Rombongan Abah Imron dan keluarganya sudah sampai di salah satu rumah sakit besar di ibukota ini. Dengan ditemani oleh Rijal dan Awan, mantri desa sebelah yang mengantar rombongan Abah Imron itupun kemudian segera mengurusi masalah pemindah-rawatan Abah Imron ke rumah sakit tersebut.
Sang mantri juga menjelaskan tentang riwayat penyakit Abah Imron kepada dokter yang akan bertugas untuk mengambil alih pengobatan Abah Imron di rumah sakit tersebut. Sementara itu Rijal dan Awan mengurusi pendaftaran dan administrasi untuk Abah Imron dirawat di rumah sakit tersebut.
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan dan juga menilik dari riwayat penyakit yang diderita oleh Abah Imron, akhirnya dokter mendiagnosa bahwa Abah Imron mengalami hipertensi paru. Yaitu suatu kondisi dimana tekanan darah di pembuluh darah dari jantung ke paru-paru melonjak.
Kendati terbilang jarang diidap, tapi masalah kesehatan ini bisa berdampak fatal karena rentan merusak sisi kanan jantung dan memicu gagal jantung.
Hipertensi paru juga bisa menyebabkan dinding arteri tebal, kaku, dan susah mengembang. Akibatnya, pasokan darah berkurang dan sisi kanan jantung sulit memompa darah melalui arteri. Itu kenapa diperlukan penanganan yang tepat dan segera, karena apabila tidak segera diobati, masalah kesehatan ini rentan menyebabkan gagal jantung dan bisa berakibat fatal.
Proses administrasi telah selesai dan saat ini Abah Imron juga sudah berada di dalam kamar rawat inap. Tidak lama kemudian Rijal dan mantri dari desa sebelah pun akhirnya pamit untuk pulang lebih dulu. Seperti kesepakatan mereka sebelumnya, Awan dan Nisa yang akan menemani Abah Imron dan Umi Nur selama berada di rumah sakit tersebut.
🍁🍁🍁
Hari ini Awan dan Nisa sedang keluar untuk membeli buah-buahan untuk Abah Imron. Dokter menyarankan agar Abah Imron mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung kalium, seperti pisang dan jeruk. Karena kalium dapat menyeimbangkan kadar natrium dalam tubuh sehingga bisa mengurangi tekanan darah.
Setelah membeli buah-buahan untuk Abah Imron tersebut, Awan dan Nisa pun kemudian hendak kembali ke rumah sakit. Dan sebuah kebetulan yang tidak terduga, Awan dan Nisa melewati jalan di depan sekolahan Keinan ketika mereka berdua sedang dalam perjalanan hendak kembali ke rumah sakit tersebut.
Nisa melihat ada beberapa orang yang menjual jajanan di pinggir jalan di dekat sekolah tersebut. Nisa yang merasa tertarik dengan jajanan batagor dan siomay pun kemudian meminta ijin kepada Awan untuk membeli jajanan tersebut.
"Kang, ada yang jualan batagor sama siomay. Eneng mau beli dulu sebentar, boleh kan?" tanya Nisa dengan raut wajah antusias.
"Boleh, Neng. Tapi akang tunggu disini aja, ya," jawab Awan.
"Iya, Kang. Akang mau sekalian enggak?" tawar Nisa.
"Akang enggak. Beli aja buat eneng sama Umi," tolak Awan.
"Ya udah deh kalau gitu. Eneng beli dulu sebentar ya, Kang," pamit Nisa.
Awan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Nisa kemudian segera menghampiri gerobak penjual batagor dan siomay tersebut untuk membeli jajanan kesukaannya itu.
Sembari menunggu Nisa membeli jajanan kesukaannya tersebut, Awan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dan begitu melihat ke arah sekolah TK Keinan, tiba-tiba saja Awan merasakan sesuatu yang berbeda. Awan merasa sangat tertarik dengan sekolah TK tersebut.
Awan terus memperhatikan bangunan sekolah TK tersebut. Entah kenapa, tapi Awan merasa sangat familiar dengan sekolah tersebut. Awan seperti merasa kalau dirinya ada hubungannya dengan sekolah ini di masa lalunya dulu.
Tanpa Awan sadari Awan sudah melangkah mendekati pintu gerbang sekolah TK tersebut. Awan kemudian menghentikan langkahnya di depan pintu gerbang sekolah TK tersebut yang masih tertutup, karena sekarang memang belum waktunya untuk anak-anak pulang.
Dari gerbang sekolah tersebut, dapat Awan lihat anak-anak yang sedang asyik bermain. Sepertinya saat ini sedang jam istirahat untuk anak-anak itu. Dapat Awan dengar riuh suara anak-anak yang sedang bercanda dan berkejaran dengan teman-temannya.
Awan tersenyum. Hati Awan merasa sangat bahagia melihat keceriaan anak-anak tersebut. Bahkan Awan juga merasakan kalau pemandangan seperti ini sangat familiar bagi Awan. Mungkinkah di masa lalunya dulu Awan ada hubungannya dengan sekolah TK ini? Entahlah, Awan sendiri juga masih belum bisa menemukan jawabannya.
Awan terus tersenyum seraya melihat anak-anak yang sedang asyik bermain di dalam sana. Sampai tiba-tiba saja Nisa sudah berdiri di sampingnya.
"Akang lagi apa disini?" tanya Nisa.
"Ah, enggak kok, Neng. Cuma lagi lihatin anak-anak main aja," jawab Awan yang sudah berbalik menghadap ke arah Nisa.
"Udah beli batagor sama siomaynya?" tanya Awan kemudian kepada Nisa.
"Udah, Kang. Ini," jawab Nisa seraya tersenyum dan mengangkat kantong plastik berisi batagor serta siomay di tangannya.
"Ya udah. Yuk kita balik ke rumah sakit sekarang. Kasihan kalau Umi sama Abah kelamaan nunggu," ajak Awan.
"Hayuk, Kang," balas Nisa.
Awan dan Nisa kemudian melangkah meninggalkan pintu gerbang sekolah TK tersebut, hendak kembali ke rumah sakit.
Sementara dari dalam sekolahan.
Keinan yang sedang bermain bola bersama dengan teman-temannya tiba-tiba saja menghentikan larinya begitu melihat ke arah pintu gerbang sekolahnya itu.
Ada seorang laki-laki yang terlihat sedang berdiri di depan pintu gerbang sekolahnya itu. Laki-laki itu tampak sedang tersenyum dengan memandang ke arah Keinan dan teman-temannya yang lain yang sedang asyik bermain saat ini.
Dan yang membuat Keinan penasaran sampai akhirnya menghentikan permainannya adalah Keinan seakan mengenal sosok laki-laki yang sedang berdiri di depan pintu gerbang sekolahnya itu.
Keinan memperhatikan dengan seksama laki-laki yang sedang berdiri di depan pintu gerbang sekolahnya tersebut. Dan kedua mata Keinan seketika membulat karena terkejut setelah bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki tersebut.
"Apakah itu Papa Awan?" lirih Keinan, bertanya kepada dirinya sendiri.
'Kenapa wajahnya mirip banget sama Papa Awan, ya? Apa itu benar papanya Kei, ya? Yaa Allah, semoga itu bener Papa Awan-nya Kei ya, Yaa Allah,' kata Keinan dalam hatinya.
Tetapi baru saja Keinan hendak menghampiri laki-laki tersebut dan bertanya, tiba-tiba saja Keinan melihat ada seorang wanita yang datang dan mengajak berbicara laki-laki itu. Tidak lama kemudian laki-laki dan wanita itu pun terlihat berjalan pergi meninggalkan pintu gerbang sekolah Keinan.
"Eh, tunggu-tunggu," teriak Keinan seraya hendak berlari menuju ke pintu gerbang sekolahnya itu.
Tapi tiba-tiba saja,
Kriiiiing!!!
Suara bel sekolah tanda berakhirnya waktu istirahat pun berbunyi dengan nyaring.
"Kamu mau kemana, Kei?" tanya Fahri yang juga seketika menghentikan langkah Keinan.
"Eh, itu ---"
"Udah bel masuk loh, Kei. Ayo cepetan kita masuk ke kelas," ajak Fahri memotong perkataan Keinan.
"Tapi aku ---"
"Ayo, Kei, buruan. Nanti Bu guru keburu masuk loh," potong Fahri lagi.
Keinan membuang nafasnya kecewa. Akhirnya, mau tidak mau, Keinan pun kemudian melangkah mengikuti Fahri untuk kembali masuk ke dalam kelas mereka.
'Itu tadi beneran Papa Awan bukan sih? Tapi kok wajahnya mirip banget sama Papa Awan, ya? Yaa Allah, semoga itu tadi beneran Papa Awan ya, Yaa Allah. Kei kangen banget sama Papa Awan,' ucap Keinan dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
CebReT SeMeDi
Firasat keduanya begitu kuat meskipun bukan anak kandung, semoga lekas pulih ya awan biar bisa kumpul sama keluarga
2023-02-13
2
🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤
author ini tarik ulur,, sama macam perasaanku 🤣🤣🤣🤣
2023-02-13
1
Riana
🤣🤣🤣masih diulur sama otor belum boleh ketemu
2023-01-30
2