Setelah selesai membersihkan diri. Diana keluar dari kamar yang berdominasi warna hitam itu.
Diana terlihat sangat cantik menggunakan dress selutut berwarna pink itu. Tubuhnya yang idealis selalu muat untuk ia kenakan tanpa mengetahui ukuran bajunya.
Saat ini, Ia tengah menuruni anak tangga yang panjang itu. Diana terlihat tidak nyaman karena pakaiannya yang saat ini ia kenakan, masih memikirkan bagaimana penampilannya saat menggunakan pakaian mahal dan itu.
"Nona sangat terlihat cantik sekali. Ayo duduk, sarapannya sudah siap." Tandas Ketua pelayan
"Benar. Pakaiannya pas ditubuh Nona. Dan Nona terlihat sangat cantikkk..." Puji Pelayan Muda
"Agh,,, Tidak. Kalian terlalu memujiku berlebihan. Bahkan aku tidak suka dengan perlakuan seperti ini. Aku seperti penelusup yang masuk ke rumah sebesar ini tanpa ada orang yang ku kenal."
"Nona berkata apa. Tuan sendiri yang membawa Nona ke rumahnya. Kalian sepertinya teman dekat." Kata Ketua Pelayan
"Bahkan aku tidak mengenalnya. Siapa dia dan siapa aku untuknya." Jawab Diana
"Tidak perlu sungkan. Ayo duduk untuk sarapan. Kami menyediakan makan enak untuk Nona. Semoga Nona suka dengan masakan kami." Tandas Ketua Pelayan lagi
Diana tidak enak hati dan menolak tawaran itu.
"Kalian sangat baik. Aku belum pernah menemukan orang sebaik kalian. Aku pikir aku akan pergi saja sekarang."
"Kenapa? Apa Nona tidak menyukai makanannya. Katakan saja pada kami, maka kami akan memasak menu baru yang disukai Nona."
"Bukan, bukan, Tolong jangan berpikir negatif terhadap ku. Aku pikir kalian tidak perlu repot-repot. Aku benar-benar tidak ingin menyusahkan kalian. Dengan membiarkan aku tidur semalam di sini dan memberikan pakaian, Aku sangat berterima kasih pada kalian."
"Tapi Tuan memberi pesan pada kami agar Nona bisa makan. Pesan dari Tuan adalah perintah bagi kami." Jawab Pelayan Muda
"Lalu, Di mana Tuan kalian? Aku ingin mengucapkan terima kasih padanya." Ujar Diana
"Tuan sudah berangkat ke perusahaan pagi sekali. Beliau memang tidak pernah betah untuk diam di rumah, setiap sebelum pukul 06.00 pagi, beliau sudah mempersiapkan keberangkatannya." Jelas Ketua Pelayan
"Emm... Sayang sekali. Padahal aku ingin berterima kasih padanya." Kecewa Diana
"Lain kali mungkin Nona bisa bertemu dengan Tuan." Ujar Pelayan Muda
"Aku harap takdir berkata seperti itu. Tapi, jika Tuan kalian pulang, Tolong titipkan pesan Terima Kasih ku sebesarnya pada dia karena sudah menolong ku." Amanah dari Diana
"Akan kami sampaikan." Jawab Ketua Pelayan
"Baiklah, Terima Kasih untuk bantuan kalian. Aku senang bisa mengenal orang baik di dunia ini seperti kalian. Semoga kita bisa bertemu di lain waktu. Aku harus pergi sekarang."
"Kenapa terburu-buru. Cicipi saja dulu sarapannya. Jika Nona pergi tanpa makan, Kami takut Tuan akan marah pada kami." Ujar Pelayan Muda
"Tenang saja dia tidak akan marah hanya karena aku. Jika dia marah, marahi saja kembali, katakan saja pada dia untuk tidak menindas orang kecil dan memperbesarkan masalah." Ujar Diana terkekeh
Pelayan pun ikut tertawa.
"Nona sangat baik dan juga lucu..." Puji Ketua pelayan
"Agh, Kalian ini bisa saja..." Ujar Diana menimpas
Pelayan lain hanya tersenyum mengangguk-angguk berpendapat sama mengenai Diana. Mereka senang bertemu dengan Diana yang baik hati.
"Aku berjanji akan mengembalikan pakaian dari Tuan kalian ini. Untuk saat ini aku terpaksa memakainya karena pakaian tadi sangat seksi di tubuh ku. Jika aku keluar menggunakan pakaian itu maka lalat saja akan berkerumun."
"Tidak masalah Nona. Tuan sendiri yang sudah memberikannya khusus untuk Nona. Beliau tidak pernah mengharapkan pengembalian." Jawab Ketua Pelayan
"Kami juga sudah menemukan koper Nona yang dicari. Koper Nona ternyata masih ada di bagasi mobil Tuan. Untung saja Tuan tidak membawa mobil kemarin malam hari ini, Jika tidak Nona harus menyusul kopernya di perusahaan Tuan." Kata Ketua Pelayan
"Benar. Ini koper milik Anda." Pelayan muda yang membawakan koper Diana untuk diberikan
Diana pun meraihnya.
"Syukurlah koperku tidak hilang. Di sini semua ada barang-barang milikku. Baiklah, Terima kasih karena kalian sudah menemukannya. Jika begitu aku pergi. Sampai berjumpa kembali..."
Diana pun melangkahkan kakinya keluar dari rumah mewah itu sambil mendorong kopernya.
Pelayan pun ikut mengantarkan kepergian Diana. Mereka terlihat sangat sedih harus berpisah dengan Diana yang bukan siapa-siapa mereka. Tapi, satu pertemuan dengannya membuat mereka nyaman dengan Diana layaknya teman yang sudah kenal lama.
...***...
"Hufft... Akhirnya, Aku sampai di rumah Nenek juga. Apakah Nenek masih ada di rumah. Bukankah ini masih pagi, Bukan. Nenek pasti belum pergi bekerja." Kata Dania. Ia sampai di depan rumah Neneknya.
Di dunia ini, Setelah ibunya, Hanya Nenek dari ibunya yang ia miliki dan masih peduli padanya. Neneknya ini korban kesarkasan Pak Mahendra, dari dulu ia tidak menyetujui anaknya Ibu Diana menikah dengan Mahendra sampai ia ditelantarkan seorang diri. Nenek hidup sebatang kara dan sendirian di rumah yang kecil, plafon yang sudah bolong bahkan bocor saat hujan turun. Di rumah itulah ia bertahun-tahun hidup seorang diri tanpa ada keluarga yang peduli.
Untuk mencari uang agar bisa makan, Nenek Diana bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah tetangga yang tidak jauh dari rumahnya saat ini. Di usianya yang sudah tua renta, syukur masih ada orang baik yang ingin menampungnya bekerja. Entah sebatas kasihan karena hidup sendirian dengan keadaan tua, atau memang tenaganya dibutuhkan. Yang terpenting Nenek Diana bisa bertahan hidup untuk membeli bahan pokok.
"Assalamu'alaikum... Nenek! Ini aku Diana. Apa Nenek ada di dalam?" Teriak Diana dari luar
Tok... tok... tok...
Setelah mengetuk pintu tiga kali. Akhirnya pintu itu terbuka dan menampilkan Neneknya yang ternyata belum berangkat bekerja di rumah tetangga.
"Siapa??" Tanyanya dengan khas suara nenek-nenek
Nenek Diana, memiliki Nama Ira. Berumur 58 Tahun. Ia hidup sebatang kara dan suaminya telah meninggal 15 tahun yang lalu, Diana yang saat itu masih kecil berumur 7 tahun, bersama ayahnya dan ibunya saat masih ada bahkan melayat kepergian kakeknya itu.
"Ini cucumu Diana, Nek." Jawab Diana sangat senang dan merindukan Neneknya itu. Diana pun memeluk Neneknya.
"Aggh... Diana. Cucu cantik Nenek... Kau datang ke rumah Nenek." Senang Nek Ira juga menyambut cucunya dan membalas pelukan Diana.
"Iya Nek. Bagaimana, Kabar Nenek sehat?" Tanya Diana setelah melepas pelukannya
"Sangat sehat... Nenek jarang sakit walaupun sudah tua." Jawab Nek Ira
"Jangan berkata seperti itu. Nenek terlihat masih muda di umur 30 tahun." Kekeh Diana
"Hahaha... (Tawa khas Nenek-nenek) Cucuku ini bisa saja menggoda Nenek nya." Nek Ira merasa terhibur
Diana hanya tersenyum manis melihat neneknya ikut senang.
