PEZIARAH

Hari berikutnya, kecemasan masih bercokol di dada ketiga pemuda. Ada rasa khawatir kalau tiba-tiba, kepala desa datang dan menyalahkan perbuatan mereka. Namun, hingga siang menjelang, tidak ada tanda-tanda kalau kepala desa akan datang. Hal ini cukup membuat ketiga pemuda merasa lega. Meski demikian, rasa penasaran yang terlanjur bersarang, masih belum bisa dinetralkan. Alhasil, ketiganya sepakat untuk bertanya langsung saja kepada mbah Nanik tentang siapa sebenarnya, orang-orang yang mereka lihat semalam.

"Oh itu, kenapa kalian penasaran sekali?" tanya mbah Nanik sembari memandang ketiga pemuda secara bergantian.

"Hanya ingin tahu mbah karena, malam-malam begitu rasanya tidak biasa saja," jawab Galang.

"Bukannya tidak biasa tapi kalian saja yang memang belum terbiasa. Kalian baru di sini jadi wajar kalau belum tahu. Pelan-pelan akan tahu dan menjadi biasa."

Mbah Nanik menyeruput teh hangat miliknya sebelum melanjutkan ucapannya.

"Desa Gringging ini, memang biasa dikunjungi orang-orang. Bukannya kalian juga berkunjung ke sini?"

"Emm.. kalau kami kan tidak disengaja. Para penduduk yang memang menyelamatkan kami dari ancaman hipotermia. Sedangkan mereka, dengan sengaja datang ke mari."

Mbah Nanik tertawa kecil.

"Iya-iya, kalian memang berbeda dengan mereka."

"Lalu, sedang apa mereka semalam mbah? atau lebih tepatnya, apa tujuan mereka datang ke sini?" tanya Adnan.

"Berkunjung saja, manusia itu memang aneh. Enak-enak hidup di kota, pengen ngrasain tinggal di desa. Ya itulah mereka, mereka yang kalian lihat semalam."

"Lah kenapa? maksudnya untuk apa melakukan itu? apa mereka begitu tidak ada kerjaannya hingga ke sini? kalau memang ingin merasakan kehidupan di desa, berarti kan mereka akan tinggal, entah sehari, dua hari atau seminggu tapi..."

"Mbah juga tidak mengerti jalan pikiran mereka," sahut mbah Nanik memotong ucapan Adnan.

"Kenapa malam sih mbah? jadi mikir macam-macam kita lihatnya," desah Galang.

"Kalau itu kan, kalian sudah tahu jawabannya. Desa Gringging ini terletak di gunung, di tengah hutan, perjalanan mereka hingga sampai ke sini pun, tidak bisa ditentukan. Sampai di sini pagi atau malam, tentu masih wajar."

"Tapi mbah, saya dan Adnan melihatnya selama dua malam. Masak iya, datangnya malam semua?"

"Buktinya begitu," jawab mbah Nanik singkat.

Ketiga pemuda terdiam sejenak sebelum kemudian, Adnan kembali bertanya.

"Kalau memang orang-orang itu tinggal sementara di desa Gringging, lantas di mana mereka sekarang?"

Mbah Nanik mengulas senyum segaris kala mendengar pertanyaan Adnan.

"Nanti, kalian juga akan tahu sendiri," jawab mbah Nanik seraya beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur.

"Apa-apa an ini? misterius sekali," desah Adnan di dalam hati.

...🍁🍁🍁...

Setelah dipikir kembali, Adnan menghubungkannya pada beberapa kejadian yang ia lihat sebelumnya. Mulai dari pertama mulai mendaki hingga saat ini. Kesimpulan yang berhasil ia tarik adalah dugaan bahwa orang-orang yang semalam ia lihat adalah para peziarah. Sepanjang pendakian, tak satu pun peziarah yang ia lihat. Padahal dari bawah, banyak yang naik. Adnan menduga bahwa di sinilah tempat para peziarah itu berhenti.

"Mungkin gak sih?" tanya Adnan kepada kedua temannya.

"Hemm.. mungkin saja tapi, apa mereka lewat jalan berbeda ya? kok kemarin itu kita gak ketemu sama sekali."

"Kurang tahu juga Zal."

"Kalau memang benar, mereka adalah para peziarah, itu artinya ucapan mbah Nanik bohong," celetuk Galang.

"Duh! kalau ini sih, aku tidak tahu juga," sahut Adnan.

"Anggap saja memang benar, mereka peziarah. Lantas, di mana mereka sekarang? masak iya munculnya hanya pada saat malam?"

Ucapan Rizal membuat keduanya berpikir keras.

"Mungkinkah mereka menginap di salah satu rumah warga?"

"Bisa jadi Lang, seperti kita ini," jawab Adnan sembari menyandarkan punggungnya.

"Atau..."

"Atau apa Zal?"

"Menurut rumor yang menyebar, para peziarah akan melakukan pertapaan di gunung hingga keinginannya terlaksana. Jadi, mungkin gak sih kalau mereka sedang bertapa di suatu tempat?"

"Mungkin saja Zal," sahut Galang cepat.

"Tapi di mana?"

"Nah itu, itu tuh yang belum kita tahu."

"Perlu dicari tahu gak nih?"

Pertanyaan Rizal seolah menantang rasa penasaran yang telah mengakar kuat di dalam hati. Dalam satu jawaban yang sama, ketiganya sepakat untuk mencari tahu lebih dalam. Entah benar atau salah, rasa penasaran mengalahkan pertimbangan logika.

...🍁 Bersambung.. 🍁...

Terpopuler

Comments

IG: _anipri

IG: _anipri

dan juga kenapa mereka berkunjungnya tengah malam?

2023-01-25

0

IG: _anipri

IG: _anipri

jawaban yang kalau dilogika itu nggak masuk

2023-01-25

0

Putrii Marfuah

Putrii Marfuah

ingat, pulang

2022-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!