"Nenek, Ini uang gaji ku bulan ini. Aku berikan pada Nenek, Ya."
"Ini banyak sekali. Ternyata pekerjaan sebagai driver online diapresiasi tinggi walaupun sering di pandang rendah oleh orang lain. Tidak apa Diana, yang terpenting kau ikhlas menjalani pekerjaan mu, jangan pernah pandang pekerjaan hanya dari gajinya." Nasihat Nek Ira
"Itu hanya kebijakan dari kantornya saja, Nek. Setiap kantor pasti memiliki kebijakannya masing-masing. Ada yang digaji dengan harus memenuhi ketentuan lebih dulu, ada juga yang dibayar dari sedikit setorannya. Aku hanya beruntung..." Ucap Diana mengingat perkataan atasannya di akhir kalimat
Tatapan Diana menatap kosong ke arah depan.
"Aku titipkan uang itu pada Nenek, Ya. Terserah nenek ingin menggunakannya untuk apa. Jika uang ini aku yang memegangnya, aku takut tidak bisa mengelolanya dan malah cepat habis sampai saat ada kebutuhan yang mendesak aku tidak memiliki uang sepeser pun." Lirih Diana
"Tidak perlu khawatir, Diana. Pasti selama ini kau memiliki keinginan yang belum bisa terbeli. Misalkan kau ingin pakaian, tas, atau sepatu, Kau sudah memiliki uang sendiri dan bisa menggunakannya untuk keperluan mu. Bulan nanti, kau akan mendapatkan gaji kembali." Ucap Nek Ira
Diana memang belum menceritakan apa saja yang terjadi kemarin padanya. Akibat mobilnya yang hilang sampai Diana dipecat dari pekerjaannya. Nek Ira tidak tahu jika uang itu adalah gaji terakhirnya sampai Diana mendapatkan pekerjaan lain.
"Diana, kau terlihat murung. Ada apa? Kau tidak senang ya mendapatkan gaji sebanyak ini. Apa jumlahnya masih kurang?" Tanya Nek Ira
"Nenek, Aku senang sekali akhirnya mobilku dari kantor bisa ditemukan. Pagi hari sekali aku datang ke kantor untuk mengantarkan mobil itu. Nenek, sebelumnya dihari mobil ku hilang, atasan ku sudah memecat diriku. Tapi tadi pagi dengan harapan aku bisa mendapatkan pekerjaan ku kembali ternyata tidak. Bahkan awalnya gaji ku tidak akan dibayarkan, hanya karena mobilnya sudah kembali aku mendapatkan gaji ku tapi tetap mengeluarkan ku dari pekerjaan ini. Pekerjaan lebih penting dari harta Nek, dengan pekerjaan kita bisa hidup." Jelas Diana
Nek Ira terkejut mendengar Diana cucunya dipecat hanya karena terjadi kesalahpahaman. Dia ikut sedih, menghampiri Diana dan mengelus lembut punggungnya untuk memberikan kekuatan.
"Tidak apa, cucuku... Kau adalah gadis yang cerdas dan juga hebat. Di luaran sana pasti masih banyak lowongan pekerjaan yang akan menerima mu di tempat mereka."
"Baru saja satu bulan aku melakoni pekerjaan ini dan aku sudah nyaman bekerja sebagai driver online. Bukan hanya karena kebijakan kantor yang memberikan benefit tinggi untukku. Aku hanya senang bisa mengendarai mobil dan selalu mengingat Ayah yang membuatku bisa mengendarainya. Saat ada ibu, dulu saat aku kecil Ayah selalu mengajakku liburan bersama ibu berangkat menggunakan mobil. Saat berkendara, Aku selalu merasa ibuku menemaniku bekerja. Aku pikir, dengan mengendarai mobil karena Ayah yang mengajari ku, Aku masih mengingat akan jasanya." Ungkap keluh kesah Diana
Nek Ira terlihat menitikkan air mata, namun ia segera menghapusnya lagi. Nek Ira tahu jika Diana sedang mengenang masa indah bersama kedua orang tuanya. Gadis yang malang, merindukan kenangan indahnya yang bahagia, dan berubah menjadi anak broken home di saat ia kehilangan seorang ibu dan hanya memiliki Ayah yang sekarang tidak peduli padanya.
"Nenek tidak bisa melakukan apapun untuk mu. Hidup Nenek saja jauh dari kemewahan. Jika saja Nenek memiliki harta yang berlimpah, Nenek pasti akan memberikan segalanya untuk mu." Kata Nek Ira
"Apa yang Nenek katakan? Hanya karena sebuah harta seseorang berambisi untuk menikmati hidup dalam gelimpangan harta. Karena sebuah harta mereka mengejar mimpi, mengatakan pada dunia jika harta adalah yang terpenting. Sudah cukup satu kali aku merasakan kesedihan hanya karena seseorang mengejar harta mereka dibandingkan harta dikaruniai seorang anak. Dan sekarang tidak lagi... Untuk apa hidup dalam kekayaan yang melimpah, mental seorang anak saja tidak bisa dibeli." Kata Diana merasakan pahitnya hidup sampai ia menangis bersama Nek Ira
"Maafkan Nenek, Diana... Kau harus lebih bekerja keras menghadapi dunia ini. Kau harus bekerja dibandingkan memilih sekolah..."