"Bajumu sangat bagus. Mahal dan sangat cantik di pakai oleh orang yang cantik juga. Nenek bersyukur ayahmu memperlakukan dirimu sangat baik." Kata Nek Ira
Mendengar pernyataan itu Diana hanya terdiam. Neneknya tidak tahu apa yang terjadi padanya sekarang, mengenai dia, ataupun ayahnya yang sudah berubah. Baju itu ia dapatkan dari orang yang tidak di kenal, bagaimana mungkin bisa ayahnya yang mendapatkan pujian, bahkan untuk membeli cutton bud saja menggunakan uangnya sendiri.
"Kau datang sendiri? Tidak ada yang mengantar, Ya." Telisik Nek Ira melihat sekeliling dengan matanya yang sudah mulai tidak bisa melihat dengan jelas
"Aku datang sendiri." Jawab Diana lirih
"Agh Iya... Menginapkan di sini bersama Nenek. Setelah itu, Kau bisa kembali ke rumah ibumu." Kata Nek Ira
"Aku bahkan akan tinggal bersama Nenek untuk selamanya. Kaki ku tidak akan melangkah ke rumah itu lagi." Ungkap Diana menahan sesak
Sebuah ungkapan dari Diana membuat Nek Ira sangat terkejut. Ia bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.
"Apa yang terjadi? Kau bertengkar dengan Ayahmu??" Tanya Nek Ira bersedih
"Bukan hanya bertengkar. Tapi dia menuduhku tanpa bukti yang jelas. Dia juga tidak mempedulikan ku lagi dan membiarkan ku hidup menderita, memilih keluarga baru dibandingkan anak kandungnya." Jelas Diana mulai menangis. Ia mengadu pada Neneknya.
Hati Nek Ira sangat teriris. Sangat sakit mendengar cucuku diperlukan tidak baik oleh sang menantu.
"Jadi, kau Kabur dari rumah?" Lirih Nek Ira bertanya
"Aku mengeluarkan diri dari rumah. Mereka semua tahu pemilik rumah yang sebenarnya akan pergi tanpa ada yang mencegah." Jelas Diana
"Nenek sudah kenal Ayahmu dari dulu saat dia datang meminta Izin pada Nenek untuk melamar ibumu. Nenek dan Kakek tidak merestui hubungan ibumu dengannya. Tapi ibumu itu sangat mencintai ayahmu sampai kami tidak bisa memaksakan diri kami untuk tetap melarangnya. Inilah yang selalu Nenek takutkan dan semuanya sudah terjadi begitu jelas." Kata Nek Ira menceritakan masa lalu pada Diana
"Biarkan aku tinggal di sini, Nek. Aku bahkan tidak akan merepotkan Nenek, aku hanya membutuhkan tempat tinggal dan aku berjanji akan membantu Nenek bekerja." Ujar Diana memohon sambil menangis
"Apa yang kau katakan? Kau adalah cucuku yang tersayang. Mana mungkin Nenek tidak mengizinkan mu tinggal bersama Nenek dan membiarkan cucuku yang cantik ini tinggal di rumah neraka itu. Daripada cucu Nenek tinggal di sana yang selalu mendapatkan penyiksaan sampai tubuh cucu nenek terluka, lebih baik dia tinggal di sini dengan tubuhnya yang penuh gatal digigit nyamuk." Kata Nek Ira menggambarkan kondisi rumahnya
"Terima Kasih... Hanya Nenek satu-satunya yang ku miliki di dunia ini." Kata Diana. Ia kembali memeluk erat neneknya.
Nek Ira membalas pelukan cucunya.
"Cucuku yang malang. Kau tidak pantas merasakan kesedihan ini, Nak. Semoga kau bisa mendapatkan kebahagiaan di tempat lain." Ucap Nek Ira dalam hati. Ia tidak kuasa menahan tangisnya. Tangannya dengan lembut mengelus rambut hitam panjang Diana.
Mereka menangis bersama...
Bersambung✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments