1 Minggu Kemudian~
"Nenekkk, Akhirnya... Ada kabar gembira untuk, Nenek..." Teriak Diana kegirangan
"Ada apa Diana cucuku? Kau sangat senang sekali hari ini. Coba, coba beritahu Nenek."
"Akhirnya Nek, Setelah sekian lama aku menunggu, Aku bisa mendapatkan pekerjaan..." Senang Diana berjingkrak-jingkrak
"Ahaha... Iya syukurlah. Nenek ikut senang mendengarnya." Kecupnya di dahi Diana
"Jadi, Nenek tidak perlu bekerja lagi di tetangga. Biarkan aku yang bekerja untuk memenuhi semua kebutuhan pokok kita..."
"Iya cucuku, seperti yang kau inginkan. Tapi Nenek masih ingin tetap bekerja..."
"Yahh... kenapa??" Tanya Diana murung
"Nenek sudah tua. Jika terlalu banyak diam, tubuh Nenek akan merasa pegal dan sakit. Jika Nenek bekerja, Tubuh Nenek bisa digerakkan dan sehat bugar seperti sekarang..."
"Yahh... Padahal Aku ingin sekali Nenek diam saja di rumah. Penghasilan ku setiap bulannya akan ku usahakan cukup untuk kita berdua." Kata Diana terlihat sedih, ia tidak terlihat semangat lagi.
"Tidak masalah. Uang itu kau pergunakan untuk keperluan mu. Jika Nenek bekerja, dan kau bekerja, kita kumpulkan uangnya bersama-sama. Pasti akan cepat kaya..." Ajak bercanda Nek Ira
Diana mulai tertawa kembali.
"Nenek ini ada-ada saja... Bekerja tidak akan membuat kita kaya Nek, tapi bisa membuat kita hidup." Ujar Diana mengeluarkan kata-kata mutiaranya
"Apa pekerjaannya?" Tanya Nek Ira
"Sebagai Driver mobil online. Aku memanfaatkan kemahiran ku dalam mengendarai mobil. Saat Ayah masih menyayangi ku, dia yang mengajarkan ku bagaimana cara mengendarai mobil sampai aku bisa. Besok aku akan membawa mobilnya di kantor dan mulai beroperasi untuk menjalankan pekerjaan ku. Semoga saja besok orderan penumpang sangat banyak." Kata Diana
Nek Ira terlihat terdiam.
"Driver mobil??" Tegunnya
"Iya Nek, tidak ada masalah bukan dengan pekerjaan itu?"
"Memang tidak ada masalah, Diana. Tapi Nenek khawatir dengan rawannya kejahatan dan juga kecelakaan. Bahkan Nenek pernah mendengar berita ada Driver mobil yang di bunuh oleh seorang penjahat yang menyamar menjadi penumpang untuk mencuri mobilnya."
"Nenek terlalu banyak menonton televisi. Dunia kejahatan jarang terjadi di tempat kita Nek, bahkan penjara di kota saja di penuhi oleh orang yang berasal dari penduduknya yang tidak terlalu padat seperti perkampungan dan desa, karena di sana akses dan fasilitasnya sangat minim."
"Oh begitu ya..." Ujar Nek Ira ragu-ragu. Setahunya, kejahatan bisa terjadi di mana-mana.
"Iya Nek, Jadi Nenek tidak perlu khawatir lagi ya. Aku akan baik-baik saja dalam lindungan Tuhan dan juga ibu yang selalu melihat putrinya ini berjuang di atas sana."
"Baiklah... Nenek akan mendukung semua yang kau lakukan saja. Nenek hanya bisa mendoakan mu." Jawab Nek Ira akhirnya setuju
Diana tersenyum manis pada Neneknya.
Nek Ira memandangi wajah cantik cucunya itu dengan sendu dan nanar.
"Diana!!" Panggil Nek Ira setelah beberapa lama berada dalam keheningan
"Iya Nek..." Balas Diana
"Dari dulu Nenek ingin bertanya, Apakah kau tidak ingin berkuliah untuk melanjutkan pendidikan mu? Usiamu masih sangat muda dan tidak ada kata terlambat untuk berkuliah, Nak."
"Nenek tahu jika biaya kuliah itu sangat mahal, Nek. Dari mana aku bisa mendapatkan uang untuk membayarnya. Bisa makan saja aku sudah sangat beruntung. Dan aku sendiri tidak memiliki kemampuan dalam hal itu ataupun berpikir kesana."
"Seharusnya hidupmu tenang tidak memikirkan uang lagi. Hanya tinggal menggunakan semua warisan kakek kepada ibumu dan ibumu yang diberikan padamu, kau sudah bisa hidup enak, mengejar pendidikan tinggi, dan tidak perlu lelah-lelah bekerja lagi. Tapi warisan dari ibumu jatuh ke tangan yang salah."
"Harta tidak penting, Nek. Aku hanya membutuhkan rasa kasih sayang dan cinta dari setiap orang. Seperti Nenek padaku." Ujar Diana
"Sayang sekali nasib putri dan cucuku yang memiliki Ayah dan suami yang tidak tahu diri seperti Mahendra. Dia memang tidak tahu diuntung." Kata Nek Ira yang dari sejak dulu membenci Mahendra
"Sudahlah Nenek, sekarang Ayah sudah bahagia bersama keluarga barunya. Kita juga harus bahagia tinggal berdua di sini. Sekarang ada aku yang akan selalu bersama Nenek, jadi Nenek tidak akan kesepian lagi."
"Iya. Terima kasih ya, cucuku yang terbaik..." Peluk Nek Ira sangat erat pada cucunya
Diana merasakan kesedihan yang mendalam. Dia bahkan terlihat menghapus air mata saat dalam pelukan Neneknya.
...***...
Perusahaan Goc'ta Company
"Ini adalah dokumen-dokumen yang akan dibutuhkan oleh Perusahaan Howard Group. Berikan ini pada sekretaris dan minta dia untuk antarkan pada mereka esok hari. Mereka pasti sudah lama membutuhkan dokumen ini. Semuanya sudah ku tanda tangani." Ujar seorang direktur memerintah pada Asistennya. Ia duduk di sebuah singgasananya.
"Baik Tuan..." Jawab Asistennya
Asisten Joo mengambilnya. Ia segera melakukan perintah dari Tuannya.
Di sela langkahnya. Handphone Asisten Joo mendapatkan pesan masuk dari Ayahnya Damian bahwa ia akan menelepon dan meminta Damian yang mengangkatnya.
"Emm Tuan, Tuan Besar akan menelepon dan meminta Tuan yang berbicara dengannya. Tuan besar sempat menelepon Tuan tapi handphone Tuan tidak aktif." Berani bicara Asisten Joo menyampaikan pesan itu
Brakk...
Damian menggebrak meja kerjanya.
"Lain kali kau tidak perlu membawa handphone ku. Atau aku harus membuat peraturan baru mengenai hal ini. Matikan handphone mu agar pria tua Bangka itu tidak menganggu orang yang bekerja." Hardik Damian
"Maaf Tuan, tapi semua sudah terlanjur. Tuan besar sudah menelepon..." Gundah Asisten Joo jadinya
Damian sudah tahu hanya mendengar dari nada dering panggilan masuk milik Asisten Joo.
"Kau saja yang menjawab. Aku tidak memiliki waktu." Ketus Damian. Ia beranjak pergi dari ruangannya.
Asisten Joo mengejar dengan handphonenya yang sudah berdering. Dia sedang berusaha untuk membujuk Damian agar ingin mengangkat telepon dari ayahnya.
"Tuan, Bisakah Anda meluangkan waktu untuk menjawab panggilan telepon dari Tuan besar. Saya takut Tuan besar akan marah." Kejar Asisten Joo mencegat Damian dari depan
"Apakah aku harus mengulang jawaban yang sama padamu. Berapa banyak waktu yang harus ku luangkan untuk melayaninya. Sudah ku katakan tidak, ya tidak, kenapa kau keras kepala sekali." Bentak Damian
"Tapi Tuan besar akan marah pada Saya ataupun Tuan nanti."
"Apakah kita harus takut dengan amarahnya? Apakah ketika dia marah, seisi dunia akan hancur seketika dan kita mati? Tidak bukan. Jadi, berhenti untuk memintaku mengangkat telepon itu." Bentak Damian
Damian terus melangkahkan kakinya pergi keluar dengan mengendarai mobilnya yang sudah terparkir di depan perusahaan. Tanpa Asisten Joo tahu akan kemana perginya dia.
Asisten Joo bingung sendiri melihat Tuannya sudah pergi sendirian, sedangkan panggilan telepon dari ayahnya Damian masih terus berdering.
Asisten Joo sendiri terpaksa yang mengangkat telepon itu. Baru pertama kali tersambung, dia sudah mendengar suara harimau yang menerkam.
Asisten Joo sangat kewalahan menangani panggilan teleponnya kali ini. Ia sendiri dibuat menjadi patung yang tak mampu berkutik sedikit pun.
Bersambung✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments