3. Rindu Nasi Goreng Mas Awan

Malam ini lagi-lagi aku terbangun di malam hari. Aku tengok jam yang tergantung di dinding kamarku ini. Sudah jam satu dini hari. Tidak setiap malam memang aku mengalami hal seperti ini, terbangun di tengah malam karena merasa lapar. Hanya kadang-kadang saja.

Aku usap perutku penuh sayang.

"Adek lapar, ya? Pengen makan nasi goreng lagi? Yuk, Bunda buatin, ya," lirihku seakan mengajak bicara bayi yang sedang berada di dalam perutku tersebut.

Entah kenapa setiap kali terbangun di malam hari dan merasa lapar seperti ini, yang aku inginkan hanyalah memakan nasi goreng saja dan bukan makanan yang lainnya.

Ah, aku jadi rindu nasi goreng spesial buatan Mas Awan. Biasanya setiap kali aku terbangun di malam hari seperti ini pasti Mas Awan yang akan memasakkan nasi goreng untukku. Nasi goreng spesial dengan bumbu cinta katanya. Dan aku pasti akan langsung menghabiskan nasi goreng yang dibuat Mas Awan itu tanpa tersisa.

Kedua mataku seketika langsung berkaca-kaca. Buliran bening itu kembali terjun bebas tanpa bisa aku cegah. Aku sangat merindukan suamiku itu. Satu bulan sudah berlalu semenjak terjadinya kecelakaan itu. Dan sampai sekarang masih belum ada kabar tentang keberadaan Mas Awan.

Tetapi di dalam hatiku aku masih sangat yakin kalau suamiku itu baik-baik saja, meski entah dimana keberadaannya saat ini. Dan satu do'aku yang selalu aku panjatkan kepada Allah Subhanahu wata'ala, semoga nanti ketika aku melahirkan aku bisa ditemani oleh Mas Awan. Dan Mas Awan-lah yang akan mengumandangkan adzan pertama untuk buah hati kami nanti.

Aku mengusap air mata yang mengalir di pipiku menggunakan tangan kananku. Menarik nafas dalam, berusaha menenangkan kembali diriku sendiri. Setelah memastikan Keinan masih terlelap dalam tidurnya, aku pun kemudian bergegas untuk turun dari tempat tidur.

Aku menuruni anak tangga kemudian menuju ke arah dapur. Mempersiapkan semua bahan dan bumbu yang diperlukan, setelah itu aku pun kemudian mulai memasak nasi goreng yang aku inginkan tersebut.

Setelah nasi goreng buatanku matang, aku kemudian menuangkannya ke atas piring. Membawanya ke meja makan, aku pun kemudian mulai memakan nasi goreng buatanku itu.

Tetapi baru saja satu suapan yang aku makan, tiba-tiba perutku langsung terasa mual. Aku langsung bangun dari dudukku kemudian berlari ke arah wastafel. Aku memuntahkan kembali isi perutku di wastafel.

Beberapa saat kemudian, setelah perutku terasa lega, muntahku pun berhenti. Aku segera menyiram muntahanku lalu berkumur sekaligus mencuci mulutku menggunakan air dari kran wastafel.

Aku usap wajahku. Rasanya lemas sekali kalau habis muntah seperti ini. Aku menopang tubuhku dengan berpegangan pada pinggiran wastafel. Air mataku kembali mengalir lagi. Kali ini aku menangis sesenggukan, meski dengan menahan suaraku, tidak ingin mengganggu yang lainnya yang sedang beristirahat.

Selalu saja seperti ini. Rasanya lapar, pengen banget makan nasi goreng. Tapi begitu aku makan nasi goreng buatanku sendiri pasti langsung aku muntahin lagi.

"Adek kenapa nggak mau makan nasi goreng buatan Bunda? Nggak seenak nasi goreng buatan Papa, ya?" tanyaku seraya mengusap lembut perutku.

"Adek kangen ya sama Papa? Adek kangen nasi goreng spesial buatan Papa, ya?"

Dan aku justru semakin sesenggukan karena mendengar kata-kataku sendiri.

"Bunda juga kangen banget sama Papa, Dek. Kangen nasi goreng spesial buatan Papa juga, hiks hiks. Kita berdo'a sama-sama ya, Dek. Semoga dimanapun Papa berada, Allah Subhanahu wata'ala selalu melindungi Papa. Dan semoga Papa bisa segera kembali dan berkumpul dengan kita semua lagi. Aamiin Yaa robbal 'aalamiin, hiks hiks," kataku di sela-sela isak tangisku, masih dengan mengusap-usap lembut perutku.

Tiba-tiba saja,

"Shofi."

Aku berbalik begitu mendengar suara Mama Wulan memanggilku.

"Mama," lirihku.

Aku melihat Mama Wulan nampak berjalan tergesa-gesa menghampiriku.

"Kamu kenapa, Shof?" tanya Mama dengan memegangi pundakku.

"Biasa, Ma. Habis muntah," jawabku masih sedikit lemas.

"Terus kenapa ini nangis?" tanya Mama lagi seraya menghapus air mata di pipiku.

Aku tak kuasa untuk menjawab pertanyaan dari Mama itu. Mama kemudian memutar tubuhnya dan melihat ke arah meja makan.

"Kamu kebangun karena lapar lagi? Pengen makan nasi goreng lagi?" tanya Mama, yang juga sudah hafal dengan kebiasaanku itu.

"Iya, Ma," jawabku.

"Terus kenapa dimuntahin lagi? Karena bukan Awan yang masak nasi gorengnya?" tanya Mama lagi, menebak.

Aku kembali menangis begitu mendengar Mama menyebut nama Mas Awan. Mama Wulan kemudian langsung memelukku. Ditepuk-tepuknya punggungku pelan, berusaha meredakan tangisanku.

Beberapa saat kemudian, setelah tangisanku sedikit mereda, Mama kemudian melepaskan pelukannya.

"Udah, jangan nangis lagi. Kamu duduk dulu. Biar Mama yang masakin nasi goreng buat calon cucunya Mama ini," kata Mama dengan mengusap lembut perutku.

"Nggak usah, Ma. Udah malem, Mama pasti capek," tolakku merasa sungkan.

"Nggak pa-pa. Nggak capek kok. Cuma masak nasi goreng aja. Udah, kamu duduk dulu aja. Yuk!"

Mama Wulan kemudian menuntunku untuk berjalan menghampiri meja makan kembali. Aku lalu didudukkan di kursi makan oleh Mama. Tangisanku sudah berhenti untuk saat ini.

"Tunggu sebentar, ya," kata Mama.

"Iya, Ma," balasku.

Mama Wulan kemudian berjalan menuju ke arah dapur dan mulai menyiapkan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng. Dengan cekatan Mama Wulan kemudian memasak nasi goreng tersebut.

Beberapa saat kemudian, Mama Wulan sudah kembali menghampiriku dengan membawa sepiring nasi goreng buatannya tersebut. Aroma nasi goreng yang sedap langsung menyeruak masuk ke dalam hidungku.

"Nih, udah mateng. Ayo kamu cobain. Semoga kali ini nggak dimuntahin lagi dan calon cucunya Mama suka dengan nasi goreng buatan Oma-nya ini," kata Mama Wulan.

"Iya, Ma. Makasih ya, Ma," balasku.

Mama Wulan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Mama Wulan kemudian duduk di sebelahku. Aku pun kemudian mulai memakan nasi goreng buatan Mama tersebut.

Satu suap, dua suap. Dan ternyata benar kata Mama Wulan, aku sama sekali tidak merasa mual. Bahkan nasi goreng buatan Mama Wulan ini terasa sangat enak.

"Beneran nggak mual, Ma," kataku dengan wajah riang.

"Syukurlah kalau gitu. Ayo dihabisin," kata Mama Wulan dengan tersenyum.

Aku kemudian melanjutkan memakan nasi goreng buatan Mama Wulan itu dengan sangat lahap. Tidak butuh waktu lama, satu piring nasi goreng itupun sudah berpindah ke dalam perutku. Selesai makan aku kemudian meminum air putih.

"Alhamdulillaah. Makasih banyak ya, Ma," ucapku berterima kasih kepada Mama Wulan.

"Iya, sama-sama. Syukurlah kalau calon cucu Oma ini suka dengan nasi goreng buatan Oma-nya. Seenggaknya, selama Awan nggak ada, Mama bisa masakin nasi goreng buat kamu dan calon cucu Mama ini," kata Mama Wulan dengan kembali mengusap lembut perutku.

"Iya, Ma. Terima kasih banyak," ucapku dengan kedua mata yang sudah kembali berkaca-kaca.

Mama Wulan kembali memelukku.

"Kita harus tetep yakin dan selalu berdo'a. Awan pasti akan segera kembali dan berkumpul bersama dengan kita semua lagi," kata Mama Wulan.

"Iya, Ma," balasku yang sudah kembali meneteskan air mataku.

Aku merasakan pundakku basah. Aku tau Mama Wulan juga sudah meneteskan air matanya. Aku memeluk Mama Wulan semakin erat. Kami berdua berpelukan dan saling menguatkan satu sama lain.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Masih ada misteri dan belum bisa ketebak dari cerita ini.... lanjut terus 👍👍💞

2023-05-17

0

¢ᖱ'D⃤ ̐🔵⏤͟͟͞R𝔞shqι🐬𝐀⃝🥀

¢ᖱ'D⃤ ̐🔵⏤͟͟͞R𝔞shqι🐬𝐀⃝🥀

Dede nya Pinter cari perhatian oma nya

2023-04-18

0

APRILIA

APRILIA

kasian sekali , terasa banget rindunya seorg bumil yg biasanya selalu manja ingin selalu ditemani suaminya😞

2023-02-14

5

lihat semua
Episodes
1 1. Prolog
2 2. Dikelilingi Orang-orang Baik
3 3. Rindu Nasi Goreng Mas Awan
4 4. Pembicaraan Ibu-ibu
5 5. Mertua Yang Pengertian
6 6. Sekedar Ikut Tertawa
7 7. Bertemu Mantan Ipar
8 8. Rasa Yang Tersimpan
9 9. Sharing
10 10. Amnesia Pasca Trauma
11 11. Kedatangan Yang Mengejutkan
12 12. Modus Bayu
13 13. Perlindungan Dari Semuanya ( 1 )
14 14. Perlindungan Dari Semuanya ( 2 )
15 15. Rasa Yang Salah
16 16. Ingatan Bawah Sadar
17 17. Kembali Ke Ibukota
18 18. Apakah Itu Papa Awan?
19 19. Rahasia Keinan Dan Chef Yudha ( 1 )
20 20. Rahasia Keinan Dan Chef Yudha ( 2 )
21 21. Kuasa Allah Subhanahu Wata'ala
22 22. Kejadian Tidak Terduga
23 23. Melahirkan Lebih Awal
24 24. Mengabari Keluarga Yang Lain
25 25. Kelahiran Baby Angkasa
26 26. Mulai Menemukan Titik Terang
27 27. Ingatan Awan Kembali
28 28. Pelangi Di Ujung Rindu ( 1 )
29 29. Pelangi Di Ujung Rindu ( 2 )
30 30. Melepas Rindu
31 31. Bertambah Keluarga
32 32. Chef Yudha Bertemu Bos Awan
33 33. Masalah Hati Yang Sama
34 34. Berbagi Cerita
35 35. Temu Kangen
36 36. Kembali Ke Rumah
37 37. Rencana Double Syukuran
38 38. Langkah Awal PDKT Chef Yudha
39 39. Double Syukuran
40 40. Kembali Ke Kafe
41 41. Rutinitas Yang Dirindukan
42 42. Rencana PDKT Lanjutan
43 43. Biang Masalah
44 44. Perasaan Yang Berbalas
45 45. Rencana Jahat
46 46. Datang Ke Kafe Awan
47 47. Kebersamaan
48 48. Nisa POV
49 49. Dilema
50 50. Menyampaikan Niat Baik
51 51. Kebahagiaan VS Penyesalan
52 52. Merencanakan Penjebakan
53 53. Bayu Kembali Hadir
54 54. Diusir Secara Tidak Langsung
55 55. Nekat
56 56. Kabar Mengejutkan
57 57. Mas Awan Dirawat
58 58. Kecurigaan
59 59. Rencana Awal Chika
60 60. Terselamatkan
61 61. Rencana Chika Gagal
62 62. Lepas Kendali
63 63. Tersadar
64 64. Sedikit Merasa Lega
65 65. Mencari Sumber Masalah
66 66. Terbongkar
67 67. Chika Masih Belum Jera
68 68. Berurusan Dengan Orang Yang Salah
69 69. Upaya Penyelamatan
70 70. Gagal Lagi
71 71. Amarah Hamzah
72 72. Membulatkan Tekad
73 73. Kedatangan Arya Dan Winna
74 74. Menuju Halal
75 75. Happy Ending : END
76 76. Novel Baru Lagi
Episodes

Updated 76 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Dikelilingi Orang-orang Baik
3
3. Rindu Nasi Goreng Mas Awan
4
4. Pembicaraan Ibu-ibu
5
5. Mertua Yang Pengertian
6
6. Sekedar Ikut Tertawa
7
7. Bertemu Mantan Ipar
8
8. Rasa Yang Tersimpan
9
9. Sharing
10
10. Amnesia Pasca Trauma
11
11. Kedatangan Yang Mengejutkan
12
12. Modus Bayu
13
13. Perlindungan Dari Semuanya ( 1 )
14
14. Perlindungan Dari Semuanya ( 2 )
15
15. Rasa Yang Salah
16
16. Ingatan Bawah Sadar
17
17. Kembali Ke Ibukota
18
18. Apakah Itu Papa Awan?
19
19. Rahasia Keinan Dan Chef Yudha ( 1 )
20
20. Rahasia Keinan Dan Chef Yudha ( 2 )
21
21. Kuasa Allah Subhanahu Wata'ala
22
22. Kejadian Tidak Terduga
23
23. Melahirkan Lebih Awal
24
24. Mengabari Keluarga Yang Lain
25
25. Kelahiran Baby Angkasa
26
26. Mulai Menemukan Titik Terang
27
27. Ingatan Awan Kembali
28
28. Pelangi Di Ujung Rindu ( 1 )
29
29. Pelangi Di Ujung Rindu ( 2 )
30
30. Melepas Rindu
31
31. Bertambah Keluarga
32
32. Chef Yudha Bertemu Bos Awan
33
33. Masalah Hati Yang Sama
34
34. Berbagi Cerita
35
35. Temu Kangen
36
36. Kembali Ke Rumah
37
37. Rencana Double Syukuran
38
38. Langkah Awal PDKT Chef Yudha
39
39. Double Syukuran
40
40. Kembali Ke Kafe
41
41. Rutinitas Yang Dirindukan
42
42. Rencana PDKT Lanjutan
43
43. Biang Masalah
44
44. Perasaan Yang Berbalas
45
45. Rencana Jahat
46
46. Datang Ke Kafe Awan
47
47. Kebersamaan
48
48. Nisa POV
49
49. Dilema
50
50. Menyampaikan Niat Baik
51
51. Kebahagiaan VS Penyesalan
52
52. Merencanakan Penjebakan
53
53. Bayu Kembali Hadir
54
54. Diusir Secara Tidak Langsung
55
55. Nekat
56
56. Kabar Mengejutkan
57
57. Mas Awan Dirawat
58
58. Kecurigaan
59
59. Rencana Awal Chika
60
60. Terselamatkan
61
61. Rencana Chika Gagal
62
62. Lepas Kendali
63
63. Tersadar
64
64. Sedikit Merasa Lega
65
65. Mencari Sumber Masalah
66
66. Terbongkar
67
67. Chika Masih Belum Jera
68
68. Berurusan Dengan Orang Yang Salah
69
69. Upaya Penyelamatan
70
70. Gagal Lagi
71
71. Amarah Hamzah
72
72. Membulatkan Tekad
73
73. Kedatangan Arya Dan Winna
74
74. Menuju Halal
75
75. Happy Ending : END
76
76. Novel Baru Lagi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!