7. Bertemu Mantan Ipar

Sore ini adalah jadwalku untuk memeriksakan kehamilanku ke dokter kandungan. Aku ditemani oleh Kak Anjani dan Bang Langit. Sementara Keinan, Bintang, dan Inara di rumah bersama dengan Papa Surya dan Mama Wulan.

"Bagaimana Dok keadaan kandungan adik saya?" tanya Kak Jani setelah sang dokter wanita berhijab itu selesai melakukan pemeriksaan terhadap aku dan kandunganku.

Kak Jani membantuku untuk duduk kembali di kursi di sebelahnya. Bang Langit tidak ikut masuk, dia memilih untuk menunggu di luar ruangan pemeriksaan saja.

"Syukur alhamdulillah kondisi janinnya bagus dan perkembangannya juga baik. Perkembangan janin sudah sesuai untuk janin usia enam bulan," jawab Dokter Cahya, dokter kandungan yang menangani kehamilanku dari awal.

"Alhamdulillaah," ucap Kak Jani bersyukur.

"Vitaminnya nanti jangan lupa diminum ya, Bu Shofi. Makan makanan yang bergizi. Istirahat yang cukup. Jangan terlalu capek juga. Dan yang paling penting, jangan terlalu banyak pikiran. Biar nggak mempengaruhi perkembangan janin ibu," pesan Dokter Cahya kepadaku.

"Baik, Dok," jawabku mengiyakan.

"Kalau begitu kami permisi dulu ya, Dok," pamit Kak Jani seraya berdiri lalu membantuku untuk ikut berdiri juga.

"Iya, Bu. Silahkan," balas Dokter Cahya yang juga ikut berdiri dari duduknya.

"Terima kasih banyak ya, Dok," ucap Kak Jani seraya menyalami Dokter Cahya.

"Sama-sama, Bu."

"Terima kasih banyak ya, Dokter Cahya," ucapku yang juga ikut menyalami tangan kanan Dokter Cahya.

"Sama-sama, Bu Shofi. Itu sudah menjadi kewajiban saya," balas Dokter Cahya dengan senyum ramahnya.

"Kami permisi dulu, Dok. Assalamu'alaikum," pamitku dan Kak Jani.

"Silahkan, Bu. Wa'alaikumsalam," jawab Dokter Cahya.

Aku dan Kak Jani kemudian berjalan keluar dari ruangan Dokter Cahya tersebut.

"Gimana, Ma?" tanya Bang Langit begitu kami berdua keluar dari ruangan Dokter Cahya dan menghampirinya.

"Dokter bilang kondisi Shofi dan bayinya sehat, Pa," jawab Kak Jani.

"Syukurlah kalau gitu," ucap Bang Langit.

"Kita ke bagian farmasi untuk mengambil obat dan vitamin Shofi dulu yuk, Pa," ajak Kak Jani.

"Mama sama Shofi duluan aja ke bagian farmasi. Nanti Papa nyusul. Papa mau ke toilet sebentar," kata Bang Langit.

"Oh, oke deh kalau gitu. Kita tunggu Papa di bagian farmasi, ya," Kak Jani pun mengiyakan.

"Oke, Ma."

Aku dan Kak Jani kemudian berjalan menuju ke bagian farmasi untuk antri mengambil obat, sementara Bang Langit pergi ke toilet yang ada di rumah sakit tersebut.

Aku dan Kak Jani duduk di kursi tunggu yang sudah disediakan. Menunggu namaku dipanggil oleh petugas bagian farmasi untuk mengambil obatku.

Tanpa kami duga sebelumnya, tiba-tiba saja kami bertemu dengan Kak Anggun dan Chika, kakak perempuan dan adik perempuan dari Bayu, mantan suami pertamaku. Mereka berdua menghentikan langkah mereka begitu melihat aku dan Kak Jani.

"Kak Shofi," panggil Chika dengan tersenyum senang.

Ya, hubunganku dengan Chika memang lumayan baik. Tidak seperti hubunganku dengan Kak Anggun, yang selalu bersikap ketus kepadaku sejak pertama kali aku datang ke rumah mereka dulu.

"Chika? Kak Anggun?" ucapku kaget dan tidak menyangka kalau akan bertemu dengan mereka disini.

Aku dan Kak Jani kemudian berdiri dari duduk kami.

"Gimana kabar Kak Shofi?" tanya Chika.

"Alhamdulillaah, kabar kakak baik kok. Kamu dan yang lainnya gimana kabarnya, Dek?" tanyaku juga.

"Kabar kita juga baik kok, Kak," jawab Chika.

"Oh, ada yang lagi periksa kandungan nih kayaknya," kata Kak Anggun sinis, seperti biasanya.

"Iya, Kak. Gimana kabar Kak Anggun?" tanyaku sekedar menjaga kesopanan.

"Kasihan banget sih, kamu. Lagi hamil gini tapi malah suaminya hilang dan sampai sekarang masih belum ditemuin juga. Pasti suami baru kamu itu kena imbas dari nasib sial yang kamu punya itu. Ck-ck-ck, kasihan," cibir Kak Anggun.

Aku merasakan hatiku seketika memanas karena emosi. Tidak berbeda jauh dengan Kak Jani yang berdiri di sebelahku saat ini.

"Hei Mbak, kalau punya mulut itu dijaga dong. Shofi nyapa baik-baik loh. Bukannya dijawab tapi malah ucapan anda seperti itu. Mending nggak usah ngomong aja sekalian daripada omongannya nyakitin hati orang kayak gitu," ucap Kak Jani kesal.

"Eh, apa-apaan nih? Nggak usah ikut campur urusan orang lain, ya," ketus Kak Anggun, marah.

"Kak," lirihku seraya memegangi lengan Kak Jani, berusaha meredakan emosi kakak iparku tersebut.

Kak Jani menoleh ke arahku. Aku kemudian menggelengkan kepalaku pelan, tidak ingin memperpanjang urusan ini.

"Enggak Shofi. Dia udah keterlaluan. Omongannya juga nggak enak banget. Punya hak apa dia berbicara seperti itu tentang kamu," tolak Kak Jani berapi-api.

"Udah Kak, biarin aja. Nggak usah ditanggepin," kataku masih mencoba meredakan emosi Kak Jani.

"Eh, makin kurang ajar ya kamu, Shof. Ini juga, ngapain sih ikut campur urusan orang lain," seru Kak Anggun marah seraya menuding ke arahku dan Kak Jani bergantian.

"Kak Anggun jangan gitu dong. Kita lagi di rumah sakit loh ini. Jangan cari gara-gara deh, Kak," kata Chika juga yang berusaha menghentikan amarah kakaknya itu.

"Kamu anak kecil tau apa sih? Diem aja deh," ketus Kak Anggun tidak terima.

"Hmh, ternyata seperti ini kelakuan mantan ipar kamu, Shofi," cibir Kak Jani dengan santainya.

Ya, setelah memahami situasi yang terjadi juga menilai sikap dan perilaku Kak Anggun juga Chika, Kak Jani akhirnya bisa menentukan sikap seperti apa yang harus dia ambil.

Aku melepaskan lengan Kak Jani yang tadi aku pegang. Sepertinya aku tidak perlu lagi mengkhawatirkan apa yang akan diperbuat oleh kakak iparku yang seorang sarjana psikologi ini. Dia pasti sudah memikirkan dengan matang sikap yang akan dia ambil setelah ini.

"Maksud kamu apa?" ucap Kak Anggun marah, tidak terima mendengar perkataan Kak Jani tadi.

"Enggak ada maksud apa-apa kok. Saya cuma merasa kasihan aja, dulu Shofi pernah menjadi bagian dari keluarga kalian. Shofi pasti merasa sangat tertekan saat itu, memiliki seorang kakak ipar seperti anda," ucap Kak Jani yang sudah tidak emosi lagi.

"Kamu,,," ucap Kak Anggun yang masih dengan amarahnya yang berkobar-kobar.

"Tapi saya juga ingin berterima kasih sama kalian. Terima kasih karena sudah melepaskan Shofi sebagai bagian dari keluarga kalian. Hingga akhirnya keluarga kami bisa memiliki seorang menantu yang baik dan sopan seperti Shofi ini. Keluarga kami merasa sangat beruntung karena mendapatkan berlian seperti Shofi dan juga Keinan," lanjut Kak Jani lagi.

Diam-diam aku mengulum senyum tipis. Kak Jani memang paling tau bagaimana cara menghadapi seseorang berdasarkan sikap dan perilakunya.

Dapat aku lihat juga Kak Anggun yang mengepalkan kedua tangannya erat. Amarah sangat terlihat jelas dari raut wajahnya. Sementara Chika hanya bisa terdiam tanpa bisa membalas.

"Maaf ya, sayang, agak lama," kata Bang Langit yang tiba-tiba sudah menghampiri kami berempat.

Aku, Kak Jani, Kak Anggun, dan Chika pun kompak menoleh ke arah Bang Langit yang baru saja datang.

"Iya, Pa. Nggak pa-pa kok," balas Kak Jani seraya tersenyum lembut kepada suaminya itu.

"Tadi Inara nelpon pake HP Oma-nya, minta dibeliin jus buah sama donat katanya," kata Bang Langit.

"Ya udah, nanti kita mampir beliin aja, Pa. Sekalian buat Bintang sama Keinan juga," balas Kak Jani.

"Iya, Ma. Eh, ketemu temen, ya, kalian?" tanya Bang Langit begitu menyadari keberadaan Kak Anggun dan Chika di hadapan kami.

"Oh, enggak kok, Pa. Ini, mantan kakak ipar sama adik iparnya Shofi dulu. Kita cuma nggak sengaja aja ketemu disini," jawab Kak Jani.

"Oh, gitu. Obat kamu udah belum, Shof?" tanya Bang Langit beralih kepadaku.

"Belum, Bang. Masih nunggu dipanggil," jawabku.

"Ibu Shofiyyah Az-Zahra."

Terdengar panggilan dari pengeras suara.

"Nah, itu udah dipanggil. Kamu tunggu disini sama kakak kamu aja. Biar Abang yang ambilin," kata Bang Langit.

"Eh, iya Bang. Makasih," ucapku.

"Papa ambil obatnya Shofi dulu sebentar ya, Ma," pamit Bang Langit kepada Kak Jani.

"Oke, Pa," balas Kak Jani.

Bang Langit kemudian bergegas menuju ke bagian pengambilan obat.

"See, keluarga kami semua sangat menyayangi Shofi dan Keinan. Jadi, sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak ya. Karena kalian semua telah melepaskan Shofi sehingga keluarga kami bisa mendapatkan menantu sebaik Shofi dan cucu selucu Keinan," ucap Kak Jani lagi dengan tersenyum.

Kak Anggun terlihat semakin marah saja.

"Ayo Chik, kita pergi dari sini. Buang-buang waktu aja dari tadi cuma dengerin orang pamer," ketus Kak Anggun yang kemudian berbalik dan menarik tangan Chika, mengajaknya pergi.

"Duluan ya, Kak," seru Chika seraya menoleh ke belakang.

"Iya, Chik. Hati-hati," balasku sedikit berteriak karena Chika dan Kak Anggun sudah sedikit jauh.

Kemudian aku mendengar suara Kak Jani yang tertawa cekikikan merasa puas.

"Kak Jani, isshhh. Kebiasaan deh," gerutuku yang juga ikut tertawa kecil.

"Menghadapi orang kayak gitu emang harus dengan cara seperti itu, Shof. Skak mat aja udah. Nggak bisa bales lagi kan dia," kata Kak Jani.

Benar juga. Dalam hati aku membenarkan ucapan kakak iparku itu. Aku juga semakin salut dengan ketepatan Kak Jani dalam menghadapi setiap orang yang mencari masalah dengan kami.

Terpopuler

Comments

¢ᖱ'D⃤ ̐🔵⏤͟͟͞R𝔞shqι🐬𝐀⃝🥀

¢ᖱ'D⃤ ̐🔵⏤͟͟͞R𝔞shqι🐬𝐀⃝🥀

Bener kak Jani. Lawan dengan cara elegan🤣🤣

2023-04-18

0

❀_Ayu_❀

❀_Ayu_❀

Good job Kak Jani....👏.
Langsung gaskeun orang-orang kayak gitu....😏. Mulutnya perlu disekolahin lg biar bisa ngomong yg baik & benar... 😏.

2023-01-30

7

CebReT SeMeDi

CebReT SeMeDi

wkwkw Skak mat buat anggun, namanya g sesuai Ama kelakuannya, emang harus digituin sih, dibalesnya jangan pake emosi juga. mesti pake trik lgsg deh diem klakep🤣🤣

2023-01-16

3

lihat semua
Episodes
1 1. Prolog
2 2. Dikelilingi Orang-orang Baik
3 3. Rindu Nasi Goreng Mas Awan
4 4. Pembicaraan Ibu-ibu
5 5. Mertua Yang Pengertian
6 6. Sekedar Ikut Tertawa
7 7. Bertemu Mantan Ipar
8 8. Rasa Yang Tersimpan
9 9. Sharing
10 10. Amnesia Pasca Trauma
11 11. Kedatangan Yang Mengejutkan
12 12. Modus Bayu
13 13. Perlindungan Dari Semuanya ( 1 )
14 14. Perlindungan Dari Semuanya ( 2 )
15 15. Rasa Yang Salah
16 16. Ingatan Bawah Sadar
17 17. Kembali Ke Ibukota
18 18. Apakah Itu Papa Awan?
19 19. Rahasia Keinan Dan Chef Yudha ( 1 )
20 20. Rahasia Keinan Dan Chef Yudha ( 2 )
21 21. Kuasa Allah Subhanahu Wata'ala
22 22. Kejadian Tidak Terduga
23 23. Melahirkan Lebih Awal
24 24. Mengabari Keluarga Yang Lain
25 25. Kelahiran Baby Angkasa
26 26. Mulai Menemukan Titik Terang
27 27. Ingatan Awan Kembali
28 28. Pelangi Di Ujung Rindu ( 1 )
29 29. Pelangi Di Ujung Rindu ( 2 )
30 30. Melepas Rindu
31 31. Bertambah Keluarga
32 32. Chef Yudha Bertemu Bos Awan
33 33. Masalah Hati Yang Sama
34 34. Berbagi Cerita
35 35. Temu Kangen
36 36. Kembali Ke Rumah
37 37. Rencana Double Syukuran
38 38. Langkah Awal PDKT Chef Yudha
39 39. Double Syukuran
40 40. Kembali Ke Kafe
41 41. Rutinitas Yang Dirindukan
42 42. Rencana PDKT Lanjutan
43 43. Biang Masalah
44 44. Perasaan Yang Berbalas
45 45. Rencana Jahat
46 46. Datang Ke Kafe Awan
47 47. Kebersamaan
48 48. Nisa POV
49 49. Dilema
50 50. Menyampaikan Niat Baik
51 51. Kebahagiaan VS Penyesalan
52 52. Merencanakan Penjebakan
53 53. Bayu Kembali Hadir
54 54. Diusir Secara Tidak Langsung
55 55. Nekat
56 56. Kabar Mengejutkan
57 57. Mas Awan Dirawat
58 58. Kecurigaan
59 59. Rencana Awal Chika
60 60. Terselamatkan
61 61. Rencana Chika Gagal
62 62. Lepas Kendali
63 63. Tersadar
64 64. Sedikit Merasa Lega
65 65. Mencari Sumber Masalah
66 66. Terbongkar
67 67. Chika Masih Belum Jera
68 68. Berurusan Dengan Orang Yang Salah
69 69. Upaya Penyelamatan
70 70. Gagal Lagi
71 71. Amarah Hamzah
72 72. Membulatkan Tekad
73 73. Kedatangan Arya Dan Winna
74 74. Menuju Halal
75 75. Happy Ending : END
76 76. Novel Baru Lagi
Episodes

Updated 76 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Dikelilingi Orang-orang Baik
3
3. Rindu Nasi Goreng Mas Awan
4
4. Pembicaraan Ibu-ibu
5
5. Mertua Yang Pengertian
6
6. Sekedar Ikut Tertawa
7
7. Bertemu Mantan Ipar
8
8. Rasa Yang Tersimpan
9
9. Sharing
10
10. Amnesia Pasca Trauma
11
11. Kedatangan Yang Mengejutkan
12
12. Modus Bayu
13
13. Perlindungan Dari Semuanya ( 1 )
14
14. Perlindungan Dari Semuanya ( 2 )
15
15. Rasa Yang Salah
16
16. Ingatan Bawah Sadar
17
17. Kembali Ke Ibukota
18
18. Apakah Itu Papa Awan?
19
19. Rahasia Keinan Dan Chef Yudha ( 1 )
20
20. Rahasia Keinan Dan Chef Yudha ( 2 )
21
21. Kuasa Allah Subhanahu Wata'ala
22
22. Kejadian Tidak Terduga
23
23. Melahirkan Lebih Awal
24
24. Mengabari Keluarga Yang Lain
25
25. Kelahiran Baby Angkasa
26
26. Mulai Menemukan Titik Terang
27
27. Ingatan Awan Kembali
28
28. Pelangi Di Ujung Rindu ( 1 )
29
29. Pelangi Di Ujung Rindu ( 2 )
30
30. Melepas Rindu
31
31. Bertambah Keluarga
32
32. Chef Yudha Bertemu Bos Awan
33
33. Masalah Hati Yang Sama
34
34. Berbagi Cerita
35
35. Temu Kangen
36
36. Kembali Ke Rumah
37
37. Rencana Double Syukuran
38
38. Langkah Awal PDKT Chef Yudha
39
39. Double Syukuran
40
40. Kembali Ke Kafe
41
41. Rutinitas Yang Dirindukan
42
42. Rencana PDKT Lanjutan
43
43. Biang Masalah
44
44. Perasaan Yang Berbalas
45
45. Rencana Jahat
46
46. Datang Ke Kafe Awan
47
47. Kebersamaan
48
48. Nisa POV
49
49. Dilema
50
50. Menyampaikan Niat Baik
51
51. Kebahagiaan VS Penyesalan
52
52. Merencanakan Penjebakan
53
53. Bayu Kembali Hadir
54
54. Diusir Secara Tidak Langsung
55
55. Nekat
56
56. Kabar Mengejutkan
57
57. Mas Awan Dirawat
58
58. Kecurigaan
59
59. Rencana Awal Chika
60
60. Terselamatkan
61
61. Rencana Chika Gagal
62
62. Lepas Kendali
63
63. Tersadar
64
64. Sedikit Merasa Lega
65
65. Mencari Sumber Masalah
66
66. Terbongkar
67
67. Chika Masih Belum Jera
68
68. Berurusan Dengan Orang Yang Salah
69
69. Upaya Penyelamatan
70
70. Gagal Lagi
71
71. Amarah Hamzah
72
72. Membulatkan Tekad
73
73. Kedatangan Arya Dan Winna
74
74. Menuju Halal
75
75. Happy Ending : END
76
76. Novel Baru Lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!