SEDANG APA MEREKA?

Adnan terbangun di tengah malam karena ingin buang air kecil. Saat itu, Galang turut terbangun juga dan meminta Adnan untuk ke kamar mandi bersama.

"Ya sudah ayo!"

Galang bangkit lalu mengikuti langkah Adnan.

"Kamu duluan Nan, baru aku nanti!"

"Iya."

Usai menunaikan hajadnya, Adnan lantas keluar dan kemudian, Galang masuk ke dalam kamar mandi.

"Jangan ditinggal loh!" pinta Galang.

"Iya-iya Lang, cepetan gih!"

"Beneran?"

"Iya, gak percayaan banget sih?"

Beberapa menit kemudian, Galang keluar. Namun, Adnan sudah tidak ada.

"Nan! Adnan! di mana kamu?" panggil Galang sambil celingukan.

"Wah sialan! dibilang jangan ditinggal malah pergi," umpat Galang seraya melangkah cepat hendak kembali ke kamar.

"Ssst! Lang! Galang!" panggil Adnan pelan dari arah ruang tamu yang gelap.

Mendengar suara tanpa ada wujudnya membuat Galang terhenyak, mematung sesaat dalam diam.

"Lang! sini Lang!"

"Sialan! suaranya mirip Adnan," gumam Galang.

"Woy Sini!" Adnan meninggikan sedikit suaranya.

"Hah? itu kamu Nan?"

"Iya, buruan sini!"

Dengan ragu, Galang melangkah ke ruang tamu yang gelap. Samar-samar ia melihat siluet tubuh Adnan lalu memanggilnya.

"Kamu beneran Adnan apa memedi?"

"Gila kamu ya? Aku Adnan."

"Oh.. eh, sialan! kenapa ninggalin aku gitu aja tadi?"

"Sssttt! lihat-lihat! siapa mereka?"

"Hah?"

Adnan menunjuk ke suatu arah sembari mengintip dari balik jendela. Galang pun melakukan hal serupa. Mereka melihat, ada sekelompok orang yang sedang berjalan di jalanan setapak desa dengan penerangan obor yang mereka bawa. Kelompok orang itu dipimpin oleh seorang warga yang wajahnya dikenali oleh Adnan dan Galang yakni, kepala desa setempat.

"Siapa mereka? sedang apa malam-malam? mau ke mama?"

"Gak tahu Lang."

"Kayaknya bukan warga sini deh Nan."

Adnan menatap temannya lekas-lekat. Pandangannya mengandung maksud yang tersirat yang mana lekas, Galang pahami.

"Jangan macam-macam Nan!"

"Apa?"

"Aku tahu isi kepalamu, jangan! lebih baik kita balik tidur saja!"

"Yakin?"

"Yakinlah," jawab Galang seraya membalik badannya lalu berjalan ke arah kamar mereka.

"Kriiett.."

"Eh,.."

Galang menoleh, Andan sudah membuka pintu lalu mengendap-endap keluar rumah.

"Duh nih anak bener-bener ya... Nan.."

"Kalai mau ikut, jangan berisik!"

Galang menghela napas lalu kembali berputar arah, mengekor pada Adnan.

"Kurang kerjaan banget loh ini," gerutu Galang.

"Penasaran."

Galang mendesah.

Adnan dan Galang mengikuti dengan jarak yang tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu dekat. Posisi yang pas dan harusnya tidak terlihat. Setelah diikuti, ternya sekelompok orang itu berhenti di balai desa lalu lekas duduk bersila di sana. Sementara kepala desa terlihat berdiri menghadap ke beberapa orang yang tadi, ia pandu ke sana.

"Lah, mereka ngapain ya?" gumam Galang.

"Apa mungkin mau ronda keliling kampung?"

"Buat apa? kampung aman-aman saja kok."

"Hei, ronda keliling itu sudah jadi budaya. Bukan sekedar nunggu ada maling saja."

"Kalau pun iya, kenapa baru dimulai jam segini?"

"Gak ada yang aneh sih soal jam rondanya. Memang benarnya jam segini, saat para warga terlelap, maling akan melancarkan aksinya."

"Tapi Nan.. apa kamu familier dengan wajah-wajah mereka."

Adnan terdiam sesaat lalu menjawab:

"Enggak sih tapi kan kita bukan orang sini, bisa saja ada warga yang belum kita temui."

"Hemm.. masuk akal sih."

Di saat keduanya sibuk mengamati, terdengar suara ketiga yang memanggil mereka.

"Mas, kalian sedang ngapain?"

Seolah masih belum sadar, Galang menjawab tanpa memalingkan wajahnya.

"Dari tadi juga kita nglihatin mereka, pakai nanya kamu Nan."

"Apaan sih Lang, aku gak nanya apa-apa."

"Halah.. eh, hah?"

"Mas Adnan dan mas Galang mau ikut?" suara ketiga kembali terdengar.

...Deg.....

Sontak Adnan dan Galang menoleh ke belakang. Adnan sedikit terjingkat lalu tersenyum. Seorang lelaki paruh baya telah berdiri di belakang mereka.

"Enggak pak, kami hanya tidak sengaja melihat," kilah Adnan sambil nyengir.

"Iya pak, memangnya mereka sedang apa ya?" tanya Galang.

"Kalau ingin tahu sekali, kenapa tidak gabung saja?" tanya si bapak.

Meski ucapannya biasa saja tapi ekspresi wajah yang ditunjukkan seakan dapat membekukan jantung yang tadinya berdetak dengan cepat. Adnan menelan ludahnya kasar sembari menyenggol pelan lengan Galang, isyarat ia tak nyaman. Galang lantas tertawa kecil lalu menggelengkan kepalanya.

"Terima kasih tawarannya pak. Kami balik ke rumah saja, sudah malam," ucap Galang.

Si bapak hanya diam. Galang berpamitan sekali lagi seraya menarik pelan lengan Adnan untuk pergi. Si bapak masih diam sembari menatap kedua pemuda itu berjalan kembali ke rumah mbah Nanik. Sesampainya di ruman, Adnan dan Galang bernapas lega.

"Dari mana kalian?!" tanya mbah Nanik dengan suara yang sedikit meninggi.

Baru saja merasa lega, sekarang tegang lagi. Galang dan Adnan masih belum menjawab tapi, sikap mbah Nani kembali melunak, lembut seperti biasanya.

"Malam-malam begini ke luar rumah, saya hanya khawatir," tutur mbah Nanik dengan lembutnya.

"Nyeesss" rasanya, bongkahan es dalam jantung Galang dan Adnan mencair kembali.

"Maaf mbah!" ucap Adnan.

"Kami tadi melihat kepala desa menuntun jalan beberapa orang ke balai desa, ada apa ya mbah?" tanya Galang.

"Hemm.. apa lagi yang kalian lihat?"

...Deg.....

Pertanyaan ini membuat Adnan membulat dalam diam.

"Kami lihat, mereka duduk di balai desa sana lalu, kepala desa seperti sedang memberikan pengarahan begitu," jelas Galang.

"Pengarahan apa? apa kalian mendengarnya?"

"Sayangnya tidak, dari tempat kami berdiri, kami tidak bisa mendengar percakapan mereka."

Mbah Nanik tersenyum tipis lalu menatap kedua pemuda yang tengah kebingungan.

"Apa pun yang sedang kepala desa lakukan, pasti ada maksud dan alasannya. Kalian, tidak perlu ikut campur urusan beliau, tidak sopan."

...Deg.....

Ucapan mbah Nanik benar-benar mengena di hati. Adnan yang awalnya hendak membantah, kini tak memiliki pilihan selain diam. Tampaknya, Galang pun demikian.

"Ini sudah larut sekali, sebaiknya kalian kembali beristirahat! jangan terlalu banyak berpikir!"

"Baik mbah, maafkan kelancangan kami!"

"Iya nak Adnan, tidak apa-apa. Kalau tidak begini kan, tidak tahu kalian. Sudah-sudah, sana kembali ke kamar! mbah juga mau tidur lagi."

"Iya mbah."

Galang dan Adnan melangkah gontai kembali ke kamar. Di sana, keduanya masih memikirkan ucapan demi ucapan yang mbah Nanik katakan. Selain itu, rasa penasaran juga belum sirna.

"Aku kok masih penasaran sekali ya Lang."

"Sama, bukan kamu saja. Ini sih bukan lagi tentang ronda jaga malam."

"Lalu apa ya?"

"Malam-malam berkumpul dengan beberapa orang, kiranya apa alasan yang masuk akal? ada apa? siapa? masih menjadi tanda tanya besar."

Adnan mengangguk pelan tanpa memberi jawaban.

...🍁 Bersambung... 🍁...

Terpopuler

Comments

IG: _anipri

IG: _anipri

ak jga penasaran sih sebenarnya

2023-01-24

0

IG: _anipri

IG: _anipri

lihat kakinya Lang, kalau Napak ya Adnan kalau nggak ya memedi. wkwkwk

2023-01-24

0

Rinisa

Rinisa

next read

2022-10-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!