OBROLAN TENGAH MALAM

Setelah kondisi lebih tenang, ketiga pemuda lantas tidur berdempetan. Kali ini, mereka tidur dengan sangat nyenyak. Seolah tadi, tidak pernah melihat penampakan apa-apa hingga sebuah cahaya beberapa kali menyorot, menembus kain tenda mereka. Silau, kiranya itu yang akhirnya membuat ketiganya bangun lalu melongokkan kepala ke luar tenda. Ternyata, ada rombongan pendaki lain yg baru datang dan kini, tengah memasang tenda mereka. Anggota mereka ada tiga orang juga. Setelah mengamati beberapa saat, Rizal, Adnan dan Galang pun merasa lega.

"Alhamdulillah! kita gak sendirian."

"Ia Nan, akhirnya ada teman," sahut Galang.

"Kita sapa bentar yuk!" ajak Rizal.

"Boleh-boleh, sekalian ajak turun bareng besok!"

"Iya kalau mereka turun Nan, kalau malah mau naik gimana?"

"Oh iya ya Lang. Emm.. kita sapa dulu saja lah sambil tanya-tanya!"

"Iya."

Ketiga pemuda itu pun beranjak dari tenda, berjalan perlahan menghampiri tiga orang pendaki yang baru datang.

"Mau dibantuin mas?" sapa Rizal dengan ramah.

Ketiga pendaki itu menoleh lalu mengulas senyum.

"Gak perlu mas, ini juga sudah mau jadi."

"Mau naik atau udah mau turun mas?" tanya Rizal lagi.

"Turun."

"Wah kebetulan, kami juga mau turun, bisa bareng gak?"

"Bisa banget mas."

Rizal, Adnan dan Galang sumringah senang.

"Ya sudah, mau ngopi dulu gak? kami buatin kopi sambil nunggu kalian selesai bangun tenda."

"Wah boleh mas kalau gak ngrepotin sih."

"Sama sekali enggak repot. Ya sudah, kalian lanjutkan dulu saja! kami balik ke tenda sebentar!"

"Iya mas, terima kasih banyak."

"Iya mas, sama-sama."

...🍁🍁🍁...

Malam itu, usai tenda terpasang. Enam orang berbincang hangat mengitari api unggun. Ditemani sinar rembulan yang kebetulan sedang bulat sempurna. Selain berkenalan, keenam orang tersebut mengobrol panjang lebar tentang daerah asal mereka hingga pengalaman mendaki yang pernah mereka lakukan.

"Mas Rizal, mas Adnan dan mas Galang keren, sudah berkali-kali mendaki. Kalau kami, baru dua kali ini," ucap teman baru ketiga pemuda yang bernama Samsul.

"Ah tolok ukur keren itu abu-abu mas. Anggap saja hobi yang rasanya akan sangat bergejolak kalai tidak direalisasikan," jawab Adnan.

"Iya benar, bikin ketagihan juga ya mas?"

"Nah itu.."

Semua orang pun tertawa. Topik demi topik terasa begitu menarik. Ditambah kopi susu yang terus dituang ketika telah habis. Obrolan tengah malam itu pun membawa mereka kepada topik yang seharusnya tidak mereka bahas saat itu yakni, tentang desa Gringging. Desa yang selama beberapa hari ini telah Rizal, Adnan dan Galang tinggali. Bahkan, mereka sengaja dibuat untuk tinggal untuk waktu yang tidak ditentukan di sana. Galang mengatakan kalau mereka sedang berusaha meninggalkan desa tersebut. Desa yang entah benar-benar ada atau hanya ada di alam jin saja. Sampai di sini, Samsul dan dua temannya cukup serius mendengarkan.

Meski telah bercerita panjang lebar. Namun, Rizal, Adnan dan Galang tidak menceritakan tentang tumbal dan dua bapak si pengirim jenazah ke desa tersebut. Jadi, sejauh ini, Samsul dan kedua temannya masih memiliki dugaan kalau desa Gringging itu, mungkin saja desa yang benar-benar dihuni oleh manusia dan bukannya jin. Seolah tak ingin lagi membahas lebih detil, Adnan mengiyakan saja pendapat Samsul dan kedua temannya. Adnan berusaha mengalihkan topik pembicaraan tapi, Samsul membawanya kembali ke desa Gringging ketika Galang bercerita kalau ia beserta Rizal dan Adnan sempat melihat gapura desa Gringging sewaktu berangkat. Namun, ketika mereka berjalan turun, rasanya kok sulit sekali ditemui lagi gapura tersebut. Gapura itu juga merupakan sebuah pertanda kalau basecamp, sudah tidak jauh lagi.

"Wah unik ya desa Gringging ini? saya bingung juga, kalian lewat sisi yang mana ya? karena kami bertiga tidak pernah melihat gapura seperti yang mas Galang ceritakan," tanya Samsul.

...Deg.....

"Masak sih kalian gak pernah lihat?" tanya Galang menegaskan.

Samsul saling melempar pandang dengan kedua temannya lalu menggelengkan kepala.

"Loh.."

"Kalau memang bisa ketemu desa sih, lebih enak menginap di sana. Pagi-pagi sekali baru pulang," celetuk salah seorang teman Samsul yang masih menganggap kalau desa Gringging itu adalah desa yang dihuni oleh manusia.

"Sudah-sudah, kita sudah ada di sini sekarang. Yang kemarin biarlah, besok kita turun sama-sama!" sahut Adnan.

"Bener tuh," timpal Galang.

Keenam pemuda kembali melanjutkan agenda ngopi santai sembari terus bercengkerama.

"Mas, ada yang pernah mati loh di gunung ini. Maksud saya pendaki seperti kita," celetuk Samsul yang tiba-tiba berbicara di luar

topik yang sedang dibahas.

...Deg.....

"Ngapain nih anak bahas beginian sih?" gerutu Rizal di dalam hati.

Sementara itu, Adnan nyengir, berusaha mengimbangi Samsul yang terlihat antusias dalam bercerita.

"Namanya juga umur mas, gak ada yang tahu. Berdoa saja semoga almarhum ditempatkan di tempat yang paling indah!" jawab Adnan.

"Aamiin! tapi gimana ya mas kalau misalkan kita yang mati di sini? siapa yang akan doain?"

...Deg.....

"Ini anak kenapa sih? mulai gesrek deh," benak Rizal lagi.

Adnan terlihat bingung hendak menjawab apa. Melihat hal itu, Samsul lantas tertawa kecil.

"Jangan terlalu serius mas! saya cuma bercanda."

Adnan pun tersenyum.

"Maaf ya mas! saya tahu kalau di gunung gak boleh bahas macam-macam cuma, sebenarnya saya ini rada takut. Kemarin, kami bertiga mengalami beberapa hal aneh yang bisa dibilang mistis. Itulah kenapa, akhirnya kami putuskan untuk turun saja. Masalah puncak sih udah bodoh amat," jelas Samsul.

"Oh begitu. Iya sih, saya, Rizal dan Galang pun juga belum sempat sampai puncak. Bahkan, pos satu saja gak ketemu. Ya udahlah ya, gak perlu dibahas lebih lanjut di sini. Nanti pas sampai basecamp, kita bisa makan bareng di warung sambil cerita-cerita!"

"Iya mas, bener itu."

Adnan tersenyum lalu menyesap kopi di gelas yang tinggal separoh isinya.

"Apinya mulai mati nih, dingin juga. Kita istirahat saja gimana?" saran Rizal.

"Wah iya, capek juga badan," sahut Galang.

"Iya mas, ya sudah kita tidur dulu deh. Besok lanjut jalan turun!" ucap Samsul.

Mereka pun saling menganggukkan kepala dan mengulas senyum. Setelah itu bubar, kembali ke tenda masing-masing untuk tidur.

"Eh.. si Samsul itu gesrek kali ya? kenapa bahas kematian sih di gunung begini? gak paham apa, kalau nasib kita juga belum jelas di sini?"

"Hemm.. biarkan saja Zal! yang penting kita punya teman buat turun besok. Setelah pisah di basecamp nanti, belum tentu juga kita ketemu lagi."

"Iya juga sih."

"Tidur gih! udah ngantuk berat mataku!"

"Iya."

Rizal, Adnan dan Galang pun merebahkan tubuh mereka. Tak butuh waktu lama, ketiganya pun tertidur dengan lelap.

...🍁 Bersambung... 🍁...

Terpopuler

Comments

IG: _anipri

IG: _anipri

haduh, ngapain bahas itu sih?

2023-01-25

0

IG: _anipri

IG: _anipri

nah kan

2023-01-25

0

IG: _anipri

IG: _anipri

ak mlh tkut

2023-01-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!