Mbak Maya sudah kembali masuk kerja seperti biasanya. Alhamdulillaah Rafka sudah benar-benar sembuh dan sudah bisa untuk ditinggal pergi bekerja lagi. Meski untuk sementara waktu ini Mbak Maya tidak bisa bekerja full sampai kafe tutup, tapi itu tidak jadi masalah. Setidaknya Adit dan yang lainnya tidak keteteran lagi.
Tok. Tok. Tok.
Terdengar pintu ruanganku diketuk dari luar.
"Masuk," ucapku mempersilahkan.
Pintu terbuka. Dan ternyata itu adalah chef Yudha.
"Bu Bos, ini aku bawain makan siang untuk Bu Bos sama bos kecil," kata chef Yudha seraya berjalan menuju ke arahku dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman di tangannya.
"Yeay, makan siang. Makasih, Om Yudha," pekik girang Keinan yang langsung meninggalkan mainannya kemudian berlari menghampiri mejaku.
"Makasih banyak ya, chef," ucapku berterima kasih setelah chef Yudha meletakkan nampan yang dia bawa ke atas mejaku.
"Sama-sama, Bu Bos, bos kecil. Silahkan dinikmati makan siangnya," balas chef Yudha.
"Wuaahhh, sop makaruni sama ayam goreng. Om Yudha tau aja sih kesukaannya Kei," ucap Keinan dengan raut wajah yang berbinar.
"Jelas tau dong, bos kecil. Pokoknya makanannya harus dihabisin, ya. Nggak boleh ada sisa," kata chef Yudha.
"Pasti habis, Om. Tenang aja," balas Keinan.
"Siiip. Ya udah, kalau gitu Om balik kerja lagi, ya. Mari, Bu Bos, aku permisi dulu," pamit chef Yudha.
"Iya, chef. Sekali lagi makasih banyak, ya," kataku.
"Sama-sama, Bu Bos," balas chef Yudha.
Chef Yudha kemudian berbalik dan melangkah keluar meninggalkan ruanganku ini.
"Ayo, kak. Cuci tangan dulu, setelah itu kita makan siang sama-sama, ya," ajakku kepada Keinan.
"Oke, Bunda," balas Keinan.
Aku kemudian membawa Keinan untuk mencuci tangan di kamar mandi yang terdapat di dalam ruanganku ini. Setelah itu kami berdua pun kemudian menikmati makan siang kami bersama.
🍁🍁🍁
Saat ini Awan dan Nisa sedang menikmati makan siang mereka di gubuk bambu di pinggir ladang. Hanya Awan dan Nisa berdua saja, karena hari ini Rijal tidak ke ladang. Rijal sedang mengantarkan Abah Imron untuk periksa ke puskesmas di desa sebelah. Kebetulan Abah Imron sedang sakit.
"Akang," panggil Nisa setelah mereka berdua selesai dengan makan siang mereka.
"Iya, Neng," balas Awan.
"Neng boleh ngomong sesuatu nggak sama Kang Awan?" tanya Nisa terlihat ragu-ragu.
"Boleh dong, Neng. Mau ngomong apa emangnya?" tanya balik Awan.
Nisa nampak meremas kedua jemari tangannya di atas pangkuannya saat ini.
"Ada apa, Neng? Neng mau ngomong apa sama akang?" tanya Awan lagi.
"Kang Awan... Eneng..... Eneng suka sama Kang Awan," jawab Nisa pada akhirnya, meski dengan menjeda setiap perkataannya.
Awan sangat terkejut mendengar pernyataan suka yang disampaikan oleh Nisa kepada dirinya tersebut.
Awan sudah menganggap Nisa seperti adiknya sendiri. Jadi dia tidak bisa membalas perasaan suka Nisa kepada dirinya. Apalagi, entah kenapa, tetapi Awan sangat yakin kalau dirinya sebenarnya sudah memiliki keluarga di luar sana. Terlepas dari ingatannya yang masih belum kembali, tetapi Awan sangat yakin kalau dirinya sudah memiliki seorang istri. Bahkan samar-samar, Awan juga mengingat kalau dia sepertinya sudah punya anak juga.
Awan menghembuskan nafas gusar. Awan tidak ingin menyakiti hati Nisa. Biar bagaimanapun juga Nisa dan keluarganya sudah sangat banyak membantu Awan selama ini. Mereka yang sudah menyelamatkan dan merawat Awan selama ini. Tetapi Awan juga tidak mau memberikan harapan kepada Nisa, karena Awan tidak bisa membalas perasaan Nisa tersebut.
"Eneng, maaaf banget, tapi akang nggak bisa ngebales perasaan eneng ke akang," kata Awan pelan dan hati-hati, tidak ingin menyakiti hati Nisa lebih dalam lagi.
Nisa nampak terhenyak mendengar jawaban penolakan dari Awan tersebut.
"Eneng udah akang anggep seperti adik perempuan akang sendiri. Akang sayang sama eneng, tetapi itu adalah rasa sayang seorang kakak kepada adiknya. Jadi maaf ya Neng, tapi akang beneran nggak bisa bales perasaan suka eneng ke akang," kata Awan menjelaskan.
"Iya, akang. Nggak pa-pa. Eneng ngerti kok," balas Nisa dengan berusaha memperlihatkan senyumannya.
Awan tau senyuman Nisa itu dipaksakan. Nisa hanya ingin menunjukkan kalau dia baik-baik saja. Tetapi Awan juga tidak dapat berbuat apa-apa. Karena Awan memang benar-benar tidak bisa membalas perasaan suka Nisa kepada dirinya itu.
🍁🍁🍁
"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri gitu, Yud?" tanya Maya ketika melihat chef Yudha yang sedang tersenyum-senyum sendiri seraya menikmati makan siangnya.
Sekarang adalah giliran Maya dan chef Yudha untuk istirahat makan siang dan juga sholat Dzuhur. Mereka memang terbiasa untuk bergantian saat istirahat makan dan sholat, karena tentu saja para pelanggan tidak mungkin ditinggal begitu saja.
Chef Yudha nampak terkejut dan gelagapan mendengar pertanyaan dari Maya tersebut.
"Ah, mmm, e-enggak kok Mbak. Nggak kenapa-kenapa kok," jawab chef Yudha salah tingkah.
"Yud, Mbak udah tau semuanya. Kamu nggak bisa bohongin Mbak," ucap Maya.
"Ma-maksud Mbak Maya apa?" tanya chef Yudha bingung.
"Mbak tau kamu suka sama Bu Bos."
Dan chef Yudha seketika membulatkan kedua matanya karena terkejut. Tidak menyangka kalau Mbak Maya akan bisa menebak dengan sangat tepat seperti itu.
"Mba-mbak,,," chef Yudha hendak menyanggah, tetapi ucapannya seakan tertahan di tenggorokan.
"Kamu nggak bisa bohongin Mbak, Yud. Mbak bisa melihat semuanya. Bagaimana kamu selalu berusaha untuk bisa dekat dengan Keinan, bahkan beberapa kali kamu juga ngotot untuk menjemput Keinan pulang sekolah. Kamu yang selalu perhatian kepada Bu Bos, selalu mengantar makanan untuk Bu Bos dan Keinan secara langsung. Selalu bertanya sekiranya ada keinginan atau ngidam yang sedang dialami oleh Bu Bos. Mbak bisa melihat semuanya itu. Dan Mbak juga sangat tau apa yang sedang kamu rasakan itu, Yud."
Chef Yudha tertegun. Tidak menyangka kalau Mbak Maya akan memperhatikan sampai sedetail itu dan bisa menebak semua maksudnya dengan begitu mudah.
"Dengerin Mbak baik-baik, Yud. Sebaiknya kamu lupain perasaan kamu itu. Buang jauh-jauh angan kamu yang tidak mungkin dan tidak akan pernah bisa menjadi kenyataan itu."
Ucapan Mbak Maya itu begitu menohok dirasakan oleh chef Yudha saat ini.
"Hanya ada Bos Awan di dalam hati Bu Bos. Meski saat ini keberadaan Bos Awan masih belum diketahui, tetapi Mbak sangat yakin kalau kamu juga tidak akan memiliki sedikit pun kesempatan untuk bisa menggantikan posisi Bos Awan di dalam hati Bu Bos, apalagi Keinan. Setelah kejadian pahit yang Bu Bos dan Keinan alami dulu karena kepergian Bayu, tidak mudah bagi Bu Bos dan juga Keinan untuk membuka hati mereka dan menerima kehadiran Bos Awan. Dan sekarang, kamu berharap mereka berdua bisa menerima kamu untuk menggantikan posisi Bos Awan? Itu adalah sesuatu yang sangat sulit, Yud. Bahkan bisa dibilang mustahil," lanjut Mbak Maya lagi.
Chef Yudha terdiam. Dirinya sadar bahwa semua yang dikatakan oleh Mbak Maya itu adalah benar. Dan sebenarnya chef Yudha sendiri pun juga tau kalau perasaannya ini adalah sesuatu yang salah. Tapi sungguh, chef Yudha tidak bisa mencegah rasa ini untuk terus tumbuh di dalam hatinya.
"Yud, Mbak nggak menyalahkan kamu. Yang namanya rasa suka itu memang tidak bisa kita prediksi kapan datangnya dan kepada siapa kita akan merasakannya. Tetapi Mbak harap kamu mau mendengarkan perkataan Mbak. Sudahi perasaan kamu itu, Yud. Jangan biarkan rasa itu semakin tumbuh dan berkembang. Cukup kita berdua saja yang tau tentang masalah ini. Jangan sampai yang lainnya, atau bahkan Bu Bos sendiri sampai tau masalah ini. Kamu pasti juga tidak ingin kan kalau sampai hubungan antara kamu dengan Bu Bos dan Keinan menjadi berubah dan canggung kalau sampai Bu Bos tau tentang masalah perasaan kamu ini?"
Chef Yudha diam dan memikirkan semua yang dikatakan oleh Mbak Maya itu dengan baik. Menimbang segala kemungkinan baik dan buruknya. Sampai akhirnya dia pun mengambil keputusan.
"Iya, Mbak. Aku tau aku salah. Aku tau rasaku ini salah. Dan aku akan dengerin perkataan Mbak Maya. Aku akan mengubur perasaanku ini dalam-dalam. Aku sudah banyak berhutang budi kepada Bos Awan. Dan aku tidak akan pernah mengkhianati Bos Awan. Mulai sekarang, sama seperti kalian semua, aku akan menjaga dan melindungi Bu Bos dan Keinan dengan tulus. Membantu mereka berdua dengan ikhlas. Demi balas budiku kepada Bos Awan," ucap chef Yudha pada akhirnya.
"Mbak bangga sama kamu, Yud. Kamu sudah berani mengambil keputusan yang benar, meski itu menyakitkan buat kamu. Percaya sama Mbak, suatu saat kamu akan menemukan cinta sejatimu sendiri. Yang terbaik untuk kamu," kata Mbak Maya dengan tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤
tenang Yud, author akan mempersiapkan yang terbaik buatmu
2023-02-13
1
Riana
disana sini ada yg suka
ujian cinta mereka berdua🥰
2023-01-30
2
CebReT SeMeDi
Untung awan masih bisa menjaga hatinya, semoga bukan karena hutang Budi kamu mengorbankan keluarga mu
2023-01-30
2