Bagian Dua...
Masih dalam lanjutan Bab kemarin...
"Apa Tuan tidak salah? Tuan tahu kan, pakaian ini bernama apa dan sering dipakai untuk apa?!" Pekik Bu Isma. Ia malah bertanya penuh penekanan.
Sudah jelas Damian adalah orang dewasa. Ia sangat tahu pakaian itu apa. Bu Isma hanya membuatnya malu dan kesal saja.
Untuk saat keadaan genting seperti ini, Tidak ada yang bisa dilakukan selain mengandalkan lingerie putih untuk mengganti pakaian Diana.
"Anggap saja itu piyama dan kita merubah sebutan nama pakaian itu sekarang. Yang terpenting dia memakai pakaian kering agar tidak kedinginan lagi." Ujar Damian ikut kebingungan juga, matanya menyipit dan dahinya mengkerut saat menyampaikan pendapatnya pada Bu Isma.
Bu Isma hanya mematung melihat lingerie yang ada di tangannya itu dan sekilas ia selalu melirik pada Diana, lalu kembali pada lingerie itu. Tidak bisa membayangkan bagaimana Diana memakai lingerie itu.
Damian mengerti apa yang dipikirkan Bu Isma yang masih terlihat syok.
"Di lemari aku tidak memiliki pakaian wanita satu pun. Semuanya mendominasi hanya milik ku yang tersimpan di sana. Aku tidak mungkin memakaikan dia pakaian milik pria. Hanya saja, tidak sengaja ku temukan pakaian tipis itu. Aku sendiri tidak tahu milik siapa dan kenapa ada di lemari ku. Aku juga tidak pernah memakai piyama saat tidur, hanya celana dan kaos untuk pakaian sehari-hari, maka dari itu aku tidak pernah membelinya ataupun ada di lemari ku. Yang terpenting itu pakaian untuk wanita bukan. Pria tidak memiliki pakaian khusus seperti itu untuk menggoda pasangannya. Hanya tinggal membuka kancing kemeja, dan memperlihatkan dada sekaligus roti sobeknya, wanita sudah tergoda." Ucap Damian
Membuat Bu Isma tepuk jidat saat mendengar kepolosan Tuannya.
"Ternyata Tuan memiliki sisi lain dari keseriusannya. Selama hidupku menjadi pelayan seperti ini, aku belum pernah melihat Tuan berubah dari seekor serigala menjadi seekor kelinci." Dalam hati Bu Isma
"Tidak perlu khawatir. Aku tidak akan melihat bagaimana dia mengenakan pakaian itu. Setelah kau menggantikannya, tutup dia dengan selimut. Aku sendiri akan tidur di kamar lain, biarkan dia tidur di kamar ku." Ucap Damian pergi keluar untuk membiarkan Bu Isma yang menggantikan pakaian Dania.
"Baik Tuan..." Jawab Bu Isma tetap menuruti perintahnya
Hanya ada Bu Isma dan Dania di dalam. Pintu kamar pun sudah di tutup dan Damian sedang menunggu di depan pintu. Bu Isma segera menggantikan pakaian Dania yang basah. Ini privasi mengenai wanita dan wanita!
Setelah Tak lama kemudian, Bu Isma membuka pintu sambil membawa pakaian basah milik Dania. Pakaian Dania sudah tergantikan, dan ia keluar.
"Pakaian Nona sudah selesai diganti, Tuan." Ujar Bu Isma pada Damian yang sedari tadi menunggu di luar
Damian berbalik. Ia pun melihat ke dalam tempat Diana berbaring dan terselimuti selimut tebal yang menutupi tubuhnya.
"Hmm... Baguslah. Dia tidak kedinginan lagi. Kerja yang bagus..." Ucap Damian. Ia memuji hasil kerja seorang Ketua Pelayan.
"Maaf terlambat, Tuan, Bu Isma." Ujar pelayan junior datang menghampiri mereka
"Ada apa, Emma?" Tanya Bu Isma
"Rencananya aku ingin memberikan pakaian ganti pada Nona yang Tuan bawa. Saya tahu pakaian sangat basah sama seperti, Tuan. Dan Tuan pasti tidak memiliki pakaian wanita. Maka dari itu, Saya ingin memberikan pakaian ganti untuk Nona. Ini adalah pakaian terbaik milik saya, dan saya baru memakainya satu kali." Ungkap Emma, Pelayan Junior.