"Jangan katakan itu, Nenek. Harta bisa membuatku kehilangan Ayah dan Ibuku. Aku tidak ingin kehilangan Nenek... Seperti yang Nenek katakan, aku tidak akan mudah menyerah untuk mendapatkan pekerjaan lagi." Tangis Diana pecah
Diana menerjang Neneknya dengan sebuah pelukan.
Diana memeluknya sangat erat. Menangis bersama dalam pelukan masing-masing.
Memiliki harta yang melimpah merupakan keinginan setiap orang.
Tak sedikit orang beranggapan tolok ukur kesuksesan adalah dengan banyaknya harta yang dimiliki. Tolok ukur tersebut membuat banyak orang bekerja sangat keras agar menjadi terpandang.
Diana selalu belajar, bahwa harta itu mematikan. Menumbuhkan sifat seseorang yang cinta pada dunia. Alhasil terlalu keras pada diri sendiri, seseorang kerap akan khilaf dan melupakan keluarga dan kebersamaan.
Padahal, harta yang banyak belum tentu menjadi sumber kebahagiaan sejati.
...***...
Keesokan harinya saat Diana hendak pergi keluar, dia kedatangan tamu tak diundang.
Pak Mahendra datang ke rumah ibu mertuanya yang jauh dari kemewahan. Di sana ia ingin menemui Diana dan menanyakan perihal kabar putrinya.
Diana sontak terkejut melihat Ayahnya sudah ada di depan pintu pagi sekali.
"Maaf, Anda siapa ya? Ada kebutuhan apa anda menginjakkan kaki di rumah Nenek Saya." Ketus Diana kurang baik menyambut kedatangan Ayahnya
"Diana ini Ayah! Ayah datang untuk memastikan apakah benar kau tinggal di rumah ini." Kata Pak Mahendra
"Apa peduli anda jika Saya tinggal di rumah ini. Rumah ini jauh lebih nyaman dari rumah yang anda miliki." Ketus Diana lagi yang konotasi berbicaranya formal pada Ayahnya sendiri
"Syukurlah jika selama ini kau tinggal di rumah ini bersama Nenek mu. Ayah sangat mengkhawatirkan mu yang pergi dari rumah."
"Sudah hampir satu bulan aku tinggal di rumah Nenek. Dan baru hari ini Ayah datang. Apakah itu yang dinamakan khawatir? Dari kemarin Ayah kemana saja? Ayah baru ingat memiliki seorang putri kandung sendiri?" Bentak Diana
Dari kejauhan sosok wanita cantik dan selalu glamor keluar dari mobilnya dengan kaca mata hitam yang bertengger. Anak tiri Pak Mahendra, Alexa. Siap untuk pasang badan membela Ayahnya.
"Heh, Anak ingusan! Upss... Maksudku Kakak Diana ku tersayang. Kurang ajar ya, berbicara pada Ayah mu sendiri kasar seperti itu. Memang seperti anak yang tidak pernah di sekolah kan." Ejek Alexa menghampiri perbincangan mereka
"Untuk apa kalian datang kesini?"
"Memangnya ada ya, orang yang ingin datang ke rumah gubuk seperti ini. Banyak debu, kotor, murahan, seperti penghuninya. Toh aku terpaksa ikut bersama Ayah yang seharusnya mengantarkan ku ke universitas dan malah ingin memastikan mu di rumah kumuh ini."
"Alexa, Ayah mohon biarkan Ayah yang bicara dengan Diana sekarang." Ujar Pak Mahendra menghentikan Alexa yang tidak bisa menjaga lisannya
Alexa pun diam sambil memutarkan bola matanya malas.
"Ayah benar-benar ingin memastikan mu. Ayah tidak pernah menyangka kau akan semarah ini pada Ayah dan memutuskan keluar dari rumah, lalu tinggal bersama Nenek mu. Tubuhmu tidak gatal-gatal saat tinggal di rumah ini, Kan? Ayah ingin menjemput mu pulang." Ucap Pak Mahendra memegang kedua tangan Diana, namun Diana cepat-cepat menghempaskannya.
"Jika anda ingin menjemput Saya hanya karena untuk dijadikan seorang pelayan lagi di sana. Mohon untuk jangan pernah membujuk Saya untuk masuk ke rumah itu lagi. Dan jangan sekali pun anda menghina tempat tinggal kami." Ketus Diana
Lalu berkata,
"Saya tahu anda dan keluarga anda tinggal di istana. Di sana ada AC, kasur yang empuk, kebutuhan yang dilayani pelayan, kalian hidup enak seperti merasakan di surga."
