Hari ini adalah hari ulang tahunku. Dan aku sama sekali tidak menyangka kalau aku akan mendapatkan sebuah kejutan dari semua keluarga dan juga para karyawan di kafe milik Mas Awan ini.
Siang itu, ketika aku dan Keinan hendak pulang ke rumah, tiba-tiba saja Papa Surya datang bersama dengan Mama Wulan. Mereka berdua bahkan juga menjemput ibuku terlebih dahulu dan mengajak beliau untuk datang bersama dengan mereka. Ketiga orang tuaku tersebut datang ke kafe dengan membawa kue ulang tahun untukku.
Tidak lama setelah kedatangan Papa Surya, Mama Wulan, dan ibu, ternyata Hamzah dan Ayesha juga datang. Dan yang terakhir adalah kedatangan rombongan keluarga Bang Langit. Bang Langit datang dengan membawa Kak Jani beserta kedua putra putri mereka, Bintang dan Inara.
Bahkan ternyata chef Yudha dan yang lainnya juga sudah menyiapkan tumpeng nasi kuning untukku. Benar-benar sebuah kejutan yang tidak pernah aku duga sebelumnya.
Adit juga rupanya sudah membalik tulisan yang tergantung pada pintu masuk kafe menjadi 'CLOSED' sejak beberapa saat yang lalu. Pantas saja sudah tidak ada lagi pelanggan lain di dalam kafe saat ini. Hanya menyisakan semua keluargaku dan para karyawan kafe ini saja.
Acara perayaan sederhana itupun kemudian dimulai. Meski hanya sebuah perayaan yang sederhana, mengingat kondisi Mas Awan yang masih juga belum diketahui keberadaannya sampai saat ini, tetapi aku merasa sangat bersyukur dengan kepedulian dan perhatian semua orang yang sangat menyayangiku itu.
"Selamat ulang tahun kami ucapkan. Selamat panjang umur kita kan do'akan. Selamat sejahtera, sehat, sentosa. Selamat panjang umur dan bahagia," semuanya bersama-sama menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku.
Aku tersenyum bahagia dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca. Merasa terharu dengan kejutan dari mereka semuanya ini.
"Ayo, Kak Shofi. Make a wish dulu, setelah itu kakak tiup lilinnya, ya," kata Ayesha mengarahkanku.
Aku menganggukkan kepalaku pelan. Aku kemudian menutup kedua mataku dan berdo'a di dalam hatiku.
'Yaa Allah semoga Engkau berkenan untuk segera mengembalikan Mas Awan kepada kami semua. Sehingga kami semua dapat berkumpul kembali bersama dengan Mas Awan. Aamiin Yaa robbal 'aalamiin.'
Dan, puft. Aku pun kemudian meniup lilin pada kue ulang tahun yang berada di atas meja tersebut. Bersebelahan dengan tumpeng nasi kuning yang sudah dibuat oleh chef Yudha dan anak-anak kafe.
"Yeay!!!" pekik bahagia semua yang hadir saat ini disertai dengan riuh tepuk tangan mereka semua.
Satu per satu, mereka semua pun kemudian mengucapkan selamat kepada diriku, diiringi dengan berbagai macam do'a kebaikan. Dan aku hanya bisa mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada mereka semua. Serta mendo'akan kebaikan juga untuk mereka semuanya.
Air mata bahagia menghiasi wajahku. Terharu dengan semua yang sudah mereka persiapkan untukku di hari ulang tahunku ini. Tetapi aku juga merasa sedih. Aku merasa sedih karena aku teringat dengan ketidakhadiran suamiku, Mas Awan, yang saat ini tidak bisa ikut merayakan hari lahirku ini bersama-sama dengan kami semua.
Sangat besar harapanku, semoga do'a yang aku pinta sebelum aku meniup lilin tadi dapat didengar dan segera diijabah oleh Allah Subhanahu wata'ala. Aamiin Yaa robbal 'aalamiin.
🍁🍁🍁
Di sebuah desa kecil di lereng pegunungan.
"Istirahat dulu, Kang. Ini udah eneng siapin minum sama makannya."
Seorang gadis cantik, memanggil dua orang pemuda yang nampak sedang sibuk mengurusi tanaman di tengah ladang sana.
"Iya, Neng," balas salah satu pemuda.
Dua orang pemuda itupun kemudian berjalan menghampiri si gadis yang sedang menunggu di gubuk yang terbuat dari bambu yang terdapat di pinggir ladang. Seraya mempersiapkan makanan dan minuman untuk mereka bertiga.
"Kang Rijal sama Kang Awan cuci tangan dulu atuh. Ini eneng udah siapin makan buat kita makan siang bareng," kata Nisa, gadis tersebut.
"Iya, Neng. Hayuk, Wan, kita cuci tangan dulu," ajak Rijal kepada pemuda satu lagi.
"Iya, Kang," balas pemuda yang satu lagi, yang ternyata adalah Awan.
Rijal dan Awan kemudian mencuci tangan mereka berdua di sungai di dekat ladang, yang memiliki aliran air yang sangat jernih itu. Setelah itu keduanya kemudian kembali menghampiri Nisa di gubuk bambu. Mereka bertiga kemudian memulai makan siang mereka bersama-sama.
Ya benar, itu adalah Awan suami Shofi. Sudah sekitar tiga bulan ini dia tinggal bersama dengan keluarga Abah Imron, orang yang menolong dirinya setelah kecelakaan yang terjadi tiga bulan yang lalu itu.
Saat itu Abah Imron dan putranya Rijal menemukan Awan yang tergeletak tidak sadarkan diri di pinggir sungai di dekat ladang mereka. Abah Imron dan Rijal pun kemudian menolong Awan dan membawanya pulang ke rumah mereka.
Dikarenakan letak desa mereka yang sangat jauh dari kota, bahkan bisa dibilang desa mereka itu sedikit terpencil, maka keluarga Abah Imron pun tidak bisa membawa Awan pergi ke rumah sakit di kota. Mereka hanya mampu mendatangkan mantri dari desa sebelah untuk memeriksa kondisi Awan.
Tidak ada luka yang serius yang diderita oleh Awan saat itu. Hanya luka di kepala yang terlihat cukup parah dan beberapa luka ringan di tangan dan kakinya saja. Tapi memang Awan sempat tidak sadarkan diri selama tiga hari saat itu. Dan setelah Awan sadar kembali, ternyata Awan mengalami hilang ingatan sementara karena benturan keras di kepalanya yang terjadi ketika kecelakaan saat itu.
Awan ingat dengan namanya sendiri. Awan juga ingat dengan kecelakaan yang dia alami sebelum akhirnya dirinya terjatuh ke jurang. Tetapi Awan tidak bisa mengingat tentang yang lainnya. Dimana tempat tinggalnya, siapa keluarganya, dan bagaimana kehidupan Awan sebelum kecelakaan itu terjadi. Awan tidak bisa mengingat itu semua.
Sang mantri mengatakan kalau Awan mengalami amnesia pasca trauma. Yaitu kondisi dimana seseorang kehilangan ingatan akibat cedera kepala yang tergolong parah. Yang bisa terjadi karena kecelakaan yang mengakibatkan cedera di daerah kepala. Sama seperti kondisi yang sedang dialami oleh Awan saat ini.
Karena tidak tau harus menghubungi siapa, akhirnya Abah Imron dan keluarganya pun memutuskan untuk menampung Awan sementara waktu untuk tinggal bersama dengan mereka. Setidaknya sampai Awan ingat dimana alamat tempat tinggalnya sendiri.
Karena menurut informasi dari sang mantri, perbaikan pada amnesia seperti yang dialami oleh Awan ini biasanya dapat terjadi setelah sekitar enam sampai sembilan bulan. Meski memang, pada kelainan tertentu, amnesia tersebut juga bisa bersifat permanen atau menetap.
Tetapi kalau melihat pada kasus yang terjadi pada Awan ini, dimana Awan masih bisa mengingat namanya sendiri dan juga kejadian kecelakaan yang sudah dia alami sebelumnya, itu kenapa sang mantri pun mengambil kesimpulan seperti itu. Bahwa besar kemungkinan bagi Awan untuk dapat mengingat kembali semua masa lalunya dulu. Siapa keluarganya dan dimana tempat tinggalnya.
Dan akhirnya seperti inilah, untuk sementara waktu ini Awan tinggal bersama dengan Abah Imron dan keluarganya. Yaitu istrinya, Umi Nur, dan kedua putra putri mereka, Rijal dan Nisa, juga Aisyah, istri dari Rijal.
Setiap harinya Awan akan membantu Rijal untuk bekerja mengolah ladang milik Abah Imron. Dengan harapan, semoga ketika Awan melihat sungai di dekat ladang itu, tempat dimana Awan dulu ditemukan oleh Abah Imron dan juga Rijal, maka Awan akan bisa memancing ingatannya untuk muncul kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐🔵⏤͟͟͞R𝔞shqι🐬𝐀⃝🥀
Alhamdulillah Awan masih Hidup, Feeling Istri emang kuat yah☺
2023-04-18
0
🍌 ᷢ ͩ𝐀𝐍𝐈𝐍 🌾
Alhamdulillah ya Sofie punya mertua dan keluarga kakak ipar yang baik. walaupun awan tidak ada ,tapi mereka tetap memperlakukan Sofie dengan baik
2023-02-13
1
🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤
oh awan 🥹🥹🥹😭
2023-01-30
1