Diana benar-benar heran dengan Ayahnya. Jika Ayahnya menelantarkannya, ia kembali untuk memperbaiki hubungan dengannya dan juga peduli padanya. Setelah seharian mencari lowongan pekerjaan yang dapat menerimanya tidak kunjung datang menghampiri. Hidup Diana semakin kacau dan hampa.
Hari yang sudah gelap akhirnya Diana memutuskan pulang jalan kaki sambil bersenang-senang sendiri sepanjang jalan tanpa menyadari jika Damian sebenarnya diam-diam membuntutinya dan menjaganya dari dalam mobil yang maju perlahan-lahan.
Damian melajukan mobilnya untuk pulang melewati jalan raya itu dan tidak sengaja bertemu sosok wanita yang ia kenal tengah bersedih hati terlihatnya.
Perasaannya begitu hancur dan sedih. Untuk menghilangkan perasaan itu, Diana seperti orang gila yang mengajak bicara sebuah patung kartun yang berjejer di trotoar jalan.
"Apa yang dia lakukan? Apakah dia memiliki kepribadian ganda yang terkadang gila dan terkadang normal?" Tanya Damian pada diri sendiri yang mengawasi Diana dari balik mobil
Diana juga terlihat bersenang-senang di sana. Bahkan ia memotret dirinya bersama patung itu.
"Hidup mu sangat enak sekali. Kau hanya diam dan sudah bisa mendapatkan banyak foto dengan orang lain. Seperti yang aku lakukan dengan mu ini. Bisakah ceritakan padaku bagaimana menjadi dirimu?!" Ucap Diana mengajak patung kartun itu berbincang
"Hufftt... Kau tidak menjawab. Itu artinya kau terlalu senang dan tidak ingin membagikan tips kebahagiaan mu pada orang lain." Ujar Diana di luar nalar
Jika terlalu lama dipertahankan seperti itu. Bisa-bisa dia akan menjadi ODGJ baru yang meresahkan orang sekitar.
Damian terpukau dengan kegilaan Diana yang terlarut. Ia sendiri tak habis pikir Diana akan mengajak sebuah benda mati untuk berbicara dengannya. Damian hanya tertawa kecil.
"Seberapa frustasinya kah dia saat ini? Patung saja dia ajak berbicara. Dasar wanita aneh. Apa yang membuatnya menjadi seperti ini sekarang??" Tanya Damian bertanya-tanya
Diana melanjutkan langkahnya lagi untuk menyebrang. Damian sendiri melajukan mobilnya perlahan mengikuti Diana sampai wanita yang sedang ia buntuti itu tidak menyadarinya.
Tapi langkah Diana mendadak membeku saat dia tiba di zebra cross. Dia sontak mundur ketakutan dan berniat mengurungkan keinginannya untuk sampai seberang.
"Aku tidak sadar sudah berjalan sejauh ini. Bagaimana caraku untuk menghampiri taksi di sana agar aku bisa pulang cepat." Gundah Diana
Menyebrang, Adalah hal yang membuatnya trauma. Dulu saat ia masih kecil dan menduduki sekolah taman kanak-kanak, dia pernah mencoba menyeberang sendiri tanpa melihat rambu-rambu lalulintas. Ibunya yang datang untuk menjemput dan berada di sebrang, berlari melihat Diana yang sudah menyebrang lebih dulu sampai ibunya tertabrak mobil untuk menyelamatkan dirinya hingga ia masuk rumah sakit dan untung saja nyawanya masih bisa diselamatkan.
Hingga pada akhirnya jalan raya sendiri yang merenggut nyawa ibunya akibat kecelakaan yang ia alami bersama mobilnya.
Jalan raya menjadi saksi kisah kelam bagaimana ia bisa menelan nyawa ibunya. Hal itu memang membuat Diana trauma, tapi ia berhasil melawannya dari ketakutan sampai ia senang berkendara dengan mobil dan selalu bermimpi menjadi seperti ibunya. Ia bahkan memiliki ambisi untuk membuktikan pada semua pengendara, bahwa harus lebih hati-hati. Itulah mengapa saat menjadi driver online ia selalu menerapkan keselamatan yang tinggi dengan menaati peraturan berjalan raya.
Namun, luka dan trauma yang dibuat pertama kali apalagi saat ia masih kecil tidak bisa dilawannya. Ia masih enggan dan takut dengan zebra cross yang menjadi patokan penyeberangan itu!
"Ada apa? Apakah dia tidak bisa menyeberang?" Tanya Damian sontak cemas memfokuskan matanya mengawasi Diana
Berusaha untuk melawan ketakutannya. Beberapa kali Diana mencoba untuk menginjakkan kaki di zebra cross saat rambu-rambu yang terpampang menunjukkan sudah saatnya berjalan untuk menyeberang.
Sambil menutup telinga, mata, dan gemetar hebat. Ia berjalan di atas zebra cross. Diana pun pelan-pelan mulai melangkah sambil menyemangati dirinya sendiri untuk tidak takut.
Keadaan di sana sangat sepi. Tidak ada satupun pejalan kaki yang ingin menyebrang. Sedangkan kendaraan yang berlelangan terlalu banyak dan menunggu rambu-rambu lalulintas menunjukkan bisa melanjutkan perjalanan saat itu juga.
Suara klakson mobil sangat keras dinyalakan saat Diana yang masih mencoba melawan arus itu baru sampai dipertengahan. Rambu-rambu sudah menunjukkan para pengendara bisa melanjutkan perjalanannya. Sedangkan para pejalan kaki yang akan menyebrang harus menunggu rambu-rambu itu berubah.
Tiiitttddd....
Diana sampai terperanjat. Tapi langkahnya terlalu pelan dan lalu lintas mulai jalan kembali saat dia baru sampai di tengah jalan yang jelas saja membuat Diana terduduk ketakutan di tengah-tengah padatnya lalu lintas.
"HEYY... Dasar baji*gan! Apa dia tidak tahu ada wanita yang sedang menyeberang. Dia pikir ini adalah jalan milik Ayahnya. Untung saja Diana yang belum sampai untuk menyeberang tidak tertabrak. Awas saja jika aku bertemu dengan mobil itu lagi!" Geram Damian marah
"Tidak. Aku tidak ingin seperti ibu yang masuk rumah sakit." Kepala Diana berputar hebat mengenang memori buruk yang membentak dan selalu menghantuinya itu saat terduduknya di tengah jalan raya.
Melihat itu, Damian pun langsung membantu Diana dengan menyalakan lampu mobilnya.
Damian menyalakan lampu mobilnya untuk menerangi jalannya Diana hingga Diana aman sampai seberang.
Diana merasakan silau dari lampu sebuah mobil. Lampu itu yang menerangi jalannya. Akhirnya ia bangkit dan berhasil menyeberang.
Diana langsung menaiki taksi yang ada di sana dan melaju membawanya pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments