Diana tengah mendorong kopernya. Dalam koper itu berisi barang-barang dan juga pakaiannya. Sembari menangis, ia keluar dari kamar dan pergi melangkah menuju depan pintu untuk meninggalkan rumahnya.
"Ingin kemana Kau??" Panggil Pak Mahendra
Diana pun menghentikan langkah tanpa berbalik pada ayahnya.
"Aku akan pergi dari Neraka ini." Jawab Diana
"Pergi?? Apa kau memiliki uang ratusan juta untuk tinggal di luar sana. Jangankan uang, tinggal di rumah ini bisa makan saja seharusnya bersyukur."
Ketiga makhluk iblis keluar dari sarangnya. Mereka menghampiri Pak Mahendra yang terlihat memarahi Diana yang tengah membawa kopernya.
"Terserah Ayah saja! Aku muak tinggal di sini bersama dengan kalian semua. Ayah lebih memilih keluarga baru Ayah dibandingkan anak kandung ayah sendiri." Ketus Diana
"Memangnya kau akan pergi ke mana, Diana? Kau ingin tinggal di kolong jembatan." Tanya Pak Mahendra
"Tidak perlu pedulikan aku ingin tinggal di mana. Ayah sendiri sudah memutuskan hubungan seorang anak dengan ayahnya. Ayah tidak berhak lagi mempedulikan ku, berbahagia saja bersama keluarga kesayangan Ayah." Ketus Diana
"Kau ingin tinggal di rumah nenek mu yang kumuh dan gubuk itu?" Hardik Ayahnya
"Apa peduli Ayah? Pedulikan saja istri dan anak tiri yang tidak tahu diri ini. Mereka sudah merenggut posisi ibuku di rumah ini." Ucap Diana baru berbalik menatap benci semua orang
Pak Mahendra sedikit tertegun.
"Seharusnya kalian yang pergi dari rumah ini karena ini rumah ibuku. dia mewariskan rumah ini untukku. Tapi tidak masalah, aku tahu apa tujuan kalian menikah dengan ayahku. Dari sejak dulu kalian tidak pernah hidup susah, maka lebih baik aku mengalah karena harta tidak ada artinya dibandingkan ibuku yang coba saja dia bisa hidup."
"Dan aku semakin curiga. Jika sebenarnya Ayah tidak mencintai ibuku. Ayah hanya memanfaatkan ibuku untuk menguasai hartanya saja seperti yang ayah lakukan sekarang. Nikmati saja harta ibuku!" Hardik Diana lagi
Kenyataannya, memang bukan Pak Mahendra yang kaya. Semua harta yang dimilikinya saat ini adalah milik ibunya Diana, ibunya telah menaikkan derajat seorang pria yang dulu hanya sebagai penjual bakso keliling menjadi bos besar yang memimpin perusahaan ibunya.
Cinta memang buta. Hati tidak pernah tahu menjadi pemilik hati siapa. Ibu Diana sangat cantik, mandiri dan pasti banyak pria yang sederajat dengannya ingin menikahi dia. Tapi entah kenapa Mahendra datang sebagai penjual bakso yang mencuri perhatian ibu Diana.
Setelah meluapkan kekesalannya. Diana baru mulai melangkahkan kakinya untuk keluar dari rumah itu. Untuk terakhir kalinya, detik itu ia menginjakkan kaki di dalam neraka, untuk berikutnya Diana bahkan tidak akan pernah menyentuh debu sedikit pun yang menempel di sana.
...***...
Dalam sebuah perusahaan meroket, Goc'ta Company menjadikan posisi nomor satu dalam negerinya. Termasuk 20 besar dalam dunia. Terdapat seorang direktur yang tengah dibuat kesal akan satu hal.
Asisten Joo memberitahu Damian bahwa Hotel Maestro (milik Damian) mendapatkan perlakuan tidak baik dari salah satu tamunya. Tamu itu adalah ayahnya yang seenaknya dan tinggal di hotel tanpa memiliki akses pemesanan lebih dulu.
Asisten Joo yang memiliki nama lengkap Jonathan Sebastian, sering dipanggil Joo untuk mempersingkat namanya.
Ia ditugaskan sebagai Asisten seorang Direktur perusahaan. Direktur Goc'ta Company itu bernama Damian Immanuel Sander. Berusia 28 tahun. Pria tampan yang memiliki wajah rupawan, Tinggi badan 187 Cm, Berwibawa, dingin dan cuek menjadi keidentikannya.
"Dia sudah bersikap seakan-akan ia pemegang saham dan pemilik hotel itu." Ujar Damian sinis
Mendengar itu Asisten Joo terdiam. Hubungan Damian dengan sang ayah memang tidak baik.
Kemudian Asisten Joo menyodorkan daftar tamu yang akan menghadiri pesta keluarga yang akan datang. Ada 100 tamu, masing-masing akan datang bersama keluarga mereka. Damian menatap Asisten Joo dengan tajam dan tidak mengambil daftar itu.
"Saya sudah mengirimnya lewat email." Kata Asisten Joo mengerti.
"Jika begitu untuk apa kau memberi hard copynya." Tanya Damian kesal
Damian Kesal. Karena jika Asisten Joo memberikan kertas berisi daftar nama padahal telah mengiriminya melalui email, itu sama saja dengan menuduhnya tidak melihat email sama sekali dan membuang-buang waktu.
"Tuan besar yang memintanya pada Saya."
