Kontes kecantikan yang diadakan di universitas Alexa telah usai dan menemukan pemenangnya. Alexa lah yang dinobatkan menjadi pemenang tahun ini.
Saat pulang, Alexa memamerkan kejuaraan nya pada keluarga. Selain mendapatkan pujian dari semua orang di universitas, dia juga tidak luput mendapatkan pujian dari ayahnya.
"Alexa, putri Ayah ini memang sangat cantik dan juga hebat. Alexa memang pantas mendapatkan kemenangan ini." Ujar Pak Mahendra
"Tentu saja Ayah. Kecantikan Alexa ini turun dari ibunya..." Timpal Bu Adriana
Pak Mahendra hanya tertawa.
"Tidak ada. Kecantikan putriku Alexa tidak ada duanya..." Ucapnya tidak segan
Mereka bercanda bersama di sana. Sedangkan satu anggota keluarga mereka, Diana, hanya bisa termenung menatap mereka dari arah dapur yang tidak jauh dari sana. Diana hanya tersenyum kecut, begitu besar kasih sayang ayahnya pada anak tiri.
Diana merindukan belaian kasih sayang yang diberikan ayah seperti saat ibunya masih hidup. Tak di sangka air matanya sudah menampung di pelupuk mata.
Dari kejauhan Bu Adriana yang tengah tertawa riang bersama yang lain melihat ke arah Diana berada. Bu Adriana berhenti tertawa, ia bangkit dan menghampiri anak tirinya.
"Sedang apa kau di sini? Kau itu tidak di ajak, Ya." Ketus Bu Adriana
Saat Adriana datang, Diana terkejut. Ia pun segera menghapus linangan air matanya.
"Kau pasti sedih, Ya. Uhh... Kasihan sekali dirimu anak malang. Ayahmu itu sekarang begitu menyayangi putriku dibandingkan dengan anak kandungnya sendiri. Salah mu sendiri dulu mengizinkanku menikah dengan ayahmu, kau tahu sendiri kan apa yang terjadi sekarang."
Diana hanya menatap Ibu tirinya tanpa mengatakan sepatah katapun. Ia terlalu malas dan bosan mendengar ocehan ibu tiri yang mengejeknya.
"Kebahagiaan yang ibu rasakan tidak akan bertahan lama. Ayah hanya berdamai dengan keadaan, tapi aku tahu hati ayah hanya memiliki ibuku. Aku yakin dibalik keromantisan kalian, dia masih memiliki kenangan yang tidak bisa terlupakan bersama ibuku." Jawab Diana
"Oh iya, Itu dulu. Aku berikan ucapan selamat atas ibumu yang bisa memiliki hati ayah mu itu. Aku tidak peduli, kenyataannya dia tidak mengingat ibumu lagi, Toh jika dia ingat mana mungkin ingin mencari wanita baru untuk dinikahi hanya dalam 1 bulan kepergian ibumu itu. Dan yang terpenting anak-anak ku bisa hidup enak di sini memakan uang hasil Ayahmu!"
"Ibu tiri tetap ibu tiri, seperti bawang merah bawang putih, dan Cinderella. Dongengnya tidak akan berubah menggambarkan bagaimana sikap sebenarnya ibu tiri itu." Sarkas Diana
Diana marah mendengar pengakuan ibu tiri yang bisa disimpulkan ternyata hanya memanfaatkan keadaan ayahnya. Iya hanya ingin menumpang hidup mewah dan menguras harta ayahnya. Pertanyaan yang ada di benak Diana mengenai ibu tirinya adalah, Apakah dia tidak memiliki rasa cinta sedikit pun pada Ayahnya?
*
*
*
Hari demi hari berlalu semua terasa tidak ada bedanya. Ia selalu menderita dan tidak pernah merasakan kebahagiaan. Kata bahagia pun terdengar asing di telinganya, bahkan jika boleh, tidak ada kata bahagia dalam kamus hidupnya. Apa itu bahagia?
Berkali-kali kesalahan yang dilakukan adik tiri selalu menjadi Diana yang dijadikan tumbal kemarahan Ayahnya.
Akibat kesalahan Alexa yang tingkahnya terlalu aktif, dia menari-nari balet dalam rumah dan akibat dari perbuatannya itu ia menyenggol sebuah vas milik Pak Mahendra sampai jatuh pecah berkeping-keping.
Katanya, Vas itu dibeli dari hasil pelelangan yang dijual fantastis, Pak Mahendra berani membayar mahal karena termasuk langka dan antik hingga mencapai US$ 600 ribu. Konon Vas itu berasal dari dinasti Qing China abad ke-18 yang dianggap langka.