Emma membawa sebongkah pakaian miliknya kehadapan Damian berupa dress lengkap dan bersih.
Bu Isma dan Damian saling berpandangan.
Mereka sangat frustasi dibuatnya. Kesal sedang mendominasi suasana hati mereka saat ini.
"Kenapa kau tidak datang dari tadi?!!" Geram Damian
"Maaf Tuan, tadi saya sedang sibuk mencari keberadaannya di lemari saya." Jawab Emma menunduk
"Tck, semuanya sudah terlambat. Wanita itu sudah diganti pakaiannya." Geram Damian
"Menggunakan apa??" Pekik Emma. Kepalanya sampai mendongak menatap tidak percaya pada Damian, tapi kembali ciut. Ia sangat terkejut dan penasaran pakaian apa yang dipakai Dania.
"Menggunakan Lingerie!!!" Jawab Bu Isma penuh penekanan
"APAA?? Lingerie!!" Terkejut Emma sangat keras. Ia sangat malu sudah berteriak dihadapan Damian.
Damian hanya menatap menggunakan ujung matanya pada Emma. Dia tahu itu memang sangat memalukan.
"Maaf Tuan, saya sudah lancang. Tuan boleh hukum saya." Ujar Emma menunduk
Arrrgghh...
Bugh...
Suara pukulan dinding yang keras dilakukan oleh Damian untuk meluapkan kekesalannya.
Bu Isma dan Emma sendiri bahunya sampai terperanjat akibat terkejut.
"Gara-gara pakaian basah wanita itu, Aku dibuat bodoh olehnya. Aku bisa saja bertanya pada kau dan teman-teman mu apakah bisa meminjam pakaian kalian atau tidak karena kalian seumuran dengannya. Tapi bodohnya aku saat ini malah mencari pakaian wanita di lemari ku, dan menganggap semuanya sudah buntu dan hanya lingerie itu jalan satu-satunya saja di dunia ini." Kesal Damian
"Lalu, Bagaimana dengan sekarang, Tuan. Apa perlu saya menggantinya lagi dengan pakaian milik Emma." Tanya Bu Isma
"Tidak perlu. Biarkan saja seperti itu. Kita sudah terlanjur mengganti pakaiannya. Dia juga sudah terlihat tenang tidak menggigil lagi." Kata Damian
"Baik Tuan..." Jawab Bu Isma menurut saja
"Inilah akibatnya terlalu memakai perasaan bukan dengan logika. Niat hati aku ingin berbaik hati padanya agar dia tidak menggigil lagi, tapi harga diriku, sudah dipertaruhkan di sini." Masih kesal Damian
Bu Isma dan Emma masih terdiam mendengarkan kekesalan Tuannya. Mereka tidak berani berucap.
"Tapi, Bagaimana bisa ada sebuah lingerie di lemari, Tuan. Milik siapa itu?? Maaf lancang bertanya..." Tandas Emma menanyakan hal itu agar ia bisa berpikir tenang setelah mendengar penjelasan dari Tuannya.
"Entahlah... Mungkin milik simpanan ku. Kami menghabiskan satu malam di kamar ini dan dia melupakan benda itu di lemari ku." Ujar Damian tampak serius dilihatnya. Sampai Emma dan Bu Isma sendiri tidak dapat melihat celah di mana letak bercandanya.
"Apakah benar begitu?? Tapi aku tidak pernah melihat Tuan bersama seorang wanita. Apalagi bersikap seperti pria hidung belang. Aku tidak percaya..." Bicara Emma pelan. Namun, perkataannya masih dapat di dengar oleh Damian dan Bu Isma.
"Hush..." Geram Bu Isma mengisyaratkan melalui kontak mata
Emma pun menutup mulut menggunakan kedua tangannya setelah melihat Damian yang menatap tajam ke arahnya.
"Ah sudahlah... Pekerjaan kalian sudah selesai. Kembalilah ke kamar kalian masing-masing untuk beristirahat. Terima Kasih untuk kerja keras kalian hari ini." Ujar Damian. Membubarkan pasukan.
"Baik Tuan, Terima Kasih."
Bu Isma dan Emma pun pamit. Mereka mengucapkan salam perpisahan dengan membungkukkan badan sopan.
Pertanyaan Emma memang mewakili perasaan semua orang. Semua ingin tahu bagaimana sebuah Lingerie ada di lemari Tuannya. Apakah Tuannya itu sudah menikah, memiliki kekasih, seharusnya itu terjadi jika mendapati benda aneh itu di sana. Tapi ini, Damian yang belum menikah mana mungkin ada penggemar wanita yang menelusup masuk ke kamarnya dan menyimpan benda itu.
