"Dan untuk mereka berdua, saya selaku Bos mereka menyampaikan permohonan maaf apabila ada perbuatan mereka yang tidak berkenan di hati anda selaku pelanggan kami. Tetapi apa yang kedua karyawan saya lakukan juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Mereka mengatakan apa yang seharusnya mereka katakan. Saya memang sedang ada kerjaan, itu kenapa saya tidak bisa keluar dari ruangan saya. Dan kenapa juga anda harus ngotot untuk bertemu dengan saya? Karena seperti yang sudah saya bilang sebelumnya tadi, sudah tidak urusan apa-apa lagi di antara kita."
Aku berkata dengan tegas. Mencoba menjelaskan kepada Bayu dengan tetap menjaga rasa kesopanan yang memang sudah seharusnya selalu kami tunjukkan kepada para pelanggan kami.
"Shofi, kenapa kamu berbicara seperti itu padaku? Biar bagaimanapun juga aku adalah ayah kandungnya Keinan. Dan tentu saja aku ingin memberikan kebahagiaan pada Keinan dengan kebersamaan dia bersama dengan kita berdua, orang tua kandungnya secara lengkap. Kebersamaan kita bertiga," ucap Bayu sedikit mengiba.
"Maaf, tapi Keinan tidak memerlukan itu. Dia tidak memerlukan kebersamaan kita bertiga. Jika kamu memang ingin bertemu dengan Keinan, atau bahkan mengajak Keinan untuk pergi jalan-jalan, aku sama sekali tidak pernah melarang. Silahkan saja. Itu hak kamu sebagai ayahnya Keinan. Tetapi dengan catatan, Keinan juga bersedia untuk pergi jalan-jalan dengan kamu. Aku pasti mengijinkan," kataku mempertegas.
"Tapi Shofi, dengan tidak adanya Awan saat ini, tolong berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Beri aku kesempatan untuk bisa bersama dengan kamu."
Deg.
'Apa ini? Apa maksud perkataan Bayu ini?'
Bukan hanya aku, dapat kulihat kalau Adit dan Dedi pun juga merasa sangat terkejut mendengar perkataan Bayu tadi.
"Apa maksud kamu? Tolong jaga batasan kita. Kita sudah sama-sama memiliki pasangan masing-masing. Jadi tolong jangan menimbulkan kesalahpahaman disini," hardikku dengan suara sedikit meninggi.
"Tapi keadaan sudah berbeda sekarang, Shof. Awan menghilang dan sampai sekarang belum bisa ditemukan. Dan aku juga sudah dalam proses perceraian dengan Alya. Jadi aku mohon sama kamu, Shof, beri aku satu kesempatan lagi. Mari kita bersama memperbaiki semuanya, demi putra kita, Keinan," jawab Bayu menjelaskan maksud perkataannya tadi.
Aku seketika membulatkan kedua mataku. Begitu juga dengan Adit dan Dedi.
"Apa maksud kamu?" ucapku setengah berteriak.
Dadaku rasanya bergemuruh karena emosi saat ini.
"Tolong jaga bicaramu. Aku wanita yang sudah memiliki suami. Mengenai Mas Awan yang hilang dan belum ditemukan sampai sekarang itu bukan urusan kamu. Dan untuk masalah proses perceraian kami dengan Alya, itu juga bukan urusanku. Aku tidak mau tau dan tidak peduli sama sekali," tegasku masih dengan suara meninggi.
"Tapi Shofi, tolong beri aku kesempatan untuk bisa bersama dengan kamu lagi," bujuk Bayu.
"Cukup. Hentikan semuanya ini," hardikku kehilangan kesabaran.
"Shofi, tolong ---"
Ceklek.
"Assalamu'alaikum," salam Keinan dan Danu setelah membuka pintu masuk kafe dari luar.
Perhatian kami semua beralih ke arah pintu masuk kafe.
"Kakak," panggilku dengan nada suara yang sudah melembut.
Ah, ternyata Danu yang menjemput Keinan. Mungkin tadi Adit sedang repot.
"Wa'alaikumsalam," aku, Adit, Dedi, dan beberapa pengunjung kafe pun juga ikut menjawab salam tersebut.
Keinan dan Danu langsung berjalan menghampiri kami semua.
"Bunda," ucap Keinan seraya mencium punggung tangan kananku.
Setelah itu Keinan pun kemudian juga menyalami Bayu dan mencium punggung tangan kanan Bayu.
"Ayah Bayu," sapa Keinan.
Bayu seketika langsung berjongkok di depan Keinan.
"Keinan sayang, Keinan mau kan kalau kita bertiga kembali berkumpul bersama-sama? Keinan, Bunda, sama Ayah. Mau kan sayang?" tanya Bayu kepada Keinan.
"Bunda?" tanya Keinan seraya menoleh ke arahku.
Aku segera menarik tubuh kecil Keinan kemudian memeluknya.
"Apa maksud kata-kata kamu itu? Tolong jangan meracuni pikiran putraku. Jangan membuat putraku menjadi bingung dengan kata-katamu itu," ucapku kembali terpancing emosi.
"Shofi, ayolah. Beri aku satu kesempatan lagi. Aku akan ---"
Tiiin. Tiiin.
Kali ini terdengar suara nyaring klakson mobil dari arah luar kafe. Lagi-lagi memotong perkataan Bayu.
"Bu Bos," panggil chef Yudha yang tiba-tiba sudah berada di dekatku.
Aku menoleh ke arah chef Yudha. Chef Yudha kemudian mengangsurkan tas milikku. Aku menerima tas milikku tersebut dengan kening berkerut karena bingung.
"Aku udah beresin barang-barang Bu Bos. Dan karena tadi aku lihat suasana semakin tidak kondusif, makanya aku juga udah hubungin bos besar. Jadi sebaiknya sekarang Bu Bos sama bos kecil pulang saja dulu ya. Itu Pak Yanto juga udah datang," kata chef Yudha menjelaskan.
"Iya, Bu Bos. Bu Bos sama bos kecil pulang aja sekarang. Urusan kafe serahin saja sama kita berempat," imbuh Adit juga.
"Iya, Bu Bos," kata Dedi dan Danu seraya menganggukkan kepalanya, menyetujui perkataan chef Yudha dan Adit.
Aku pun ikut menganggukkan kepalaku sebagai persetujuan. Sepertinya untuk saat ini memang sebaiknya aku harus segera pergi dari sini.
"Ya udah kalau gitu, aku sama Kei pulang duluan, ya. Assalamu'alaikum," pamitku.
"Iya, Bu Bos. Wa'alaikumsalam," jawab Adit, Danu, Dedi, dan chef Yudha bersamaan.
"Ayo, kakak. Kita pulang sekarang, ya. Itu Pak Yanto udah nungguin kita di depan," ajakku kepada Keinan.
"Iya, Bun," jawab Keinan.
"Tunggu-tunggu. Nggak bisa gini dong," sela Bayu tidak terima.
Mengabaikan ucapan Bayu, aku pun kemudian menggandeng tangan Keinan dan mengajaknya untuk segera keluar meninggalkan kafe ini.
"Shofi. Keinan. Tunggu dulu," panggil Bayu seraya mengejar aku dan Keinan.
Aku mencoba untuk tetap mengabaikan panggilan dan perkataan Bayu. Aku mengajak Keinan untuk tetap berjalan menuju ke arah pintu masuk kafe.
"Shofi, beri aku satu kesempatan lagi. Please. Aku ingin memperbaiki semua kesalahanku dulu. Shofi," panggil Bayu lagi, masih berusaha membujukku.
Grep.
Tiba-tiba saja Bayu sudah berhasil meraih tangan kiriku yang sedang tidak menggandeng tangan Keinan. Tarikan dari Bayu secara otomatis membuat langkahku terhenti dan terpaksa menoleh ke arah Bayu.
"Lepasin. Jangan kurang ajar ya, kamu," hardikku marah.
"Enggak. Aku nggak akan lepasin. Please Shofi, tolong dengarkan aku dulu. Aku sedang dalam proses perceraian dengan Alya. Dan aku mohon sama kamu, tolong berikan aku satu kesempatan lagi untuk bisa memperbaiki semua kesalahanku dulu. Aku ingin kembali bersama dengan kamu dan juga Keinan, Shof," kata Bayu, masih berusaha untuk membujukku.
Sekuat tenaga aku berusaha untuk melepaskan tanganku dari genggaman Bayu. Tapi susah sekali.
"LEPASKAN TANGAN PUTRIKU!!!" bentak Papa Surya.
Aku dan Bayu sama-sama kaget. Kami berdua kemudian menoleh ke arah Papa Surya. Melihat wajah garang Papa Surya, Bayu secara refleks langsung melepaskan genggaman tangannya pada tanganku.
Aku bersyukur dalam hati. Ternyata Papa Surya juga ikut datang menjemput aku dan Keinan.
"Papa," panggilku seraya mengajak Keinan untuk segera menghampiri Papa Surya.
"Kamu nggak pa-pa kan, Shof?" tanya Papa Surya.
"Aku nggak pa-pa kok, Pa," jawabku.
"Cucunya Opa juga nggak pa-pa kan?" tanya Papa Surya kepada Keinan.
"Kei nggak pa-pa kok, Opa," jawab Keinan.
Papa Surya menarik aku dan Keinan untuk berlindung di belakang tubuhnya.
"Saya peringatkan sama kamu, jangan bertindak keterlaluan dan melewati batas. Sekali lagi kamu berani cari masalah disini, mengganggu putri dan cucu saya, saya akan langsung melaporkan kamu ke polisi. Dan asal kamu tau, saya tidak pernah main-main dengan apa yang sudah saya katakan," peringat Papa Surya dengan sangat tegas.
Dapat aku lihat nyali Bayu sepertinya menciut mendengar semua perkataan Papa Surya tersebut.
"Ayo, Shofi, Keinan. Kita pulang sekarang," ajak Papa Surya setelah berbalik menghadap ke arahku dan Keinan.
"Iya, Pa."
"Iya, Opa."
Aku dan Keinan menjawab bersamaan.
Papa Surya kemudian membawa aku dan Keinan untuk segera masuk ke dalam mobil, meninggalkan Bayu yang berdiri dalam keterdiamannya. Tidak berani untuk mengejar aku dan Keinan lagi.
Aku membuang nafas lega. Aku sangat bersyukur karena semua orang sangat peduli dan selalu melindungi aku dan juga Keinan. Lagi dan lagi aku mengucap syukur kepada Allah Subhanahu wata'ala. Begitu beruntungnya aku karena dikelilingi oleh begitu banyak orang-orang yang sangat baik seperti mereka semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐🔵⏤͟͟͞R𝔞shqι🐬𝐀⃝🥀
Bayu minta di jorokin ke Jurang nih kayak Awan. Penyesalan emang selalu dateng belakang Om. Kalo di depan, namanya Pendaftaran
2023-04-18
0
🍌 ᷢ ͩ𝐀𝐍𝐈𝐍 🌾
Bayu tingakat kepedean mu terlalu tinggi,berharap dengan tanpa kehadiran awan dan kasus perceraian mu dengan Alya ,kamu berharap Sofie dan keinan mau gitu hidup sama kamu lagi,buruan bangun bay jangan MIMPI KAMU 🙄🙄.
Alhamdulillah papa Surya datang tepat waktu
2023-02-13
2
🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤
aku suka ketegasan mu Shofi...
2023-02-13
1