Vas itu dibeli sebagai hadiah untuk istri pertamanya, Ibu Kandung Diana. Ibu Diana memang sering mengkoleksi barang antik di mulai dari Vas. Ia memiliki ketertarikan pada sebuah unsur seni di dalamnya.
Namun sayang, Alexa tidak mengakui kesalahannya. Ia ketakutan jika ayah tirinya akan memarahi dia, sebagai penghindar masalah, ia malah menunjuk Diana yang memecahkan Vas itu.
Pak Mahendra tentunya sangat marah. Ia sangat marah sampai menampar pipi putrinya sendiri.
PLAAKKK...
Kepala yang dimiliki gadis cantik, terpaksa harus memalingkan wajahnya ke samping. Pipi mulus putih itu sekarang sudah memiliki bekas tamparan berwarna merah.
Diana menangis. Ini pertama kali ayahnya menampar Diana seperti itu. Tamparan itu terasa menyakitkan baginya. Apalagi tamparan yang diberikan seorang ayah padanya.
"APA KAU TIDAK TAHU VAS ITU AYAH BELI MAHAL, HAH?" Marah Pak Mahendra. Terlihat rahangnya mengeras, giginya bergemeretuk, dan urat di lehernya sampai terlihat.
"Aku tidak memecahkannya, Ayah. Sejak tadi aku berada di dapur bersama yang lain. Aku tidak tahu kenapa Vas itu bisa pecah." Ucap Diana bersama tangisannya yang menyakitkan
"Dia bohong Ayah, Aku sendiri yang melihat dengan mata kepalaku jika dia menari-nari di rumah ini dan Vas itu tersenggol olehnya hingga jatuh." Provokasi Alexa
Pak Mahendra kembali meremang. Ia menatap Diana bagai elang yang ingin memangsa anak ayam.
PLAAKK...
Satu tamparan lagi mendarat di pipi kiri Diana.
Telinga Diana sampai bergeming dan mengeluarkan darah segar dari dalamnya.
"KAU ANAK BAJ**GAN!! KAU SUDAH MEMBUAT AYAHMU INI MALU MEMILIKI ANAK PEMBOHONG SEPERTI DIRIMU. AYAH SUDAH DIBUAT RUGI OLEH SIKAP KEKANAK-KANAKAN MU. JIKA KAU INGIN MENARI, BUKAN DI RUMAH TEMPATNYA, CARILAH SANGGAR YANG BISA MEMBUAT MU PUAS MENARI DI SANA. VAS ITU SUDAH HANCUR DAN AYAH SUDAH RUGI."
Hiks...hiks...hiks...
"Aku tidak benar-benar melakukannya, Ayah. Tolong percayai aku sebagai putri kandung mu."
"Kenapa masih mengelak. Alexa sendiri sebagai saksinya. Vas itu juga adalah milik ibumu, ibumu sangat menyukai Vas itu. Tapi anaknya sendiri sudah menghancurkannya." Masih marahnya
"Di sini ada cctv, bukan. Kenapa ayah tidak mencaritahu lebih dulu menggunakan cctv sebelum memarahiku. Kita bisa melihat kebenarannya di sana." Usul Diana
Pak Mahendra tertegun. Usulan Diana ada benarnya. Kenapa dia bersikap bodoh, tidak mengecek kebenarannya di cctv yang terpasang di setiap sudut rumahnya.
Semua bergegas menuju ruang pengecekan cctv. Pak Mahendra mengarahkan kursor untuk mulai mengecek tayangan cctv yang terjadi 15 menit lalu di ruang keluarga.
Anehnya cctv itu tidak bisa di akses. Tidak ada rekaman apapun yang ditayangkan, hanya sebuah gambar hitam yang tertampil.
Alexa dan Adriana semakin mendesak Pak Mahendra jika semua kejadian ini adalah kesalahan Diana.
Semua sudah sepakat Diana lah yang memecahkan Vas itu.
"Kerja yang bagus, Kakak. Kau sudah menyelamatkan aku dari amukan Ayah. Jika kakak tidak bertindak jenius, maka hari ini aku akan di usir dari rumah ini." Bisik Alexa bersama kakak laki-laki di balik sebuah dinding
"Kau harus membayar mahal akan jasa ku ini. Itulah fungsi tuhan menciptakan otak untuk manusia. Hanya tinggal mematikan cctv dan menghapus perekamannya, dia sudah tidak bisa menemukan bukti lagi." Jawab Gavin, Kakak kandung Alexa dan Kakak tiri Diana.
Alexa dan Gavin tertawa terbahak-bahak. Mereka saling tos tangan. Berhasil menjalankan misi kejahatan mereka.
Hanya sebuah vas yang lebih berharga, Mereka rela menyakiti mental seorang anak yang seharusnya lebih berharga!
Bersambung✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments