Setelah kecelakaan yang dialami oleh suamiku, Mas Awan, akhirnya aku memutuskan untuk resign dari tempat kerjaku dan memilih untuk meneruskan mengelola usaha kafe milik suamiku ini.
Beruntungnya semua karyawan di kafe Mas Awan ini bisa menerima kehadiranku dengan baik. Dari semenjak kami belum menikah dulu, aku dan Keinan memang sudah sering diajak Mas Awan kesini, jadi aku dan Keinan juga sudah lumayan dekat dengan semua karyawan disini.
Dan sebuah keberuntungan lain untukku karena semua karyawan di kafe Mas Awan sangat perhatian denganku dan Keinan. Mereka juga seringkali membantuku dalam segala hal. Mereka ingin memudahkan pekerjaanku karena mengingat kondisiku yang sedang hamil saat ini.
Aku benar-benar sangat beruntung karena dikelilingi oleh begitu banyak orang-orang yang baik, perhatian, dan menyayangiku dengan tulus.
Seperti siang ini, Keinan sudah pulang dari sekolah dengan dijemput oleh Adit.
"Assalamu'alaikum, Bunda," salam Keinan begitu memasuki ruangan kerja Mas Awan yang sekarang aku tempati.
Adit berjalan mengikuti Keinan di belakangnya. Mulai sekarang tugas untuk menjemput Keinan pulang dari sekolah setiap harinya diambil alih oleh Adit. Dan lagi-lagi, itu karena para karyawan tidak ingin aku kecapekan. Mereka berlima begitu perhatian kepadaku dan Keinan, juga calon bayi yang sedang aku kandung saat ini.
"Wa'alaikumsalam. Eh, kakak udah pulang," balasku setelah mendongak dari layar laptop yang sedang aku tekuni.
Keinan meminta untuk mulai dipanggil dengan sebutan 'kakak'. Itu kenapa sekarang aku dan semua orang pun memanggil Keinan dengan sebutan 'kakak' seperti keinginannya.
"Udah, Bun," ucap Keinan yang kemudian mencium punggung tangan kananku.
"Gimana tadi di sekolah? Kakak bisa ngerjain tugas dari Bu guru atau enggak?" tanyaku seraya mengusap lembut kepala Keinan.
"Bisa dong, Bun. Tadi pas latihan membaca juga kakak langsung lulus. Temen-temen kakak ada yang langsung lulus juga, tapi banyak yang harus diulangi juga. Terus tadi Fahri lupa nggak bawa bekal, Bun. Akhirnya kakak bagi bekal kakak sama Fahri deh," jawab Keinan, bercerita kepadaku.
"Fahri yang dulu suka gangguin kakak itu?" tanyaku dengan mengerutkan kening, mencoba mengingat-ingat.
"Iya, Bun. Yang dulu suka ngeledekin kakak itu. Tapi kan kata Papa sama Bunda, kakak nggak boleh bales jahatin. Makanya kakak baikin dia. Terus sekarang kita jadi temenan deh," jawab Keinan dengan gaya khas anak kecilnya.
"Pinter anaknya Bunda," ucapku memuji sikap putraku itu.
"Oh iya, makasih ya, Dit, udah jemput Keinan," akupun mengucapkan terima kasih kepada Adit yang masih berdiri di belakang Keinan tersebut.
"Sama-sama, Bu Bos," balas Adit. "Kalau gitu saya langsung balik ke depan ya, Bu Bos. Pengunjung lagi lumayan rame," lanjut Adit, berpamitan.
"Iya, Dit."
"Makasih, kak Adit," ucap Keinan juga dengan tersenyum.
"Sama-sama, kakak Bos," balas Adit ikut tersenyum juga.
"Jangan lupa pesanan Kei ya, kak Adit," lanjut Keinan lagi.
"Siap. Nanti kalau udah jadi, milkshake coklat sama kentang gorengnya pasti kak Adit anterin kesini," balas Adit yang sudah sangat hafal dengan kesukaan Keinan itu.
"Oke, siip," ucap Keinan dengan mengacungkan kedua jempol tangannya.
Adit ikut mengacungkan kedua jempol tangannya sama seperti Keinan. Setelah itu Adit pun kemudian meninggalkan ruangan ini dan kembali melanjutkan tugas dan pekerjaannya. Aku tersenyum, seperti itulah kedekatan Keinan dengan Adit, begitu juga karyawan yang lainnya disini.
🍁🍁🍁
Tiiin. Tiiin.
Terdengar suara klakson mobil dari arah luar kafe. Itu mobil Papa Surya yang memang sengaja menjemput aku dan Keinan.
"Mbak Maya, aku sama Keinan pulang dulu ya," pamitku pada Mbak Maya yang sedang duduk di belakang meja kasir.
