Malam ini aku kembali terbangun di malam hari. Dan seperti biasanya, aku merasa sangat ingin memakan nasi goreng ketika aku terbangun di malam hari seperti ini. Aku mendudukkan diriku di atas tempat tidur.
"Adek pengen makan nasi goreng, ya? Yuk Bunda buatin," ucapku seraya mengusap lembut perutku yang sudah lumayan besar ini.
Aku kemudian menurunkan kedua kakiku dari tempat tidur. Dan pandanganku seketika tertuju ke arah foto yang terletak di atas meja nakas di samping tempat tidur ini. Fotoku bersama dengan Mas Awan dan juga Keinan.
Kedua mataku seketika kembali berkaca-kaca. Aku sangat tau kalau saat ini bayi di dalam perutku ini pasti merindukan nasi goreng spesial buatan papanya, yaitu Mas Awan. Begitu juga dengan diriku, aku juga sangat merindukan suamiku itu.
Aku menghapus air mata yang tanpa ijin sudah mengalir dan membasahi kedua pipiku. Menarik nafas dalam, aku berusaha untuk menguatkan hatiku sendiri.
Pelan-pelan, aku kemudian berdiri dari dudukku. Aku pun segera bergegas untuk turun ke bawah. Sesampainya di dapur, aku pun kemudian mempersiapkan bahan-bahan yang aku butuhkan untuk membuat nasi goreng. Setelah itu aku segera mulai memasak nasi goreng yang aku inginkan itu.
Beberapa saat kemudian nasi goreng buatanku sudah matang. Aku menuangkan nasi goreng tersebut ke atas piring kemudian membawanya menuju ke meja makan. Aku mendudukkan diriku di salah satu kursi meja makan. Setelah membaca do'a, aku pun kemudian mulai menyantap nasi goreng buatanku itu.
Baru satu suap nasi goreng yang masuk ke dalam mulutku, tetapi aku sudah merasa mual. Aku menutup mulutku menggunakan tangan kananku. Susah payah aku berusaha menelan nasi goreng di dalam mulutku itu. Setelah itu aku kemudian langsung meminum air putih yang tadi sudah aku tuangkan ke dalam gelas.
Aku mengusap mulutku menggunakan tangan kananku. Kupandangi perutku, bayi di dalam perutku sedang menendang-nendang saat ini. Aku tersenyum kemudian mengusap perutku penuh sayang.
"Adek sayang, makan nasi goreng buatan Bunda dulu aja, ya. Bunda nggak enak mau bangunin Oma. Oma pasti capek. Ini udah malem, dan Oma juga lagi istirahat, sayang. Jadi adek makan nasi goreng buatan Bunda dulu aja ya, sayang," ucapku mengajak bicara bayi yang saat ini berada di dalam perutku itu.
'Mas Awan,' lirih kata batinku, sangat merindukan suamiku itu.
🍁🍁🍁
"Shofi!!!" ucap Awan yang seketika langsung membuka kedua matanya.
Awan tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya dan secara refleks langsung memanggil nama 'Shofi'.
Nafas Awan sedikit ngos-ngosan. Awan merasa kalau di dalam tidurnya tadi dia mendengar ada suara seorang wanita yang sedang menangis memanggil namanya. Itu kenapa Awan tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya dan secara refleks langsung memanggil nama 'Shofi' tersebut.
Awan mendudukkan dirinya di atas tempat tidur. Diusapnya wajahnya kasar seraya mengesah pelan.
"Shofi?" ucap Awan, bertanya kepada dirinya sendiri.
Awan merasa sangat familiar dengan nama tersebut. Tetapi entah kenapa masih sangat sulit bagi Awan untuk bisa mengingat seseorang dengan nama 'Shofi' tersebut.
🍁🍁🍁
Saat ini Awan dan Rijal sedang istirahat di gubuk bambu yang terletak di pinggir ladang Abah Imron. Keduanya beristirahat sejenak dari penat setelah seharian ini mengurusi ladang sayuran Abah Imron tersebut.
"Nisa pasti udah mengutarakan perasaan suka dia sama kamu ya, Wan?" tanya Rijal.
Awan sempat terkejut mendengar pertanyaan dari Rijal itu. Tetapi mau tidak mau, Awan tetap harus menjawab pertanyaan tersebut. Awan pun kemudian berusaha untuk menjawab dengan tetap tenang. Karena selama mengenal Rijal beberapa bulan ini, Awan tau Rijal adalah orang yang bijaksana. Jadi dia pasti bisa memahami keputusan Awan.
"Iya, Kang," jawab Awan.
"Dan kamu menolak Nisa?" tanya Rijal lagi, masih dengan nada suara yang biasa.
"Maaf, Kang. Tapi aku udah nganggap Nisa seperti adikku sendiri. Aku menyayangi Nisa, tapi itu adalah rasa sayang seorang kakak kepada adiknya. Aku nggak bisa membalas perasaan suka Nisa sama aku, Kang," jawab Awan menjelaskan apa adanya.
"Akang tau itu. Tapi akang juga tau kalau masih ada alasan lain lagi, iya kan?" tanya Rijal dengan menoleh ke arah Awan.
Awan tersentak. Tidak menyangka kalau Rijal akan bisa mengetahui hal itu juga.
"Coba cerita sama akang. Jangan merasa sungkan karena akang adalah kakaknya Nisa. Anggap akang sebagai kawan baik kamu sendiri. Biar kamu bisa lebih leluasa buat cerita sama akang apa yang sedang menjadi ganjalan di hati kamu saat ini," kata Rijal bijak.
Awan menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Mencoba menata hatinya sendiri terlebih dahulu. Ya, saat ini Awan memang sedang membutuhkan seseorang untuk berbagi semua yang menjadi beban pikirannya selama ini. Dan Awan merasa kalau sepertinya dirinya bisa berbagi dengan Rijal. Akhirnya Awan pun memutuskan untuk bercerita kepada Rijal.
"Entah kenapa, tapi aku merasa kalau aku sudah memiliki keluargaku sendiri di luar sana, Kang. Hatiku merasa yakin kalau aku sebenarnya sudah memiliki seorang istri, bahkan sepertinya seorang anak juga. Terlepas dari ingatanku yang sampai saat ini masih belum kembali, tapi aku merasa sangat yakin kalau aku sudah berumah tangga, Kang," kata Awan, dengan pandangan jauh menatap ke depan.
"Akang rasa juga seperti itu, Wan. Akang ingat betul, dulu sewaktu kamu belum sadarkan diri, kamu beberapa kali mengigau dan menyebut nama 'Shofi' dalam alam bawah sadar kamu," ucap Rijal menanggapi cerita Awan tadi.
"Shofi?" tanya Awan mengulangi perkataan Rijal tadi.
"Iya, 'Shofi'. Seolah-olah itu adalah ingatan dari alam bawah sadar kamu, Wan. Itu kenapa akang juga memiliki pemikiran yang sama dengan kamu tadi. Sepertinya memang kamu sudah memiliki keluarga kamu sendiri di luar sana, Wan," jawab Rijal, mengutarakan apa yang dia pikirkan selama ini juga.
Awan terdiam. Dirinya berusaha menelaah semua yang sudah dikatakan oleh Rijal tadi. 'Shofi', itu adalah nama yang sama dengan nama yang Awan sebutkan semalam ketika dirinya tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya.
Dan entah kenapa Awan merasa jantungnya berdetak lebih cepat begitu menyebut nama tersebut. Seperti saat ini juga.
Awan berusaha mengingat dengan keras tentang nama 'Shofi' tersebut. Tetapi sayangnya Awan masih belum bisa. Kepala Awan justru sering merasa sakit saat dia memaksa terlalu keras dirinya untuk bisa mengingat kembali apa yang sudah terjadi di masa lalunya dulu, terutama yang berhubungan dengan nama 'Shofi' tersebut.
Tetapi Awan sangat berharap, semoga dirinya bisa segera mengingat kembali tentang wanita bernama 'Shofi' itu, dan juga tentang semua masa lalunya dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤
perlahan tapi pasti,, akan mengingat yang di sayangi
2023-02-13
1
Riana
sabarrrrr😀😀😀😀masih awal🤣🤣disuruh jauhan dulu
2023-01-30
2
CebReT SeMeDi
Semoga pelan2 inget Alhamdulillah sudah dimimpiin shofi
2023-01-30
2