"Kenapa, Sha? Kok ngelamun?" tanya Hamzah kepada Ayesha yang saat ini sedang duduk di depannya dengan melamun itu.
Saat ini Hamzah dan Ayesha sedang duduk berhadapan di salah satu meja di kafe milik Mas Awan, yang saat ini aku ambil alih dulu pengelolaannya untuk sementara waktu.
"Kita keterlaluan nggak sih Kak sama Chika?" tanya Ayesha tiba-tiba dengan raut wajah murung.
"Maksud kamu?" Hamzah balik bertanya karena merasa bingung.
"Tiap kali Chika datang buat nemuin kakak pasti kakak dengan sengaja justru memperlihatkan kemesraan kita ke dia. Sebagai sesama wanita, tentu aku bisa merasakan bagaimana terlukanya hati Chika saat melihat semua itu, Kak," jawab Ayesha.
Hamzah terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh kekasihnya itu. Jujur saja sebenarnya Hamzah pun juga pernah mempertanyakan hal tersebut kepada dirinya sendiri. Dan jawaban yang Hamzah dapat, lagi-lagi karena tidak ada cara yang lain lagi. Dan jujur saja, sebenarnya alasan itu hanya pembenaran saja untuk perbuatan Hamzah yang sudah dia ambil selama ini.
"Jujur aja, aku memang sedikit merasa cemburu tiap kali melihat Chika datang untuk menemui Kak Hamzah. Apalagi ketika aku mendengar pernyataan suka Chika ke Kak Hamzah. Sebagai kekasih Kak Hamzah, tentu saja aku merasa nggak terima ketika ada wanita lain yang menyatakan perasaannya ke kakak, apalagi aku dengar semuanya itu secara langsung. Aku nggak salah kan Kak kalau aku merasa cemburu?" lanjut Ayesha, menyuarakan semua yang menjadi beban pikirannya selama ini.
"Kamu nggak salah kok, Sha. Itu hal yang sangat wajar dan sangat bisa dimaklumi," jawab Hamzah dengan mengusap lembut tangan Ayesha yang berada di atas meja.
"Tapi aku juga merasa kasihan sama Chika, Kak. Sebagai sesama wanita, aku seakan bisa merasakan bagaimana sakit hatinya Chika ketika melihat orang yang dia sukai justru sedang bermesraan dengan wanita lain di depan matanya sendiri. Rasanya pasti sakit banget, Kak," ucap Ayesha lagi.
Hamzah membuang nafasnya kasar.
"Huft. Mau gimana lagi, Sha. Kakak sendiri juga udah bingung mau ngadepin Chika dengan cara seperti apa lagi. Kamu juga tau sendiri kan, kakak udah selalu bilang ke Chika kalau kakak udah punya pacar, yaitu kamu. Berkali-kali kakak menegaskan ke Chika kalau kakak nggak bisa membalas perasaan dia ke kakak. Tapi nyatanya apa? Dia masih saja ngotot untuk terus mengejar kakak dan berkali-kali juga selalu menemui kakak. Lagi dan lagi dia selalu mengatakan perasaan sukanya itu ke kakak," kata Hamzah menjelaskan.
"Itu kenapa kakak memilih cara seperti ini, Sha. Kakak berharap, semoga setelah Chika melihat secara langsung bagaimana mesranya hubungan di antara kita, maka Chika akan menyerah dengan perasaannya dan nggak akan ngejar-ngejar kakak lagi. Biar dia juga bisa membuka hatinya untuk orang lain dan mendapatkan seseorang yang memang pantas untuk dia," lanjut Hamzah lagi.
"Semua yang kakak katakan memang benar. Tapi tetep aja, Kak, ada rasa nggak tega di hati aku tiap kali lihat Chika pergi sambil nangis kayak gitu," lirih Ayesha, terlihat sangat murung.
Sepasang kekasih itupun kemudian terdiam. Raut penyesalan sangat nampak di wajah cantik Ayesha. Sementara Hamzah sendiri juga tidak tau harus melakukan pembelaan seperti apa lagi.
"Eh, ini kenapa kok pada murung gini? Kalian berdua berantem, ya?" tanyaku yang tiba-tiba sudah berhenti di samping meja Hamzah dan Ayesha.
Hamzah dan Ayesha sontak langsung mengangkat wajah mereka berdua dan melihat ke arahku.
"Kak Shofi," panggil Ayesha yang langsung berdiri dari duduknya.
Hamzah pun juga ikut berdiri dari duduknya. Ayesha kemudian mencium punggung tangan kananku.
"Kak Shofi gimana kabarnya?" tanya Ayesha dengan memelukku.
"Alhamdulillaah kabar kakak baik, Sha," jawabku.
Setelah pelukanku dengan Ayesha terlepas, Hamzah kemudian gantian mencium punggung tangan kananku.
"Duduk sini sama kita yuk, kak," ajak Ayesha.
Aku menganggukkan kepalaku sebagai tanda setuju. Hamzah dan Ayesha pun lalu kembali duduk di kursi mereka masing-masing. Aku pun juga kemudian duduk di sebelah Ayesha, berhadapan dengan Hamzah.
"Jadi ada apa ini? Kenapa kakak lihat kalian berdua sama-sama murung? Apa kalian lagi berantem?" aku mengulang kembali pertanyaanku tadi seraya melihat bergantian ke arah Hamzah dan Ayesha.
Dapat aku lihat Hamzah dan Ayesha saling berpandangan. Seakan mereka berdua sedang berbicara melalui tatapan mata mereka.
"Enggak kok, Kak. Kita berdua nggak lagi berantem kok," jawab Hamzah pada akhirnya.
"Terus? Kenapa kalian berdua murung? Ada masalah kah?" tanyaku lagi.
"Iya, Kak. Lagi ada sedikit masalah memang," jawab Ayesha.
"Boleh kakak tau apa masalahnya? Siapa tau kakak bisa bantu. Eh, tapi misal nggak boleh juga nggak pa-pa kok. Kakak nggak akan maksa," ucapku kemudian.
"Boleh kok, Kak. Kenapa nggak boleh, coba," kata Ayesha dengan tersenyum.
"Jadi gini, Kak. Ini masalah Chika, adiknya Kak Bayu itu," Hamzah memulai ceritanya.
Hamzah pun kemudian menceritakan semua yang sudah terjadi kepadaku tentang masalah Chika. Aku diam mendengarkan cerita Hamzah dengan seksama.
"Nah, jadi gitu kak ceritanya," Hamzah mengakhiri ceritanya setelah selesai.
"Kak Shofi ada saran untuk kami nggak? Gimana kami harus menghadapi masalah Chika tetapi tanpa harus menyakiti hati Chika?" tanya Ayesha.
"Hmm,,," aku berpikir sejenak.
"Susah juga sih, ya. Di satu sisi, kalian nggak enak karena biar bagaimanapun juga Chika dulunya adik ipar kakak. Tapi di sisi lain, hubungan kalian juga terganggu dengan kehadiran Chika. Apalagi dengan Chika yang terus ngotot ngejar Hamzah seperti ini," kataku setelah mendengar cerita dari Hamzah tadi.
"Maka dari itu, Kak. Aku sama Yesha juga jadi bingung sendiri ini," ucap Hamzah.
"Iya nih, Kak," imbuh Ayesha juga.
"Jalan satu-satunya ya kalian berdua cepetan nikah biar Chika udah nggak punya kesempatan lagi, hehe," usulku yang sengaja menggoda sepasang kekasih di depanku ini.
"Kak Shofi," seru Hamzah dan Ayesha bersamaan.
Aku justru tertawa kecil melihat Hamzah dan Ayesha yang nampak tersipu malu itu.
"Maaf deh, maaf," ucapku kemudian.
"Tapi beneran loh, Dek. Yang udah resmi nikah aja pelakor masih nekat, apalagi yang baru pacaran kayak kalian berdua gini. Makin semangat empat lima lah mereka buat nikung hubungan kalian. Selama janur kuning belum melengkung, gitu pasti prinsip mereka," lanjutku serius.
"Iya juga sih, Kak," ucap Ayesha membenarkan.
"Tapi kan aku sama Yesha masih belum lulus kuliah, Kak. Aku juga ingin punya pekerjaan tetap yang mapan dulu, biar bisa tanggung jawab buat bahagiain Yesha nanti," kata Hamzah.
Dapat aku lihat wajah Ayesha memerah karena tersipu. Dia pasti merasa terharu mendengar perkataan Hamzah yang terlihat sangat serius itu. Aku pun mengulum senyum kecil.
"Kakak paham, dan kakak juga sangat mendukung niat baik kamu itu, Dek," ucapku menanggapi perkataan Hamzah tadi.
"Kalau gitu, gimana misal Hamzah pindah tempat buat nunggu Yesha selesai kuliah?" usulku lagi kemudian.
"Maksud Kak Shofi?" tanya Hamzah dan Ayesha hampir bersamaan.
"Jadi gini, Hamzah nunggu Yesha jangan di depan fakultas lagi. Jangan di tempat terbuka gitu lah kalau bisa. Mmm, pindah ke perpustakaan juga bisa. Seenggaknya kan kalau di perpustakaan Chika nggak akan seberani kalau di tempat terbuka gitu. Soalnya kan ada peraturan-peraturan yang harus ditaati kalau di perpustakaan," jawabku, menjelaskan usulku tadi.
"Atau kalau enggak, kalian berdua kalau mau janjian ketemu ya disini aja, di kafe kakak. Nanti kalau tiba-tiba Chika datang kan kalian bisa masuk ke ruangan kakak buat ngindarin Chika. Ya seenggaknya buat meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan untuk terjadi lah," usulku lagi.
Hamzah dan Ayesha nampak berpikir. Mempertimbangkan usulan yang sudah aku sampaikan tadi.
"Hmm, usul Kak Shofi ada benernya juga sih," kata Ayesha
"Yesha bener. Usul Kak Shofi patut untuk dicoba. Dan semoga aja efektif dan berhasil buat ngatasin masalah ini," imbuh Hamzah juga.
"Aamiin," aku dan Ayesha menanggapi bersamaan.
"Semoga beneran bisa ya, Dek. Dan kakak do'akan semoga Chika bisa segera sadar dan menyerah dengan ambisinya, dengan perasaan sukanya ke Hamzah. Semoga Chika bisa segera move on dan nggak mengganggu hubungan kalian berdua lagi kedepannya, ya. Aamiin," do'aku tulus.
"Aamiin, Kak," ucap Hamzah dan Ayesha bersamaan.
...----------------...
NB : Maaf banget dua hari kemarin RL bener-bener repot 🙏🙏🙏
Terima kasih banyak untuk kalian semua yang masih setia menunggu kelanjutan cerita receh mamah ini, love you all😘😘😘
Yang nanyain Mas Awan kapan muncul lagi,,, hehe, sabar sebentar lagi ya, insya Allah habis ini 🤭🤭🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐🔵⏤͟͟͞R𝔞shqι🐬𝐀⃝🥀
Chika bukan nya Cinta itu mah, tapi Obsesi
2023-04-18
0
🍌 ᷢ ͩ𝐀𝐍𝐈𝐍 🌾
Susah sih emang kalau ngadepin orang sudah punya obsesi untuk memiliki sesuatu.
Seperti nya yang Chika rasakan itu lebih besar obsesi nya buat milikin Hamzah dibandingkan rasa cinta nya
2023-02-13
1
🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤
sakit kalau hanya cinta sendirian
2023-01-30
1