"Iya, Bu Bos. Hati-hati, ya," pesan Mbak Maya padaku.
"Iya, Mbak. Nanti tutup kayak biasanya aja, ya," kataku berpesan pada Mbak Maya.
"Siap, Bu Bos," balas Mbak Maya.
"Oke. Adit, Danu, Dedi, kami duluan, ya. Tolong pamitin ke chef Yudha juga nanti," pamitku kemudian kepada Adit, Danu, dan Dedi.
"Siap, Bu Bos. Hati-hati," balas Adit, Danu, dan Dedi serempak.
"Assalamu'alaikum," salamku dan Keinan.
"Wa'alaikumsalam," jawab Mbak Maya, Adit, Danu, dan Dedi.
Aku dan Keinan kemudian berjalan keluar dari kafe. Benar saja, mobil Papa Surya sudah menunggu di parkiran kafe tersebut. Aku dan Keinan pun kemudian segera naik ke dalam mobil.
"Assalamu'alaikum, Pa, Pak Yanto," salamku begitu naik ke dalam mobil.
"Assalamu'alaikum Opa, Pak Yanto," salam Keinan juga.
"Wa'alaikumsalam," balas Papa Surya dan Pak Yanto, sopir yang sekarang dipekerjakan oleh Papa Surya tersebut.
Aku dan Keinan kemudian bergantian mencium punggung tangan kanan Papa Surya. Setelah itu Pak Yanto pun kemudian mulai menjalankan kembali mobilnya, meninggalkan parkiran kafe.
Papa Surya sengaja mempekerjakan seorang sopir sekarang untuk mengantar-jemput aku, Keinan, dan juga Papa Surya sendiri. Papa Surya dan Mama Wulan tidak ingin aku sampai kecapekan kalau harus membawa sepeda motor sendiri setiap harinya.
🍁🍁🍁
"Assalamu'alaikum," salamku, Keinan, dan Papa Surya begitu kami sampai di rumah.
"Wa'alaikumsalam," jawab Mama Wulan menyambut kedatangan kami bertiga.
Mama Wulan kemudian mencium punggung tangan kanan Papa Surya. Setelah itu gantian aku dan Keinan yang mencium punggung tangan kanan Mama Wulan.
"Udah jam setengah lima, kakak mandi sama Oma, yuk," kata Mama Wulan kepada Keinan.
"Kakak bisa mandi sendiri kok, Oma. Kan kakak udah besar," ucap Keinan.
Mama Wulan tertawa kecil mendengar perkataan Keinan. Aku dan Papa Surya pun juga ikut tersenyum.
"Iya deh, yang sekarang udah besar," goda Mama Wulan.
"Kan kakak udah mau punya adek, Oma. Jadi kakak harus bisa mandiri dong. Biar nanti bisa bantuin Bunda juga," kata Keinan lagi.
"Duh, pinternya cucu Oma ini. Gemes banget deh, Oma," puji Mama Wulan dengan mencubit gemas pipi Keinan.
"Ya udah, yuk kakak naik dulu sama Bunda. Kakak mandi, biar Bunda siapin pakaian ganti buat kakak," kataku.
"Oke, Bunda. Kakak mandi dulu ya, Oma, Opa," kata Keinan.
"Iya, kak," balas Mama Wulan dan Papa Surya.
"Kami naik dulu ya, Ma, Pa," pamitku juga.
Mama Wulan dan Papa Surya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Aku dan Keinan pun kemudian menaiki anak tangga dan menuju ke kamar kami yang berada di lantai dua rumah ini.
Aku sangat bersyukur, karena meski tanpa Mas Awan saat ini, semua keluarga begitu perhatian kepadaku dan Keinan. Baik Papa Surya, Mama Wulan, begitu juga Bang Langit, Kak Jani, dan juga semua keluarga yang lainnya.
Kasih sayang dan perhatian dari mereka semua membuat aku dan Keinan merasa nyaman tetap tinggal disini meski sekarang tidak ada Mas Awan bersama kami, untuk sementara waktu ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐🔵⏤͟͟͞R𝔞shqι🐬𝐀⃝🥀
bener2 idaman banget deh keluarga Awan mah. Tulus sayang sama Shofia dan Keinan
2023-04-18
0
APRILIA
keinan begitu pinter dan calon kakak yg penyayang.
Sukurlah, tanpa suami tp ada keluarga yg begitu menyayangi mereka.
2023-02-14
5
❤️⃟WᵃfSheina Valerie Danita
Anak yang pintar dan selalu mengingat pesan orang tuanya, bener banget keinan orang jahat gak boleh di balas dengan kejahatan karena akan semakin menjadi
2023-02-14
4