4. Pembicaraan Ibu-ibu

"Mama mana, Pa?" tanyaku kepada Papa Surya yang sedang duduk bersantai di teras rumah, menemani Keinan bermain.

"Ke tukang sayur di gang depan. Kenapa emangnya, Shof?" jawab Papa Surya sekaligus bertanya balik kepadaku.

"Yah, udah berangkat, ya. Mau nitip jagung manis. Pengen buat bakwan jagung," jawabku sedikit mengesah.

"Ya udah, susul aja sana. Mumpung Mama kamu juga masih disana," kata Papa Surya.

"Iya deh. Aku susulin Mama dulu ya, Pa. Titip Keinan sebentar," kataku kemudian.

"Oke. Tenang aja, Kei biar Papa yang jagain," balas Papa Surya.

"Iya, Pa. Makasih. Kakak, kakak sama Opa dulu, ya. Bunda mau nyusulin Oma ke tukang sayur sebentar," pamitku pada Keinan.

"Iya, Bun. Hati-hati, ya," balas Keinan.

"Siap, kakak. Assalamu'alaikum," ucapku.

"Wa'alaikumsalam," Papa Surya dan Keinan menjawab bersamaan.

Aku kemudian bergegas untuk segera menyusul Mama Wulan yang sedang berbelanja di tukang sayur yang biasa mangkal di gang depan komplek perumahan kami tersebut.

Tidak lama kemudian aku pun sudah hampir sampai di tempat tukang sayur tersebut biasa mangkal. Dari kejauhan aku sudah bisa melihat gerobak tukang sayur yang sedang dikelilingi oleh beberapa ibu-ibu yang ingin berbelanja sayur, termasuk Mama Wulan juga.

Tetapi tiba-tiba saja langkahku terhenti tidak jauh dari kerumunan ibu-ibu pada gerobak tukang sayur tersebut begitu aku mendengar perkataan salah seorang ibu-ibu.

"Bu Wulan, sampai sekarang putranya masih belum ketemu juga ya, Bu?" tanya seorang ibu-ibu berkerudung biru.

"Sayangnya belum, Bu," jawab Mama Wulan.

Aku menghentikan langkahku dan sengaja berdiri di samping tiang listrik, sedikit menyembunyikan tubuhku dari kerumunan ibu-ibu yang sedang membelakangi-ku itu.

"Duh, yang sabar ya, Bu Wulan," kaya ibu-ibu berkerudung biru tadi ikut prihatin.

"Iya, Bu. Makasih," balas Mama Wulan.

"Tapi Bu Wulan, maaf-maaf nih sebelumnya. Kalau nggak salah mantunya Bu Wulan itu dulunya janda anak satu kan ya?" tanya ibu-ibu yang memakai daster batik.

Deg.

Aku sedikit tersentak mendengar pertanyaan ibu-ibu yang memakai daster batik tersebut. Aku juga dapat melihat Mama Wulan pun juga sempat terkejut sesaat, meski dengan cepat Mama dapat kembali menguasai dirinya sendiri.

"Iya, Bu. Tapi kenapa emangnya kalau seorang janda? Yang penting kan sikap dan kepribadiannya. Lagian juga, kalau boleh milih, siapa sih Bu yang mau untuk jadi seorang janda? Pasti nggak ada yang mau kan, Bu?" jawab Mama Wulan sekaligus menanyakan pendapat dari ibu-ibu tersebut.

"Iya juga sih, Bu Wulan. Tapi kan biasanya seseorang yang udah jadi janda gitu sering membawa nasib buruk loh Bu untuk orang-orang di sekitarnya," ucap ibu-ibu berdaster bunga-bunga.

"Nah iya, maksud saya tadi juga seperti itu, Bu Wulan. Jangan-jangan kejadian kecelakaan yang menimpa Awan itu karena nasib buruk dan kesialan yang dibawa oleh mantunya Bu Wulan yang seorang janda itu lagi, Bu?" imbuh ibu-ibu berdaster batik tadi.

Aku menutup mulutku karena terkejut mendengar perkataan kedua ibu-ibu berdaster tersebut.

'Yaa Allah, astaghfirullah hal adziim,' lirihku dalam hati.

"Bu, di dunia ini tuh nggak ada yang namanya nasib buruk dan kesialan karena seseorang. Semua yang terjadi pada kita itu udah digariskan oleh Allah Subhanahu wata'ala sejak awal. Bahkan sejak kita masih berada dalam kandungan. Emangnya ibu-ibu nggak percaya ya dengan takdir Tuhan? Semua jalan hidup kita itu udah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfudz, Bu. Jadi nggak ada yang namanya nasib buruk dan kesialan karena seseorang. Apa yang terjadi, apa yang kita alami, itu semua emang udah jadi garis takdir dari Allah Subhanahu wata'ala untuk kita," tolak Mama Wulan dengan nada tegas.

Kedua mataku seketika langsung berkaca-kaca mendengar semua perkataan Mama Wulan. Ada rasa haru yang memenuhi hatiku. Secara tidak langsung Mama Wulan sudah membela diriku di depan ibu-ibu tersebut. Aku merasa bersyukur dan sangat bahagia.

"Tapi kan, Bu, yang seperti itu memang ada loh, Bu. Udah banyak juga kok buktinya," kata ibu-ibu berdaster bunga-bunga masih sedikit ngeyel.

"Udah ya, Bu. Cukup. Saya yang paling tau gimana menantu saya itu. Dan masalah kejadian kecelakaan yang dialami oleh Awan, itu semua adalah takdir dari Allah Subhanahu wata'ala. Bukan karena nasib buruk dan kesialan yang dibawa oleh menantu saya itu," tegas Mama Wulan lagi.

Aku menghapus air mata yang ternyata sudah mengalir di kedua pipiku. Aku kemudian membalikkan tubuhku dan berjalan meninggalkan tiang listrik tempat aku berdiri tadi untuk kembali menuju pulang ke rumah.

Aku urungkan niatku untuk menyusul Mama Wulan. Rasanya aku tidak akan sanggup kalau mendengar lebih banyak lagi pembicaraan ibu-ibu yang terkesan memojokkan diriku itu. Meskipun Mama Wulan secara tegas membelaku, tetapi aku tidak ingin menjadi kepikiran yang akhirnya akan mempengaruhi kondisi janin yang sedang aku kandung ini. Itu kenapa aku memilih untuk kembali ke rumah saja

🍁🍁🍁

"Assalamu'alaikum," salamku begitu memasuki halaman rumah.

"Wa'alaikumsalam," jawab Papa Surya dan Keinan yang masih berada di teras rumah.

"Loh, Shofi? Kok udah balik? Nggak jadi nyusulin Mama kamu ke tukang sayur di depan?" tanya Papa Surya heran.

"Udah kok, Pa. Tapi tiba-tiba aku udah nggak kepingin bakwan jagung lagi. Jadi ya nggak jadi deh," jawabku.

"Aku masuk ke dalam dulu ya, Pa. Haus, pengen minum dulu," pamitku kemudian kepada Papa Surya.

"Oh, iya nggak pa-pa. Kamu masuk dulu aja," balas Papa Surya.

"Kakak, Bunda masuk ke dalam dulu, ya," pamitku pada Keinan juga.

"Oke, Bunda," balas Keinan.

Aku kemudian melangkah masuk ke dalam rumah.

🍁🍁🍁

"Assalamu'alaikum," salam Mama Wulan begitu sampai di rumah kembali.

"Wa'alaikumsalam," jawab Papa Surya dan Keinan bersamaan.

"Ini kenapa lagi? Pulang dari belanja di tukang sayur kok mukanya kecut gitu?" tanya Papa Surya ketika melihat wajah Mama Wulan yang nampak kesal.

"Mama sebel banget, Pa. Masak ibu-ibu di tukang sayur tadi pada ngomongin yang enggak-enggak," jawab Mama Wulan, kesal.

"Emangnya pada ngomongin apa sih?" tanya Papa Surya penasaran.

Mama Wulan nampak mengerucutkan bibirnya seraya mengendik ke arah Keinan yang sedang asyik bermain di lantai. Papa Surya mengerti maksud dari istrinya itu. Dia tidak bisa bercerita karena ada Keinan disana.

"Oh. Ya udah deh, nanti aja kalau gitu," kata Papa Surya.

"Ini nih yang buat Mama nggak suka belanja di tukang sayur. Ibu-ibu yang belanja di tukang sayur itu sukanya pada ghibah dan ngomongin orang yang enggak-enggak," keluh Mama Wulan seraya mendudukkan dirinya di kursi di sebelah Papa Surya.

"Ya udah, besok-besok Mama nggak usah belanja di tukang sayur lagi. Biar Papa atau Bik Sani aja yang langsung belanja ke pasar," kata Papa Surya memberikan solusi.

Mama Wulan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Raut kesal masih terlihat di wajah Mama Wulan saat ini.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Senang nya ma Wulan gak mudah terprovokasi dengan mulut lemes ibu-ibu yg sok suci dan gak punya dosa itu 🤨😡😡

2023-05-17

0

¢ᖱ'D⃤ ̐🔵⏤͟͟͞R𝔞shqι🐬𝐀⃝🥀

¢ᖱ'D⃤ ̐🔵⏤͟͟͞R𝔞shqι🐬𝐀⃝🥀

seperti Bisa. Mulu Julid Netizen sungguh menyakitkan

2023-04-18

0

APRILIA

APRILIA

jahat sekali punya pemikiran seperti itu, sukur mama Wulan memiliki pemikiran yg bijak.

2023-02-14

4

lihat semua
Episodes
1 1. Prolog
2 2. Dikelilingi Orang-orang Baik
3 3. Rindu Nasi Goreng Mas Awan
4 4. Pembicaraan Ibu-ibu
5 5. Mertua Yang Pengertian
6 6. Sekedar Ikut Tertawa
7 7. Bertemu Mantan Ipar
8 8. Rasa Yang Tersimpan
9 9. Sharing
10 10. Amnesia Pasca Trauma
11 11. Kedatangan Yang Mengejutkan
12 12. Modus Bayu
13 13. Perlindungan Dari Semuanya ( 1 )
14 14. Perlindungan Dari Semuanya ( 2 )
15 15. Rasa Yang Salah
16 16. Ingatan Bawah Sadar
17 17. Kembali Ke Ibukota
18 18. Apakah Itu Papa Awan?
19 19. Rahasia Keinan Dan Chef Yudha ( 1 )
20 20. Rahasia Keinan Dan Chef Yudha ( 2 )
21 21. Kuasa Allah Subhanahu Wata'ala
22 22. Kejadian Tidak Terduga
23 23. Melahirkan Lebih Awal
24 24. Mengabari Keluarga Yang Lain
25 25. Kelahiran Baby Angkasa
26 26. Mulai Menemukan Titik Terang
27 27. Ingatan Awan Kembali
28 28. Pelangi Di Ujung Rindu ( 1 )
29 29. Pelangi Di Ujung Rindu ( 2 )
30 30. Melepas Rindu
31 31. Bertambah Keluarga
32 32. Chef Yudha Bertemu Bos Awan
33 33. Masalah Hati Yang Sama
34 34. Berbagi Cerita
35 35. Temu Kangen
36 36. Kembali Ke Rumah
37 37. Rencana Double Syukuran
38 38. Langkah Awal PDKT Chef Yudha
39 39. Double Syukuran
40 40. Kembali Ke Kafe
41 41. Rutinitas Yang Dirindukan
42 42. Rencana PDKT Lanjutan
43 43. Biang Masalah
44 44. Perasaan Yang Berbalas
45 45. Rencana Jahat
46 46. Datang Ke Kafe Awan
47 47. Kebersamaan
48 48. Nisa POV
49 49. Dilema
50 50. Menyampaikan Niat Baik
51 51. Kebahagiaan VS Penyesalan
52 52. Merencanakan Penjebakan
53 53. Bayu Kembali Hadir
54 54. Diusir Secara Tidak Langsung
55 55. Nekat
56 56. Kabar Mengejutkan
57 57. Mas Awan Dirawat
58 58. Kecurigaan
59 59. Rencana Awal Chika
60 60. Terselamatkan
61 61. Rencana Chika Gagal
62 62. Lepas Kendali
63 63. Tersadar
64 64. Sedikit Merasa Lega
65 65. Mencari Sumber Masalah
66 66. Terbongkar
67 67. Chika Masih Belum Jera
68 68. Berurusan Dengan Orang Yang Salah
69 69. Upaya Penyelamatan
70 70. Gagal Lagi
71 71. Amarah Hamzah
72 72. Membulatkan Tekad
73 73. Kedatangan Arya Dan Winna
74 74. Menuju Halal
75 75. Happy Ending : END
76 76. Novel Baru Lagi
Episodes

Updated 76 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Dikelilingi Orang-orang Baik
3
3. Rindu Nasi Goreng Mas Awan
4
4. Pembicaraan Ibu-ibu
5
5. Mertua Yang Pengertian
6
6. Sekedar Ikut Tertawa
7
7. Bertemu Mantan Ipar
8
8. Rasa Yang Tersimpan
9
9. Sharing
10
10. Amnesia Pasca Trauma
11
11. Kedatangan Yang Mengejutkan
12
12. Modus Bayu
13
13. Perlindungan Dari Semuanya ( 1 )
14
14. Perlindungan Dari Semuanya ( 2 )
15
15. Rasa Yang Salah
16
16. Ingatan Bawah Sadar
17
17. Kembali Ke Ibukota
18
18. Apakah Itu Papa Awan?
19
19. Rahasia Keinan Dan Chef Yudha ( 1 )
20
20. Rahasia Keinan Dan Chef Yudha ( 2 )
21
21. Kuasa Allah Subhanahu Wata'ala
22
22. Kejadian Tidak Terduga
23
23. Melahirkan Lebih Awal
24
24. Mengabari Keluarga Yang Lain
25
25. Kelahiran Baby Angkasa
26
26. Mulai Menemukan Titik Terang
27
27. Ingatan Awan Kembali
28
28. Pelangi Di Ujung Rindu ( 1 )
29
29. Pelangi Di Ujung Rindu ( 2 )
30
30. Melepas Rindu
31
31. Bertambah Keluarga
32
32. Chef Yudha Bertemu Bos Awan
33
33. Masalah Hati Yang Sama
34
34. Berbagi Cerita
35
35. Temu Kangen
36
36. Kembali Ke Rumah
37
37. Rencana Double Syukuran
38
38. Langkah Awal PDKT Chef Yudha
39
39. Double Syukuran
40
40. Kembali Ke Kafe
41
41. Rutinitas Yang Dirindukan
42
42. Rencana PDKT Lanjutan
43
43. Biang Masalah
44
44. Perasaan Yang Berbalas
45
45. Rencana Jahat
46
46. Datang Ke Kafe Awan
47
47. Kebersamaan
48
48. Nisa POV
49
49. Dilema
50
50. Menyampaikan Niat Baik
51
51. Kebahagiaan VS Penyesalan
52
52. Merencanakan Penjebakan
53
53. Bayu Kembali Hadir
54
54. Diusir Secara Tidak Langsung
55
55. Nekat
56
56. Kabar Mengejutkan
57
57. Mas Awan Dirawat
58
58. Kecurigaan
59
59. Rencana Awal Chika
60
60. Terselamatkan
61
61. Rencana Chika Gagal
62
62. Lepas Kendali
63
63. Tersadar
64
64. Sedikit Merasa Lega
65
65. Mencari Sumber Masalah
66
66. Terbongkar
67
67. Chika Masih Belum Jera
68
68. Berurusan Dengan Orang Yang Salah
69
69. Upaya Penyelamatan
70
70. Gagal Lagi
71
71. Amarah Hamzah
72
72. Membulatkan Tekad
73
73. Kedatangan Arya Dan Winna
74
74. Menuju Halal
75
75. Happy Ending : END
76
76. Novel Baru Lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!