Keesokan harinya, Adnan dan Galang menceritakan tentang apa yang mereka lihat semalam kepada Rizal.
"Gitu kok kalian gak bangunin aku sih?"
"Halah Zal, mana sempat?" jawab Adnan.
"Mbah Nanik ini sedikit mencurigakan juga ya?" ucap Rizal sembari memanyunkan bibir.
"Semacam ada yang disembunyiin."
Meski ketiganya mulai curiga tapi bukannya mencari jalan untuk pergi melainkan malah menyusun rencana untuk menyelidiki nanti malam.
"Setuju, aku juga penasaran," sahut Rizal, menyetujui usulan Galang untuk kembali menyelidiki.
Pun sama dengan Adnan, sudah kepalang tanggung kalau tidak dilanjut penyelidikannya. Rasa penasaran telah sampai ke ubun-ubun. Kiranya seperti itulah alasan yang mendasari ketiganya untuk membuat kesepakatan demikian. Di rumah mbah Nanik, ketiganya bersikap biasa, sangat normal. Bahkan, terkesan seolah tak lagi menunjukkan rasa penasaran. Mbah Nanik pun tak mengungkit apa pun. Semua berjalan seperti biasanya hingga malam kembali datang.
...🍁🍁🍁...
Malam itu, tidur mereka tak sepenuhnya lelap. Dapat dikatakan kalau mereka tidak tidur sama sekali. Hanya mata yang dibiarkan terpejam. Namun, otak tetap terjaga demi menunggu tibanya waktu yang telah mereka nantikan. Satu jam, dua jam, tiga jam berselang hingga sekitar pukul satu malam. Suara orang berjalan kembali terdengar. Ketiganya membuka mata bersamaan seraya saling melempar pandangan. Saling mengangguk penuh arti lalu bangkit seraya perlahan berjalan keluar kamar.
Setelah memastikan dari jendela bahwa itu benar gerombolan orang seperti malam sebelumnya. Ketiganya pun mengendap-endap keluar. Namun, Adnan dan Galang tidak bisa memastikan tentang kelompok orang itu sama seperti kemarin atau berbeda. Yang jelas, apa yang mereka lihat sekarang, serupa seperti apa yang mereka lihat di malam sebelumnya.
"Pelan-pelan, jangan berisik!" ucap Galang dengan gerakan bibir.
Adnan dan Rizal mengangguk paham. Seperti yang telah mereka duga. Sekelompok orang malam ini pun juga berkumpul di balai desa. Setelah itu, kepala desa meminta mereka duduk dan mulai berbicara. Kali ini, ketiga pemuda mengamati dengan jarak yang lebih dekat karena ingin mendengar tentang apa yang tengah kepala desa sampaikan.
"Hati-hati! jangan sampai ketahuan!" sekali lagi Galang memperingati.
"Oke," jawab Rizal.
"Kita harus waspada sambil mengawasi sekitar agar tidak ketahuan seperti kemarin!" ucap Adnan.
Galang dan Rizal menganggukkan kepalanya. Setelah mereka berada di posisi yang tepat, mereka malah tetap tidak bisa mendengar dengan jelas. Lebih tepatnya tidak memahami karena, kepala desa berbicara menggunakan bahasa yang sama sekali tidak mereka kenali. Anehnya, sekelompok orang yang ia bawa, dapat memahaminya dengan mudah.
"Apa sih ini? ngomongin apa mereka?" gumam Adnan.
"Gak jelas, gak ngerti sama sekali aku," keluh Galang.
Ketika ketiganya kebingungan, tiba-tiba kepala desa menoleh ke arah mereka, diikuti tatapan yang sama dari semua orang yang tengah duduk bersila. Rizal, Adnan dan Galang pun terhenyak seraya lekas berlari tunggang langgang kembali ke rumah mbah Nanik. Entah kenapa mereka berlari. Seharusnya, mereka biasa saja atau lebih baik bertanya langsung agar tidak merasa penasaran. Sayangnya, rasa takut menyerang lebih dulu membuat ketiganya tak kuasa menahan diri dan kemudian berlari.
"Sudah terlanjur, gimana kalau kepala desa nyamperin kita?" tanya Galang.
"Gak bakalan kayaknya, palingan kita dianggap sebagai anak-anak nakal doang."
"Kamu yakin Zal kalau kepala desa cuma mikir kayak gitu?"
"Ya enggak sih tapi buat apa dia sampai bikin perhitungan sama kita?"
"Kalau sampai kayak gitu, bukannya tambah mencurigakan ya?" sahut Adnan.
"Jadi gimana? kita diam saja atau sebaliknya, kita minta maaf ke kepala desa besok? sekalian memperjelas semuanya dan siapa tahu, kita bakal mendapat jawaban tentang apa yang mereka lakukan selama dua malam ini."
"Gak usah Lang!" Rizal lekas melarang.
"Anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa. Kalau memang tidak ada yang salah dengan yang mereka lakukan, tidak akan jadi masalah juga untuk kita. Sedangkan jika yang mereka lakukan itu sesuatu yang menyimpang maka, kita tidak perlu masuk terlalu dalam. Jangan berinteraksi dengan kepala desa! biarkan saja seperti ini!" imbuh Rizal.
Tampaknya, Adnan dan Galang sepakat. Keduanya tak lagi mendebat meski otak mereka masih berpikir keras. Memikirkan apa yang kiranya, akan kepala desa lakukan kepada mereka.
"Ah sudahlah, kalau pun besok kepala desa datang bertanya, aku katakan saja seadanya. Kalau memang perbuatanku dinilai salah, aku akan meminta maaf," ucap Adnan di dalam hatinya.
"Benar, begitu saja," imbuhnya lalu memejamkan mata dan tak lama kemudian, Adnan terlelap.
...🍁 Bersambung.. 🍁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Ida Trida
aneh... padahal tujuannya pendakian.. harusnya kl dah cukup istirahat langsung pamit lanjutin pendakian.. ini malah enak"an nebeng rumah orang makan tiap hari...
2023-08-03
0
IG: _anipri
pake aksara Jawa. wkwkwk
2023-01-25
0
IG: _anipri
kena masalah lagi nih mereka
2023-01-25
0