Pagi Hari.
Sinar matahari pagi masuk ke celah tirai jendela yang masih tertutup. Sinarnya yang menembus tirai itu membangunkan sosok wanita yang tengah tidur di ranjang berukuran super king size.
Sebuah kamar besar dan bergaya barat modern. Bercat hitam dan penuh dengan furnitur mahal yang didominasi warna hitam. Jendela dan tirai yang menjulang tinggi.
Karpet permadani yang cantik, lantai marmer cokelat mengkilat dan ruang ganti dipenuhi banyak parfum, jam tangan, sepatu, jas dan pakaian kelas dunia.
Kasur besar yang empuk dengan bantal bulu angsa, seorang wanita cantik tidur lelap di atasnya dengan mata yang masih mengerjakan mata untuk terbangun dengan mata terbuka sempurna.
Tubuhnya yang idealis sangat cocok memakai dress putih sedikit transparan dengan belahan paha terlihat. Tidak tahu sejak kapan dan siapa yang menggantikan pakaiannya menjadi lebih seksi bukan style nya. Bibir mungil dan merah muda membuat dia seperti ratu yang sedang tidur di sebuah kastil besar.
Sinar matahari sedikit demi sedikit menelusup, memasuki celah-celah tirai. Membuat mata Diana sedikit silau. Diana membuka matanya, menatap sekitarnya dengan pandangan heran. Dia sedang tidak berada di kamarnya, maupun di kamar hotel. Sedang berada di mana kah dirinya?
Diana melayangkan pandangan pada sekelilingnya. Ruangan itu begitu luas. Dia sedang terbaring di sebuah ranjang besar. Di depan ranjangnya terdapat TV LED berukuran besar, sementara di sudut kamar terdapat tempat untuk bersantai.
Diana, Ia terbangun di tempat yang asing.
Eugghhh...
Lenguhannya terdengar sambil meregangkan ototnya.
Diana terdiam mengalami Keterlambatan untuk mencerna lingkungannya. Begitu aneh, dan asing baginya.
Matanya mengerjap tidak percaya melihat sekitar yang jelas berbeda seperti setiap hari ia tertidur dan bangun. Jika di rumah, ini bukanlah rumahnya.
Tak menunggu lama, kedua mata Diana mulai bergerak. Membuka perlahan pandangan yang kabur, dan runyam.
Diana perlahan bangkit dan merasakan kepalanya yang sangat sakit dan pusing akibat kemarin malam ia mengguyur diri di bawah air hujan. Diana sangat linglung dan masih belum paham dengan apa yang sekarang dia lihat.
Matanya pun sedikit sayu seperti orang yang kurang tidur. Ia masih menatap sekeliling dengan kapasitas otak masih 20 persen saat terbangun.
Diana kira kini ia berada disebuah kamar besar yang asing baginya. Ia masih bingung di mana sebenarnya ini? Tempat apa ini?
Kyaaa...
"Aku di mana ini? Apa aku sedang bermimpi ada di sebuah istana? Ini juga bukan rumahku." Pekik Diana akhirnya otaknya terisi penuh hingga bisa menangkap keadaan
Awww...
Diana juga mencubit lengannya untuk memastikan apakah dia bermimpi atau tidak. Jika sakit, itu artinya dia tidak sedang bermimpi dan semuanya nyata.
"Awshh... Ternyata sakit. Itu artinya aku tidak sedang bermimpi. Tapi apa yang terjadi padaku kemarin, kenapa tidak mengingatnya." Ujar Diana pusing
Diana mulai mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Otaknya dipaksa untuk mengingat memori kemarin malam. Alhasil ia malah semakin pusing. Diana benar-benar tidak mengingat kejadian semalam termasuk pria yang menolongnya yang sedang sengaja diguyur hujan.
Terlalu memaksakan diri untuk mengingat. Akhirnya kilasan balik memori muncul dalam ingatannya, Diana ingat bahwa dia pergi dari rumah, ia menangis di bawah guyuran air hujan mengeluhkan nasibnya, ia juga ingat akan pria yang menolongnya tapi samar mengingat wajahnya.
"Siapa pria itu?? Apakah dia yang sudah membawaku kemari? Wajahnya samar untuk ku lihat, Kenapa jadi tidak jelas." Kesal Diana
"Mungkin dia adalah pemilik rumah ini. Dia pasti ada di luar. Aku akan ucapkan terima kasih padanya sekaligus melihat wajah dia." Beranjak Diana dari ranjang
Pantulan Diana saat berdiri terlihat dari cermin yang tidak jauh dari saja. Memantulkan bagaimana tampilannya kali ini, dengan memakai pakaian yang begitu seksi tidak sesuai dengan style nya.
Kyaaa...
Diana terpekik. Ia menjerit hebat dan kembali ke ranjang membungkus dirinya menggunakan selimut lagi.
"A-apa ini? Kenapa pakaian ku seksi sekali dan menerawang. Siapa yang sudah memakaikan pakaian seperti ini padaku." Pungkas Diana terdengar cemas
Pikirannya negatif. Ia sangat takut hal buruk terjadi sesuatu padanya. Ia tahu pakaian kemarin malam basah dan pasti ada yang menggantikannya dengan pakaian saat ini.
"Di mana koperku? Aku harus segera mengganti pakaian ini."
Diana kembali beranjak dari ranjang tanpa melepaskan selimut besar yang membungkusnya. Walaupun kamar itu sepi, dia sangat malu melihat tampilannya saat ini.
Diana berjalan seperti penguin akibat selimut tebal dan besar itu yang membuatnya sangat berat. Ia mencari ke setiap sudut dan ruang untuk mencari keberadaan kopernya, namun nihil tidak dapat ditemukan olehnya.
Saat itu juga, Suara pintu terdengar di buka. Menampilkan beberapa wanita muda dan satu wanita tua di tengahnya yang menggunakan pakaian serempak sama layaknya seorang pelayan.
Diana terhenyak dengan tatapan waspada ia melihat mereka.
"Si-siapa kalian??" Tanya Diana ketakutan
"Selamat pagi, Nona. Syukurlah anda sudah bangun." Ucap wanita tua yang sepertinya ketua pelayan
"Pa-pagi." Jawab Diana polos. Walaupun ia sedang ketakutan, dia masih sempat menjawab sapaan yang terdengar lirih.
"Ada apa Nona?!" Seorang pelayan wanita yang masih muda tiba-tiba memasuki lebih dalam kamar itu. Menatap Diana dengan tatapan penuh kekhawatiran akibat tubuhnya yang dibungkus oleh selimut.
"Siapa Kau?!" Tanya Diana yang sedang memojok
"Nyonya, Saya dan yang lain adalah pelayan Anda. Ini adalah ketua pelayan kami..." Tunjuk pelayan muda itu pada pelayan yang lebih tua
Pelayan itu tersenyum ramah dan membungkuk sopan pada Diana.
"Pelayan juga ada ketua ya. Aku pikir kelas saja yang ada ketua muridnya..." Pendapat Diana dalam hatinya
"Tempat apa ini?! Apa yang kalian lakukan?!"
"Maaf Nona, Saya tidak dapat memberitahu Anda informasi itu. Tuan hanya berpesan untuk menjaga Anda..." Jawab Ketua Pelayan
"Siapa Tuan mu?! Apa yang kalian lakukan ini illegal! Kalian bisa dilaporkan sudah menculik warga sipil tanpa alasan! Dan di mana koperku? Kenapa Aku terbangun dalam kondisi seperti ini?!!" Diana bertanya dengan geram. Pelayan itu tampak malu dan ragu untuk menjawab. Bahkan mereka seperti terlihat menahan tawanya.
"Tuan hanya memberikan pesan agar setelah Nona bangun untuk sarapan. Dan juga Tuan menitipkan paper bag ini untuk diberikan pada Nona." Ujar Ketua Pelayan menyodorkan paper bag pada Diana
Tanpa rasa mengurangi selimut yang masih membungkusnya, Diana menyelinapkan tangannya dari balik selimut untuk mengambil paper bag itu. Ia takut tubuhnya yang sedang memakai pakaian seksi itu terekspos.
"Apa isinya??" Tanya Diana meraihnya
"Pakaian untuk Nona. Kami tahu saat ini sedang memakai pakaian seksi sehingga masih diselimuti seperti itu. Karena Tuan tidak memiliki pakaian wanita di rumahnya saat ingin mengganti pakaian Nona yang basah, lalu hanya ada satu pakaian yang tersimpan dalam lemarinya yakni yang sedang Nona kenakan saat ini. Pagi hari sekali Tuan memesan pakaian untuk diberikan pada Nona." Ujar ketua pelayan itu terkekeh
Bukan hanya dia. Beberapa pelayan muda juga sedang menyembunyikan tawa kecilnya.
Diana sangat malu. Pipinya berubah seperti tomat.
"Tuan kalian itu yang menggantikan pakaian ku yang basah kemarin??" Tanya Diana malu-malu
Mereka hanya tertawa yang disembunyikan oleh tangan di baliknya. Tanpa ada yang terus terang, satupun dari mereka tidak ada yang menjawab pertanyaan Diana.
"Kenapa kalian diam saja. Aku membutuhkan pencerahan saat ini. Ini mengenai harga diriku." Geram Diana
"Saya akan menyiapkan sarapan Anda segera Nona. Mohon Anda untuk membersihkan diri dulu. Turunlah ketika anda sudah selesai." Pelayan itu undur diri. Meninggalkan Diana seorang diri.
"Hey, Jawab dulu pertanyaan ku. Kenapa kalian langsung pergi. Atau tidak aku tidak akan mengganti pakaian ini." Teriak Diana. Pintu kamar sudah ditutup kembali dan hanya Diana sendiri. Pelayan hanya masih menahan tawanya.
"Jangan. Jika aku tidak sampai mengganti pakaian ku, Aku sendiri yang malu. Pakaian ini juga bagus dan pastinya sangat mahal. Kain yang baru dijahit masih bisa aku rasakan, Sepertinya ini dari butik yang dipesan mendadak." Bicara sendiri Diana menilai pakaian itu
Bersambung✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments