Seperti dua hari kemarin, hari ini pun Bayu lagi-lagi datang ke kafe ini. Alasannya sih dia bilang karena ingin bertemu dengan Keinan. Dan aku berusaha untuk memaklumi hal tersebut. Karena biar bagaimanapun juga Bayu adalah ayah kandung Keinan dan dia juga memang sudah lama tidak bertemu dengan Keinan.
Tetapi tatapan matanya yang terus menerus selalu tertuju ke arahku itu benar-benar membuat aku merasa tidak nyaman.
"Bu Bos," panggil Adit yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingku.
"Eh, iya, Dit. Ada apa?" tanyaku.
"Sebaiknya Bu Bos masuk ke dalam saja. Biar aku yang nungguin disini," jawab Adit.
"Tapi nanti kalau kamu jagain kasir Danu kerepotan dong jadi waiters sendirian," ucapku kepikiran.
"Tenang aja, Bu Bos. Insya Allah aku masih bisa kok. Lagian kita bakalan tetep saling bantu juga," kata Danu yang sudah ikut berdiri di samping Adit, bersama dengan Dedi juga.
"Iya, Bu Bos. Nanti kalau Danu kerepotan, Adit atau aku bakal bantuin Danu kok kalau kami pas longgar," imbuh Dedi.
"Itu, chef Yudha juga udah siap buat gantiin Dedi bikin minuman kalau misalnya nanti Dedi pas lagi bantuin Danu nganterin pesanan pelanggan," ucap Adit juga seraya menunjuk ke arah jendela penghubung antara bagian barista dengan dapur.
Aku menoleh ke arah jendela penghubung. Dan dapat kulihat disana chef Yudha ternyata sedang melongokkan tubuh bagian atasnya seraya mengacungkan jempol tangan kanannya, seolah membenarkan perkataan Adit tadi.
Aku berpikir sejenak. Ah, sepertinya mereka berempat memang sudah sepakat tentang hal ini. Dan aku tau pasti, mereka berempat melakukan semua ini karena mereka tau aku merasa sangat tidak nyaman dengan kehadiran Bayu.
Setelah berpikir sejenak, aku pun kemudian menganggukkan kepalaku, menyetujui usulan mereka semua.
"Oke. Kalau gitu urusan disini aku serahin ke kalian semua, ya. Aku masuk ke dalam dulu kalau gitu," ucapku.
"Oke, Bu Bos," balas Adit, Danu, dan Dedi.
"Adit, nanti kalau kamu udah jemput Keinan, biarin Keinan nyapa ayahnya dulu. Misal ayahnya ngajakin pergi, kalau Keinan mau ikut kamu segera kabarin aku, ya. Tapi kalau Keinan nggak bersedia untuk ikut, langsung anterin Keinan masuk ke dalam aja," pesanku kepada Adit.
"Siap, Bu Bos," balas Adit dengan mengacungkan jempol tangan kanannya.
"Udah. Bu Bos buruan masuk ke dalam sekarang. Disini udah nggak nyaman lagi," kata Dedi.
"Iya. Aku masuk ke dalam sekarang," balasku.
Aku kemudian berdiri dan langsung bergegas untuk masuk ke dalam ruanganku. Mengikuti saran anak buahku. Sekaligus menghindari tatapan mata Bayu yang semakin lama semakin membuatku merasa tidak nyaman itu.
Sekilas, aku bisa melihat Bayu yang terlihat bingung. Mungkin dia bertanya-tanya kenapa aku meninggalkan meja kasir. Tetapi untungnya Bayu sama sekali tidak berniat untuk mengejarku ataupun bertanya apapun.
🍁🍁🍁
Setelah kemarin Bayu tidak bisa berbicara denganku, karena aku yang tidak lagi menunggu di meja kasir. Ternyata Bayu juga tidak berhasil mengajak Keinan untuk jalan-jalan bersama dengan dia. Ya, Keinan menolak dengan alasan capek dan mau tidur dulu sebentar di dalam ruanganku. Aku akui, putraku itu ternyata sangat pandai dalam hal membuat alasan.
Dan hari ini, lagi-lagi Bayu kembali datang ke kafe ini. Untungnya Adit dan yang lainnya sudah antisipasi terlebih dahulu. Mereka berempat melarang aku keluar dari ruanganku. Urusan kasir diambil alih oleh mereka dan dikerjakan secara bersama-sama, dengan saling membantu satu sama lain. Seperti kemarin juga.
Aku masih meneliti beberapa nota yang masuk ketika tiba-tiba saja aku mendengar suara keributan dari luar. Aku kemudian berhenti sebentar dan mempertajam pendengaranku.
"Jangan kurang ajar, ya. Punya hak apa kamu ngelarang-larang aku?" teriak seseorang.
"Saya atau anda yang kurang ajar? Anda adalah pelanggan disini, jadi tolong bersikaplah layaknya seorang pelanggan dan jangan melebihi batas," balas Adit dengan suara yang tinggi juga.
'Eh, yang sedang berbicara dengan Adit tadi, kenapa seperti suaranya Bayu ya?' batinku.
Karena penasaran, juga tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan, akhirnya aku pun memutuskan untuk keluar dari ruanganku.
Dan betapa terkejutnya aku, begitu aku keluar dari ruanganku aku melihat Adit dan Bayu yang sedang bertengkar di dekat meja kasir. Dedi bahkan juga sudah berdiri di samping Adit saat ini.
Aku pun bergegas untuk segera menghampiri mereka bertiga.
"Kamu cuma pelayan disini. Jangan ngelunjak ya kamu," hardik Bayu, sengit.
"Saya ngelunjak? Lalu anda apa? Apa pantas anda bersikap seperti itu?" balas Adit tak kalah sengitnya.
"Ada apa ini?" tanyaku seraya berjalan cepat menghampiri Adit, Dedi, dan Bayu.
Para pelanggan yang lain juga terlihat sudah menghentikan aktivitas mereka dan fokus melihat keributan yang terjadi tersebut.
"Shofi. Akhirnya kamu keluar juga," ucap Bayu terlihat sumringah.
Mengabaikan ucapan Bayu, aku pun kemudian mendekati Adit dan Dedi.
"Ada apa ini, Dit? Kenapa ribut-ribut begini?" tanyaku kepada Adit.
"Bu Bos. Dia ---"
"Shofi. Dari tadi aku mau ketemu sama kamu. Tapi mereka berdua selalu saja menghalangi aku."
Belum sempat Adit melanjutkan perkataannya, tiba-tiba saja Bayu sudah menyela secepat kilat.
Aku menghela nafas berat. Apa mau Bayu sebenarnya?
"Sebenarnya ada apa sih, Dit?"
Aku masih berusaha mengabaikan Bayu dan memilih untuk tetap bertanya kepada Adit, karyawanku sendiri.
"Dari tadi orang ini nanyain Bu Bos terus. Bahkan dia juga ngotot mau ketemu sama Bu Bos. Pas aku bilang nggak bisa, eh dia malah makin nyolot ngomongnya. Ya aku jadi ikutan emosi dong, Bu Bos," jawab Adit menjelaskan.
Huft. Lagi-lagi aku menghela nafas berat. Kenapa beberapa hari ini Bayu sangat ngotot untuk menemui aku dan juga Keinan. Ada apa ini sebenarnya?
Tetapi aku juga sadar bahwa saat ini kami semua sedang menjadi tontonan para pelanggan yang lain. Jadi sebisa mungkin aku harus bisa menyelesaikan masalah ini tanpa menimbulkan keributan dan masalah yang lainnya. Karena itu semua pasti akan berdampak secara langsung terhadap nama baik kafe milik Mas Awan ini.
Aku menarik nafas dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Mencoba menata hatiku sendiri terlebih dahulu.
Setelah itu aku kemudian berbalik menghadap ke arah Bayu.
"Sebenarnya apa mau anda? Kenapa harus membuat keributan seperti ini?" tanyaku berusaha setenang mungkin.
"Aku tidak bermaksud membuat keributan, Shof. Aku hanya ingin bertemu dengan kamu. Tapi mereka berdua terus saja menghalangi aku dengan mengatakan alasan yang macam-macam. Ya aku jadi tersulut emosi dong," jawab Bayu membela diri.
"Maaf, tapi kita sudah tidak ada urusan apa-apa lagi. Jadi untuk apa lagi anda mau bertemu dengan saya?" tanyaku, masih berusaha untuk tetap menjaga kesopanan.
"Tapi, Shof ---"
"Dan untuk mereka berdua, saya selaku Bos mereka menyampaikan permohonan maaf apabila ada perbuatan mereka yang tidak berkenan di hati anda selaku pelanggan kami. Tetapi apa yang kedua karyawan saya lakukan juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Mereka mengatakan apa yang seharusnya mereka katakan. Saya memang sedang ada kerjaan, itu kenapa saya tidak bisa keluar dari ruangan saya. Dan kenapa juga anda harus ngotot untuk bertemu dengan saya? Karena seperti yang sudah saya bilang sebelumnya tadi, sudah tidak urusan apa-apa lagi di antara kita," aku menyela perkataan Bayu, mencoba menjelaskan tanpa mengurangi rasa kesopanan yang memang sudah seharusnya kami tunjukkan kepada para pelanggan kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ𝐀𝐍𝐈𝐍 🌾
Seperti nya Papa Surya harus bertindak deh biar si Bayu gak bikin ulah nyamperin Sofie ke kafe lagi . nyebelin banget si bayu urat malu nya sudah putus kali yah
2023-02-13
2
Riana
angel wes angel😫😫ngeyel terus bayu
2023-01-30
2
🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤
bayu mau di santet atau gorok?? pilih
2023-01-30
1