"Oh tentu sangat jelas! Tidak seperti rumah ini. iiyuhh... Rumah sarang laba-laba. Banyak debu dan rambat di mana-mana." Cerca Alexa menimbal
"Tapi rumah itu hanya neraka bagi ku. Jangan tarik aku lagi ke rumah neraka kalian." Pinta Diana kesal. Ia sudah tahu apa alasan dibalik Ayahnya yang datang untuk membawanya kembali ke rumah tidaklah tulus. Pak Mahendra pasti hanya ada inginnya saja.
"Siapa juga yang ingin mengumut sampah di jalanan, lalu dibawa ke tong sampah yang terbuat dari emas. Sampai kapanpun kau memang tidak akan bisa kembali ke rumah itu lagi. Ayah dengar sendiri kan, Apa yang putri kandung Ayah katakan? Jika dia tidak ingin ikut dengan Ayah, maka Ayah tidak perlu memaksanya. Sebaiknya Ayo cepat antarkan aku ke universitas sekarang." Ajak Alexa menarik tangan Pak Mahendra
Pak Mahendra melepaskan tangan Alexa yang menariknya. Dia masih ingin berbicara dengan Diana.
"Untuk apa masih ada di sini? Putri dari kerajaan sudah tidak sabar untuk diantarkan ke sekolahnya. Dan seharusnya anda sebagai pengawal segera menuruti keinginan Tuan putri." Ketus Diana mengejek
"Ayah tahu kau marah dan membenci Ayah. Tapi kembalilah ke rumah. Tempat mu bukan ada di sini, Diana." Paksa Pak Mahendra membujuk Diana
Bujukan dari Pak Mahendra hingga mengejar sampai ke Atlantis pun, Diana sudah bulat pada keputusannya untuk mengeluarkan diri dari anggota keluarga Ayahnya yang hanya membuat batinnya terluka saja.
"Maaf Tuan, ada aktivitas yang lebih penting di luar sana yang menunggu Saya. Dibandingkan harus mendengarkan permintaan anda." Jawab Diana formal. Diana melewati kedua iblis itu, meninggalkan pergi dari sana.
"Diana, kau benar-benar tidak ingin kembali bersama Ayah?" Teriak Pak Mahendra memanggil
Diana menghiraukan pertanyaan Ayahnya. Dia tetap berjalan sampai pandangannya semakin menjauh.
Nek Ira sedari tadi melihat kedatangan dan perbincangan menantunya dari balik jendela.
Saat Diana sudah pergi, Nek Ira baru keluar.
"Wah, ada tamu kehormatan datang rupanya. Kau menantu ku, Ya. Apa kabar menantu? Kau pasti baik bukan setelah mendapatkan harta milik putri ku. Penampilan mu jauh lebih berbeda dari sebelumnya yang seperti gelandangan menjadi bos besar. Selamat atas jabatan mu saat ini, Ya. Marketing mu memang pintar menarik hati putriku untuk menguasai harta warisan dari Ayahnya." Sindir Nek Ira
"Saya tidak memiliki keperluan dengan anda. Apa saja yang kau katakan pada putriku hingga dia membenci Ayahnya sendiri. Kau pasti sudah mencuci otak putriku." Sarkasa Pak Mahendra tidak memiliki sopan santun pada yang lebih tua
"Diana cucuku sudah lama sangat menderita tinggal bersama mu. Jangan salahkan aku karena Diana sendiri yang sudah memutuskan untuk membenci Ayahnya. Dan kau sendiri yang egois menelantarkan anakmu dan menumbuhkan rasa itu." Adu Nek Ira melawan
"Ayah, Tidak perlu dengarkan wanita tua ini. Kita pergi saja dari gubuk ini karena aku sudah terlambat." Ajak Alexa terus menarik tangan Pak Mahendra
Terlalu kesal pada mertuanya terdahulu. Pak Mahendra yang sudah masuk ke jurang emosi tidak ingin berlama-lama lagi melayani wanita tua yang berani melawannya.
Alexa berhasil menarik pergi Ayahnya. Dan kini mobilnya pergi dari rumah Nek Ira semakin menjauh.
"Dia disekolahkan tinggi dari hasil uang putri kandung ku. Sedangkan putrinya sendiri tidak memakan sepeser pun harta milik ibunya. Anak sekolah, Tapi perkataannya seperti tidak pernah di sekolahkan saja. Sangat kasar dan mulutnya penuh kekotoran." Cerca Nek Ira pada Alexa
"Entah bagaimana caranya aku bisa merebut hak yang seharusnya Diana dapatkan dari tangan Mahendra. Harta itu adalah milik Diana satu-satunya. Harta ibunya, harus kembali ke tangan Diana bagaimana pun caranya." Ambisi Nek Ira
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Ayu Dwi S
nah betul itu
2022-10-16
0