi di dalam hati ketiganya, muncul beragam pertanyaan.

"Sebenarnya, apa yang terjadi ya?" benak Adnan.

"Ini langit begini muluk. Apa benar yang dikatakan mbah Nanik? sekuat apa pun kami mencoba, akan kembali berakhir di desa Gringging lagi. Ya Alloh jangan!"

Adnan menghela napas dalam-dalam. Tak jauh berbeda dengan Adnan, Rizal pun sempat berpikir demikian. Bahkan, ia mulai berpikir kalau jalanan yang ia lalui, mungkin saja hanya berputar-putar.

"Harus ke mana ini? pos satu gak ketemu. Gapura desa Gringging juga gak ada. Petunjuk arah pun tidak terlihat," desah Rizal di dalam hati.

"Gimana ya? apa benar kalau kami ini.. tidak akan bisa pulang?"

Galang lekas bergidik merasakan kekalutan pikirannya sendiri.

"Ya Alloh, aku pingin pulang," mohon Galang.

...🍁🍁🍁...

Seperti yang telah mereka diduga, petang mulai menyapa. Saat itulah, Galang sudah tak mampu mengendalikan emosinya. Ia marah besar, ia luapkan segala tekanan yang telah mengakar dalam dadanya.

"Sialan! apa ini? kenapa begini? kenapa malam lagi? kapan kami bisa pulang? jangan mempermainkan kami seperti ini!"

"Lang..Lang.. tenang Lang!"

"Apa Nan? coba kutanya, di mana kita sekarang? apa kamu tahu? arah mana yang benar?"

Adnan hanya bisa diam.

"Kita bertiga tidak pernah mengalami hal semacam ini. Kalian tahu alasan kita masih tidak bisa pulang?" tanya Galang dengan suara pelan namun penuh penekanan.

"Cukup Lang! kendalikan dirimu! bukan hanya kamu yang takut. Bukan hanya kamu yang tertekan. Bukan hanya kamu yang ingin pulang. Aku dan Adnan pun sama. Jadi, jangan bertindak bodoh yang akhirnya malah membuat kita kian sulit untuk kembali!"

"Apa lagi Zal? menurutmu, apa yang seharusnya kita lakukan? makanan kita sudah habis, air juga menipis. Kalau gak mati karena kelaparan ya pasti mati jadi tumbal."

...Brruugkkk.....

Rizal mendorong Galang hingga tersungkur.

"Sadar kamu Lang! jangan bicara sembarangan!" bentak Rizal dengan nada meninggi.

"Lalu, kapan kita akan bisa pulang Zal? apa besok? lusa? seminggu lagi? sebulan lagi? atau..."

"Cukup-cukup! berhenti kalian! kita ini dalam posisi yang sama. Kita berada dalam kapal yang sama. Kapal yang akan karam. Kita harus kompak, jangan sampai terpecah belah!"

Galang mendengus kesal.

"Ayo cari air! di situ ada aliran air. Soal makanan, kita survival. Ada beberapa jamur dan daun yang bisa kita makan."

Adnan pun merangkul kedua temannya, membuat keduanya berbaikan lalu mengajak mereka mengisi botol persediaan air bersama-sama.

"Pokoknya, kita gak boleh pisah!" ucap Adnan.

"Iya," jawab Galang pelan.

...🍁🍁🍁...

Malam itu, mereka hanya memakan beberapa jamur dan dedaunan tanpa rasa yang enak seperti makanan rumah yang biasa mereka makan. Namun, harus tetap ditelan agar badan memiliki tenaga. Meski semangat mulai menciut dan harapan pun mulai pudar. Namun, mereka harus terus berusaha. Siapa tahu, besok akan berhasil. Hanya itu yang mampu mereka gunakan untuk menyalakan kembali api semangat yang kian mengecil saja.

"Apa kita bisa?" celetuk Galang sembari terduduk lemas di depan tenda.

"Lang.. kita semua sama putus asanya. Jujur, aku juga gak tahu gimana nasib kita bertiga tapi, aku sama sekali gak pengen nyerah. Apa pun hasilnya di depan sana, tidak akan meninggalkan penyesalan," jawab Adnan.

"Bener Lang, kita harus sabar dan terus berusaha!" sahut Rizal.

...🍁🍁🍁...

Malam kian larut, ketiga pemuda pun memutuskan untuk masuk tenda kemudian tidur. Hal membingungkan terjadi saat itu. Sebuah cahaya kembali menyorot ke tenda mereka. Sama seperti malam sebelumnya.

"Cahaya apa ini?" tanya Galang.

"Coba kita lihat!" ajak Rizal.

Ternyata, itu adalah cahaya yang berasal dari senter milik Samsul dan kedua temannya.

"Mereka.. kok.. wah bener-bener nih, udah ninggalin kita.."

"Sabar Lang sabar!"

Galang berdehem seraya meredam emosinya. Ketiga pemuda pun kembali menyapa Samsul dan kedua temannya. Samsul menanggapi sapaan mereka dengan ramah Seolah tak merasa kalau pernah membuat kecewa.

"Ketemu kalian lagi, di sinj" ucap Samsul.

"Memang jodoh sepertinya," imbuhnya.

"Mas, maaf nih! kalian itu dari mana? pas kami bangun kok tenda kalian sudah gak ada,?" tanya Adnan dengan sopan.

"Turun mas, bukankah kami sudah bilang kalau kami memang mau turun. Memang kami jalan duluan sih tapi gak tahunya masih lebih dulu kalian yang sampai di sini," jawab Samsul masih dengan gestur tak bersalahnya.

"Hemm.. mohon maaf ini ya! bukannya kita sudah janjian ya kalau mau turun ke basecamp sama-sama?"

Usai Adnan bertanya, Samsul dan kedua temannya lantas menghentikan semua aktivitas.

"Kenapa tiba-tiba berhenti mereka?" benak Rizal.

"Oh itu, maaf lupa bilang! kita memang gak bisa barengan mas."

"Loh kenapa memangnya?"

"Kita beda wilayah, kalian harusnya kembali saja ke desa Gringging! Memang di sana tempat kalian."

"Hah? apa maksudnya?"

Kali ini, Samsul kembali menghentikan aktivitasnya lalu menatap Adnan lekat-lekat.

Sepersekian detik kemudian, ia kembali berucap:

"Gak ada apa-apa mas. Maksud saya kan sudah malam, alangkah lebih baiknya kalau bermalam saja di desa. Ada banyak makanan juga di sana. Gak perlu makan janur dan dedaunan liar."

...Deg......

"Mereka kan baru datang, kok bisa mereka tahu..." benak Rizal yang tampaknya telah menyadari sesuatu.

"Hah? kemarin kan kita sudah ngobrol panjang lebar.." Adnan masih berusaha mendebat tapi Rizal berusaha menghentikannya.

"Sudah-sudah, cukup Nan!"

Rizal menahan Adnan agar tidak melanjutkan ucapannya.

"Mas Samsul dan yang lain kan baru datang, pasti capek dan ingin cepat beristirahat kan? Karena itu, lebih baik kami tidak mengganggu lagi dan kembali saja ke tenda kami!" pamit Rizal.

"Oh, iya mas," jawab Samsul sembari mengulas senyum.

Rizal lantas menarik lengan Adnan dan Galang untuk mengajak keduanya kembali ke tenda.

"Kenapa sih Zal?"

"Ya Ampun Nan, masak kamu gak sadar sih?"

"Apa?"

"Samsul dan dua temannya itu aneh. Aku curiga kalau mereka itu.. Begini saja, coba kita lihat besok pagi, kalau pas kita bangun, mereka udah gak ada. Kalian tahu lah apa maksudku."

Seketika bulu kuduk merinding. Baik Adnan dan Galang telah memahami. Jantung kembali berdegup dengan kencang seiring rasa takut yang menggelayut cepat.

...🍁 Bersambung... 🍁...

Terpopuler

Comments

Herlina Lina

Herlina Lina

apa samsul dan tmnnya pendaki yg sdh meninggal

2024-05-14

1

IG: _anipri

IG: _anipri

aku paham Zal

2023-01-25

0

IG: _anipri

IG: _anipri

gimana sih, apa mereka tuh muncul saat malam aja? bngung aku jadinya

2023-01-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!