Ia lebih kesal lagi setelah tahu ayahnya yang menyuruh Asisten Joo memberikan daftar nama itu lagi dalam bentuk dokumen.
"Saya sudah memberitahu pada Tuan Besar jika anda akan berangkat ke Amerika."
Asisten Joo berkata ia sudah memberitahu Ayah Damian perihal rencana keberangkatan Damien ke Amerika.
"Apakah perlu kau memberitahu dia bahwa aku akan pergi ke Amerika?" Sinis Damian
Asisten Joo hanya terdiam dan menunduk.
"Aku sudah lama ingin bertanya padamu. Sebenarnya kau bekerja pada siapa saat ini? Aku atau ayahku?" Ketus Damian
"Saya selalu bekerja untuk Goc'ta Company."
"Begitu." Kata Damian sinis
"Tuan bisa seperti ini karena Tuan Besar selalu mencampuri urusan pribadi. Dan ini disebabkan oleh wanita yang ada bersama Tuan saat ini."
"Kau salah. Aku sedang menyarankan kau untuk lebih romantis dengan mencari lebih banyak wanita. Agar kau tidak ikut mati saat Ayahku mati... Kau mungkin pernah mendengar seorang Raja mati, para pelayannya ikut mati. Mengenai Wanita itu, Aku sudah tidak mempedulikannya..."
Damian dan Asisten Joo melanjutkan perjalanan mereka untuk menghadiri sebuah rapat di sebuah restoran.
Pekerjaan yang selalu ia kerjakan setiap harinya selalu sampai malam.
Setelah seharian melakukan rapat bersama klien lain. Dan membahas acara keluarga yang akan datang. Damian akhirnya bisa meninggalkan tempat itu dan ia bisa pulang ke rumah.
"Tuan besar tadi menelepon. Beliau menanyakan Nyonya besar, Apakah sudah sampai menjemput Tuan untuk pulang." Bicara Asisten Joo sambil menyetir mobil untuk mengantarkan Damian pulang dan sekilas menatap kaca spion dalam untuk melihat Tuannya.
Damian yang terlihat lelah saat ini. Tubuhnya bersantai menyandar ke jok belakang. Ia juga memejamkan matanya dan memijat pelipisnya.
"Hmm... Lalu kau jawab apa??" Dingin Damian
"Saya berkata pada Tuan besar jika Nyonya sudah ada di rumah Tuan dan akan membawa Tuan pulang besok hari." Kata Asisten Joo
Tck...
Damian bangkit dan memukul jok belakang dengan kesal.
"Kenapa kau tidak mengatakan jika Ibuku tidak berhasil membawa ku pergi. Dia sudah kembali ke Mansion tanpa membawaku. Pria tua itu terlalu egois meminta ibuku yang pergi, sedangkan dia sedang menikmati fasilitas mewah di hotel ku." Kesal Damian
"Tuan Besar sangat mengharapkan anda untuk hadir di acara keluarga nanti. Dia berharap putranya akan datang. Tuan Besar juga menyampaikan sangat merindukan putranya itu..."
"Omong kosong. Padahal dia tidak pernah peduli sekalipun pada anaknya." Hardik Damian
Asisten Joo hanya terdiam dan sesekali melihat ke kaca spion dalam untuk mengetahui keadaan Tuannya yang terlihat marah di jok belakang.
Damian pun menyandarkan tubuhnya kembali. Suasana pun hening dengan Asisten Joo yang fokus menyetir. Menikmati udara dingin malam hari yang menyejukkan untuk menenangkan hati. Suara hujan yang bergemeletuk turun mengenai mobil yang dikendarai tanpa merasakan kebasahan di dalamnya.
Keadaan di jalan raya sangat macet. Asisten Joo memutuskan untuk mengambil jalan pintas walaupun jaraknya akan lebih jauh menuju rumah Damian. Akan tetapi, perjalanan lancar akan lebih dibutuhkan dibandingkan kecepatan.
Hiks... hiks... hiks...
Terdengar suara wanita yang tengah menangis di sekitaran jalan pintas yang diambil. Tidak terlalu banyak kendaraan yang berlelangan di sana. Mungkin karena di luar sedang hujan sehingga semua memutuskan untuk berdiam diri saja di rumah.
Damian yang sedang memejamkan mata, namun tidak tertidur sontak terkejut ketika telinganya menangkap suara tangisan itu.
"Berhentikan Mobilnya!!" Titah Damian tiba-tiba
Ckitt...
Asisten Joo mengerem mendadak.
"Kau mendengar sesuatu di sekitar sini?" Tanya Damian terlihat waspada
Asisten Joo mengernyitkan dahinya dan mencoba membuka telinga lebar-lebar untuk mendengarkan suara yang dimaksud Tuannya.
"Suara apa Tuan? Saya tidak mendengar apapun." Jawabnya
"Suara wanita sedang menangis." Ucap Damian penuh penekanan
Berkali-kali Asisten Joo mencoba mendengar, Namun tidak ada suara apapun yang timbul.
"Tidak ada Tuan, Saya tidak mendengar apapun." Ucap Asisten Joo sekali lagi
Hiks... hiks... hiks...
Suara tangisan itu muncul lebih dekat. Damian sendiri mendengarnya sangat jelas, akan tetapi Asisten Joo tidak bisa mendengar apapun.
Bersambung✍️
Mungkin telinga Asisten Joo belum dibersihkan, Ya. 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments