Rumah yang mereka lihat benar-benar kosong dan nyaris ambruk. Sepertinya, memang telah lama tidak ditinggali. Hendak berteduh di terasnya pun khawatir, takut dinding dan atapnya roboh menimpa diri sendiri. Alhasil mereka memutuskan untuk beristirahat di halaman rumahnya saja. Kebetulan, ada sumur juga di sana. Jernih dan aman untuk dikonsumsi. Galang mengisi persediaan air, sementara Adnan dan Rizal menyiapkan makan siang. Usai makan siang, mereka melanjutkan perjalanan. Meski telah lama berjalan, mereka masih belum menemukan keberadaan pos satu hingga jam menunjukkan pukul setengah lima sore. Alhasil mereka memutuskan untuk mencari lahan yang pas untuk mendirikan tenda dan berencana bermalam di sana.
"Yakin nih buka tenda di sini?" tanya Galang.
"Kalau gak buka tenda, memangnya kamu masih kuat lanjut jalan? kalau aku sih, capek," sahut Adnan.
"Bukan begitu, sudah seharian loh kita jalan tapi belum nemu pos satu. Menurutku sih aneh, aku lebih khawatir kalau kita tersesat. Masih belum terlambat kalau balik arah."
Ucapan Galang membuat Adnan turut menimbang.
"Yah apa pun itu, yang penting kita istirahat dulu semalam! perkara besok mau balik turun, gampang," timpal Rizal sembari menancapkan pasak ke tanah.
"Iya gitu aja, bentar lagi malam, aku gak mau jalan malam-malam," sahut Adnan.
Pada akhirnya, ketiganya tetap membuka tenda untuk bermalam di sana. Kompor dan nasting dikeluarkan untuk memasak makan malam. Tak lupa, kopi susu panas melengkapinya. Api unggun juga dinyalakan guna menghangatkan tubuh yang mulai beradu dengan dinginnya malam. Mereka menyantap makanan sederhana yang terasa begitu nikmat ketika disantap di hutan. Bagaimana tidak, di tengah hutan belantara tanpa dibekali kemampuan berburu, tentu mie instan dengan telur dadar terasa sangat lezat. Setelah berbincang selama beberapa jam, ketiganya pun terlelap.
...🍁🍁🍁...
Rasanya, baru sebentar mata terpejam, angin berembus dengan kencang.
"Blup... blup... blup.."
Tenda yang terus berbunyi sebab tertabrak angin membuat ketiganya terbangun dan kemudian, bangkit perlahan. Galang melongokkan kepalanya ke luar, melihat kondisi sekitar, apakah sedang gerimis atau sekedar berangin saja?
Galang mengamati keadaan dengan seksama dan lekas merinding setelahnya. Hal ini dikarenakan tak ada satu pun pohon yang bergerak. Jangankan pohon, dahan dan ranting pun tetap diam di posisinya. Galang menelan ludahnya kasar seraya kembali memasukkan kepalanya ke dalam tenda.
"Ada apa Lang?" tanya Rizal.
"Gak ada apa-apa kok Zal, hanya angin doang" jawab Galang dengan raut wajah yang terlihat normal.
Bukan tanpa alasan, Galang berkata demikian. Ini dikarenakan pantangan lisan yang telah dibuat untuk seluruh pendaki yakni:
"Jika melihat apa pun yang janggal di gunung (merujuk pada sebuah penampakan ghaib atau segala sesuatu yg mengarah ke sana), dilarang keras untuk membahasnya langsung di tempat. Kejadian itu baru boleh dibahas ketika sudah turun nanti"
Hal ini berkaitan dengan hal tabu yang telah turun menurun dipercayai. Namun, jika dilogikakan, ada benarnya juga sebab, jika masalah seperti ini dibahas ketika masih berada di gunung maka, akan menularkan ketakutan kepada seluruh anggota pendakian dan ini bisa berakibat fatal untuk semuanya. Terlebih jika terjadi kepanikan, para anggota pendaki bisa berlari tanpa arah yang bisa membuat dia tersesat atau bisa juga berlari kencang yang mana akhirnya malah membuatnya terjatuh. Jika hanya tergores akan baik-baik saja. Namun, jika malah jatuh ke jurang, nyawa taruhannya.
...🍁BERSAMBUNG...🍁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
IG: _anipri
iya lho. bahkan kalau di rumah pun aku gitu, kalau liat makhluk halus di luar rumah aku nggak berani nyeritain di sana, kudu di dalam dulu. entah kenapa sih nggak tahu jga ya, takut aja gitu. wkwkwk
2023-01-23
0
maharastra
ohhh, bnr jg y...
2022-11-20
1
Putrii Marfuah
hmm baru tahu ada pantangan macam itu, secara bukan termasuk pecinta alam apalagi mendaki gunung
2022-10-12
3