Elang bersiul memasuki pintu kontrakan, kesepakatan dengan Sandra sudah berjalan sesuai rencana. Sebenarnya tidak ada alasan spesial Elang melakukan hal itu, Elang hanya berpikir sederhana, selama ini Nindya selalu saja memikirkan keberadaan Daniel di antara mereka, tidak mengubah sedikitpun rencana pernikahan meskipun Nindya pernah hamil anaknya.
Elang kesal karena Nindya terlalu keras kepala dan sikap Nindya itulah yang memaksa Elang berbuat nekat, dengan cara menguji kesetiaan Daniel dan sebisa mungkin menjauhkan pria itu dari dosen pembimbingnya.
Elang tidak mau disalahkan, karena apa yang dilakukannya hanya bentuk dari sebuah perjuangan. Pemuda itu sedang jatuh cinta, dan mapala yang jatuh cinta akan sangat jatuh cinta … dan tentu saja menjadi sulit dikendalikan kemauannya.
"Mau kemana, Ga?"
"Keluar bentar, ntar balik sebelum TM (teknikal meeting). Kamu nggak kemana-mana, kan?"
"Nggak, mau tidur. Kalau mampir basecamp mapala tanyain ke anak-anak ya, Ga! Kali aja ada yang dititipi ponsel sama Bu Nindya. Ketinggalan kemarin di rumahnya pas bimbingan. Aku udah email buat bawa ke basecamp kalau dia ke kampus!"
"Ya. Mbok bilang makan siangnya suruh habisin sebelum sore, keburu nggak enak sayurnya. Tinggal kamu yang belum makan!"
Elang bergumam mengiyakan, dia tidak jadi makan siang di luar karena Sandra keburu pulang. Akhirnya Elang duduk di meja makan dan menyantap jatah makan siangnya sendirian.
Selesai makan Elang hanya tidur-tiduran sambil menonton film hingga akhirnya terlelap. Saat bangun, kontrakan masih sepi dan Arga masih belum pulang. Elang melirik jam sebelum pergi mandi.
Bel rumah beberapa kali berbunyi, tidak ada yang membukakan pintu karena di kontrakan memang hanya ada Elang yang sedang membersihkan diri. Elang mempercepat acara mandi untuk membuka pintu dan melihat siapa yang datang.
"Bu Nindya? Masuk, Bu!" kata Elang sedikit terkejut. Dosennya datang masih dengan pakaian kerja sedangkan dia hanya memakai celana pendek rumah dan handuk kecil menyampir di bahu.
Nindya mengeluarkan ponsel dari tas. Wajahnya memerah menyadari dada Elang terbuka, rambutnya basah dan bau wangi sabun menyerang penciumannya. "Nggak usah, aku cuma mampir mau balikin ini!"
"Kenapa tadi nggak dititipin di basecamp mapala aja?"
"Udah kesana tadi, tapi sepi di luar. Malu mau nyari orang ke dalam!"
"Oh ya udah masuk dulu, ngobrol di dalem!"
"Aku buru-buru, El! Mobilku di bengkel! Aku naik taxi ke sini."
Melihat Nindya ragu-ragu, Elang langsung menimpali. "Aku anterin abis gini, masuk aja dulu, aku ganti baju bentar!"
Elang menyuruh sopir taxi yang menunggu dosennya untuk pergi setelah memaksa Nindya membayar lebih dulu. "Ayo masuk!"
Nindya memijit pelipisnya, kepalanya pusing merasakan godaan di depan mata. Jam bertamunya sangat tidak tepat, atau justru sangat tepat karena Elang baru mandi, tampak sangat seksi dan pemuda itu sedang sendiri di kontrakan?
Tadi Nindya banyak kerjaan di kampus, juga mengurus mobil yang pendinginnya mendadak mati saat berangkat kerja hingga kesorean sampai di tempat Elang. "Aku beneran nggak bisa lama, El. Aku mau ambil mobil sebentar lagi."
"Iya nggak lama, emangnya aku butuh berapa jam buat ganti baju?" Elang mendorong bahu Nindya dari belakang, memaksanya masuk dan naik tangga ke kamarnya. Elang membiarkan pintu kamar terbuka lebar agar Nindya tidak keberatan berada di dalam ruang pribadi itu.
Nindya sedang waras, tapi bisa langsung menjadi gila kalau Elang memerangkapnya dengan sejuta pesona di kamar itu. Nindya memilih untuk tidak duduk, tapi berdiri di dekat pintu yang terbuka agar sarafnya tetap normal.
"Ponselmu!" Nindya mengulurkan benda pipih itu tanpa melihat langsung ke wajah Elang. Merasa bersalah karena sudah mengetahui seluruh isinya.
Melihat wajah Nindya yang mendadak aneh, Elang membuka-buka ponselnya sebentar, dengan ekspresi datar. Membaca beberapa pesan dan membalas yang penting saja.
"Pin ponselku mudah ditebak ya?" sindir Elang dengan kedua alis terangkat tinggi. Tidak ada kemarahan ataupun keberatan Nindya sudah membuka dan banyak menghapus gambar dalam galeri fotonya.
Elang menempatkan tanggal lahir dosennya agar tidak lupa. Elang ingin membuat momen spesial saat Nindya ulang tahun nanti. Satu-satunya cara agar momen itu tidak terlewat dengan menempatkan tanggal keramat itu pada benda yang hampir setiap waktu ada di tangannya.
"Kebetulan saja aku bisa menebaknya," jawab Nindya singkat. Sedikit sadar kenapa Elang memakai pin tanggal kelahirannya. Mungkinkah karena dia spesial bagi Elang? Tidak! Tidak ada satupun fotonya ada di ponsel Elang.
"Kebetulan? Cerdas sekali!"
"Maaf soal foto-foto … aku tidak sengaja menghapusnya!"
Elang tergelak, "Kenapa nggak kamu kembalikan ke mode pabrik saja biar semua data hilang? Ini chat Vivian masih banyak!"
"El, foto-foto Vivian terlalu banyak dan juga seronok! Oke, aku mengaku sengaja menghapusnya biar kamu nggak kebanyakan berfantasi sama dia! Kayak nggak ada perempuan lain aja!"
Elang mendekat, berdiri di depan Nindya dengan menyandarkan tangan di dinding kamar. "Begini Bu Dosen, aku ini pelupa dan aku beberapa kali kehilangan ponsel. Jika ada foto mantan di dalam ponselku dan mungkin yang menemukan kenal, bisa jadi reputasi cewek itu jatuh. Kalau aku memenuhi galeri foto dengan gambarmu, dengan gambar-gambar romantis kita, saat ponselku hilang di kampus, habislah karir dan juga harga dirimu. Sampai sini paham nggak kenapa hanya ada foto Vivian di ponselku?"
Nindya menelan ludah, dia tidak begitu mendengarkan ucapan Elang. Fokusnya ada pada perut datar Elang, dada juga leher yang tepat berada di depan wajahnya. "A-ku …."
"Kamu kesal karena nggak menemukan fotomu di sini? Trus nganggep aku cuma main-main sama kata cinta yang aku ucapkan kemarin?"
"Bukan begitu, El. Aku cuma nggak paham dengan pola pikirmu, aku cuma …."
"Tempatmu bukan di sini Bu Dosen, tapi di sini!" kata Elang singkat, menunjuk ponselnya sekilas lalu menunjuk dadanya yang terbuka. Ekspresinya pusing merasakan Nindya yang tidak peka dengan semua tindakannya. "Masih nggak paham juga?"
Nindya semakin diam, otaknya bekerja lebih lambat dalam mencerna kalimat Elang. "Aku minta maaf! Aku mana ngerti kalau maksud kamu seperti itu, lagian kamu nggak pernah bilang alasannya. Wajar toh kalau aku jadi punya penilaian pribadi …."
"Padahal baru kemarin kamu tanya gimana caranya aku meredam gosip di kampus. Kalau aku nggak jalan sama Vivian dan membuat gosip baru, bagaimana gosip lama bisa tenggelam?"
"Aku nggak bisa memahami cara kerja kamu menangani gosip, aku nggak setuju, menurutku itu salah! Kamu menempatkan Vivian jadi lebih spesial dari sebelumnya!"
"Baiklah, sepertinya kamu harus dibuat paham dengan cara lain!" Elang memutus kalimat Nindya, lalu melempar ponselnya ke atas ranjang. Tangannya kirinya masih menopang dinding, tapi tangan kanannya bergerak menarik ikat rambut Nindya, hingga rambut hitam lebatnya jatuh terurai. "Aku yakin kamu akan mengerti dan sangat paham betapa spesialnya dirimu bagiku setelah ini."
"El?!" Nindya mulai terkena serangan panik. Kedua tangannya menahan dada Elang yang semakin dekat dengannya. "Mau apa kamu?"
Nindya menepis pikiran-pikiran tak pantas yang hinggap di kepalanya. Elang yang bertelanjang dada dan menatapnya kelam seolah menghipnotis, memerintahkan saraf warasnya untuk segera menjadi gila.
"Hm …." Elang menjatuhkan ikat rambut di tangannya, lalu membelai pipi Nindya yang merona dengan ibu jari. Melanjutkan dengan menyusupkan jari-jarinya di rambut sang dosen, memainkannya dengan lembut hingga akhirnya menunduk untuk memberikan ciuman manis. Tepat di bibir Nindya yang bergetar resah dan setengah terbuka menunggunya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Arjuna'Bayu
dir ☝️☝️☝️🤤I hate you, why does your novel make me want to read on?
2023-01-08
1
Ojjo Gumunan, Getunan, Aleman
nek wiss dipai kiss wis beres urusan 😂
2022-10-22
1
Ali B.U
next
2022-09-30
2