Entah lingerie itu milik istri, kekasih, ibunya, adiknya, kakaknya, bibinya, neneknya, sepupunya, keponakannya, bahkan mungkin milik tetangga. Akkhh... Entahlah! Damian sendiri tidak tahu jawaban yang pasti!
"Bagaimana dengan Nona itu, Bu? Nona itu memakai Lingerie. Bukannya hangat, malah tambah dingin karena tipis." Bisik Emma pada Bu Isma saat jangkauan mereka jauh dari Damian.
"Hushh... Ini sudah keputusan Tuan. Kita tidak bisa melarang perintahnya. Nona sudah lebih membaik sekarang. Selimut tebal sudah menghangatkannya." Jawab Bisik Bu Isma juga
Di luar kamar Damian, Damian masih tetap berdiri di depan pintu. Matanya masih melihat ke dalam bagaimana Diana terbaring di ranjang.
"Aku tidak tahu bagaimana reaksi terkejutnya besok pagi hari saat dia terbangun dan melihat dirinya sendiri!" Pungkas Damian berkata
Flashback On~
Damian tersenyum-senyum mengingat momen memalukan itu.
Bu Isma sangat syok melihat sebuah senyum yang terukir dari mulutnya. Ini adalah pertama kalinya Bu Isma melihat senyuman dari wajah Damian yang selalu terlihat kaku.
"Tuan tersenyum??" Malah bicara Bu Isma menyadarkan Damian dengan pemandangan langka itu.
Damian pun mengontrol dirinya kembali menjadi bersikap normalnya lagi.
Penonton sangat kecewa melihat senyuman langka itu pada diri Damian. Ini semua akibat Bu Isma yang membuyarkan nya.
"Agh,,, Dia juga sudah makan sebelum pergi, Bukan?" Tanya Damian lagi menjadi salah tingkah jadinya
"Tidak Tuan." Jawab Bu Isma
"APAA? Kenapa tidak, kalian tidak memasak untuknya? Bagaimana dia bisa pergi dengan perut yang kosong setelah kemarin malam kehujanan!" Pekik Damian geram
"Maaf Tuan, kami semua sudah memasak untuk Nona dan meminta Nona untuk makan sebelum pergi seperti titah, Tuan. Tapi Nona bersikeras menolak sekuat apapun kami membujuknya. Tolong maafkan kami..." Jelas Bu Isma sambil menunduk
"Hmm... Baiklah. Ini bukan kesalahan kalian, Tapi keras kepala wanita itu sendiri yang merasa kuat menolak makanan di rumah ku." Ujar Damian berpendapat
"Tuan tidak marah pada kami?" Tanya Bu Isma
"Aku marah pada wanita itu yang tidak menurut." Jawab Damian demikian
"Maaf Tuan, Jangan salahkan Nona..." Ujar Bu Isma
"Hmm... Sekarang siapkan air hangat dan makan malam saja untuk ku." Titah Damian
"Baik Tuan..." Bu Isma pun bergegas menyegerakan perintah Damian bersama Pelayan Junior lainnya.
Damian sampai di kamarnya. Rencananya ia ingin membersihkan diri. Tapi, ia malah melihat seisi kamar yang belum dinyalakan lampunya, menatap nanar sekeliling kamar yang luas, jendela dengan tirai menjulang tinggi yang menampilkan pemandangan kota dibaliknya, terasa hidupnya sunyi dan hampa. Hatinya dipenuhi kekosongan...
Damian pun terdiam. Ia mengingat kejadian kemarin malam yang mendapati Dania tengah menangis, lalu menatap ranjangnya yang kemarin terdapat Dania, kini kosong hanya terasa dinginnya suhu bersama selimut dan bantal.
"Siapa Nama mu? Nama saja aku tidak kenal, tapi kenapa aku sangat peduli dengan mu. Apa yang membuatmu bersedih seperti itu kemarin malam? Bisakah kita bertemu dan menceritakan kesedihan mu itu padaku..." Gumam Damian. Ia seolah merindukan sosok wanita yang baru ditemuinya kemarin.
Melamun Damian hingga ia tersadar saat Bu Isma memberitahu dari kamar mandi dalam kamarnya itu air hangat untuk Damian mandi sudah siap.
Bersambung✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments