Nio menjalani harinya dengan damai sampai akhirnya ujian untuk menjadi anggota OSIS telah dimulai, jauh hari dia dan Meldy telah mendaftarkan diri, sekarang mereka hanya harus mengikuti ujian terakhir yaitu melewati bukit dan kembali lagi dengan tangan di stempel.
Ngomong-ngomong ujian pertama adalah tes tulisan, bagi yang nilainya dibawah 80 mereka telah tersingkir meski demikian peserta tetaplah masih banyak, mereka mengenakan pakaian olah raga sekolah dan berdiri di garis star.
"Hanya dua orang yang bisa lolos jadi ingat itu," suara itu berasal dari Damian yang kemudian disusul suara peluit darinya.
Orang-orang mulai berlarian, Nio dan Meldy berada di urutan tengah tak perlu terlalu buru-buru karena di setiap jalan telah disiapkan jebakan tersembunyi, akan lebih baik jika orang-orang di depannya lebih dulu menunjukkan seperti apa itu.
"Jangan terlalu memaksakan diri Meldy, jika lelah beristirahatlah sejenak."
"Tidak aku pasti bisa melakukannya."
Ditatap dengan pandangan kuat, Nio mengangguk mengiyakan.
"Bagaimana jika Nio lari duluan, aku tak apa."
"Tidak, mari menjadi OSIS bersama... akan senang jika di sana ada seseorang yang kukenal baik juga."
"Nio."
Peserta di depan mereka mulai berjatuhan, jebakan pertama adalah lubang yang tertutup kamuflase sempurna, di dalamnya ada lumpur dan itu cukup mengganggu saat keluar untuk mencoba melanjutkan lomba.
Meldy hampir jatuh ke salah satunya dan dengan baik Nio menangkapnya dari belakang. Walaupun tangannya jelas melingkar di pinggang Meldy sekarang.
Pipi Meldy memerah.
"Terima kasih Nio."
"Tak apa, lain kali berhati-hatilah."
"Dimengerti."
Nio terlihat santai namun batinnya terguncang.
"Lembut sekali," teriaknya dalam hati.
Keduanya melewati beberapa orang lagi dan masuk ke rintangan kedua. Ada sebuah batu yang dijatuhkan dari atas dan seorang yang melakukannya adalah Roseanne yang menggunakan kekuatan esnya.
Beberapa jatuh dengan keras.
"Aaaargh."
"Kyaaa."
Itu memang menyakitkan jika terkena, setelah bola es diganti dengan pijakan yang licin. Putri dingin ini bertindak sesuai julukannya.
"Aku tidak bisa melakukannya lagi, aku menyerah."
"Aku juga."
"Nio bagaimana kita melewati lantai esnya?" tanya Meldy dan dia mengambil yoyonya.
"Pegang tanganku."
"Baik."
Sekali lagi jiwanya berteriak.
Lembut sekali.
Meldy hanya memiringkan kepala melihat reaksi temannya, ujung yoyo melilit pohon dan keduanya mulai memanjat perlahan adapun untuk peserta lain mereka memutuskan untuk bekerja sama juga.
Ini memang sulit karena itu ujian untuk ini hanya berlangsung selama 5 menit saja, saat Meldy dan Nio berhasil orang-orang di belakangnya juga diperbolehkan bergerak kembali.
Keduanya mendapatkan stempel dari Amane yang menunggu di atas dan mereka mulai berlari turun setelahnya, keringat membasahi tubuh mereka dan Meldy terus mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
"Lelah sekali."
"Sedikit lagi Meldy, mari lakukan."
"Um."
Namun ujian sesungguhnya dimulai dari sekarang, beberapa pria yang tidak ingin bekerja hanya berdiri di garis akhir dan berniat merebut stempel dari yang telah menang.
"Maaf saja, jangan dendam... kami menginginkan jabatan OSIS itu juga haha."
"Ka-kalian semua, tidak baik melakukan hal ini."
"Imutnya tapi maaf saja kami perlu stempelnya."
Nio tersenyum senang.
"Aku hanya harus memukul kalian dan lalu kami bisa lewat."
"Memangnya kau bisa mengalahkan kami berlima."
"Kenapa tidak, Meldy mundur biar aku saja yang mengatasinya."
"Baik, berhati-hatilah Nio."
"Tentu."
Senyuman itu ingin aku lindungi.
Nio menerjang ke depan, dia memberikan tendangan terbang hingga dari beberapa orang hanya stau orang yang masih berdiri dia adalah bosnya.
"Aku berada di klub tinju, kekuatan itu tidak akan bisa mengalahkanku."
"Mari kita coba."
Siswa itu memberikan pukulan jump yang dihindari dengan baik, Nio melangkah ke kiri saat pukulan jauh masuk ke areanya.
Dengan sedikit gerakan mengecoh dia menarik celana lawannya hingga melorot.
"Kau, apa yang kau lakukan?"
Sementara Meldy menyembunyikan wajahnya dengan tangan meskipun dia masih bisa melihat dari celah jarinya tendangan Nio mengakhiri pertarungan.
"Memalukan sekali."
"Tapi kau masih ingin melihatnya."
"Mari pergi."
Nio hanya mendesah pelan lalu mengikuti Meldy dari belakang, di garis akhir mereka mencari formulir mereka lalu men-stempelnya.
"Kita berhasil Nio."
Nio hanya bisa berteriak di dalam hatinya saat dirinya dipeluk Meldy.
Lembut sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments