Entah bagaimana dia berhasil melewati ujian yang sulit barusan, ia memenuhi mulutnya dengan banyak air dan berbaring di meja dengan perasaan lemas.
"Sebelum pergi aku ingin meminta permohonan?"
"Apa itu?"
"Biarkan aku bergabung dengan OSIS, kalian hanya bertiga aku pikir aku bisa bergabung dengan kalian."
Roseanne tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut meski begitu tidak ada penolakan yang ditunjukkan di wajahnya, fakta bahwa cowok di depannya memiliki sesuatu yang dibutuhkan di OSIS tidak bisa dibantah.
Mengesampingkan sifatnya dia berfikir bahwa ia pasti cukup cakap dalam bekerja.
"Aku berada di jabatan ketua OSIS, Damian di wakil ketua, Amane di keamanan tinggal dua lagi jabatan yang kosong yaitu urusan umum dan juga sekertaris."
"Kalau begitu aku bisa menjadi sekertarismu."
"Sayang sekali itu tidak mudah, kami tidak sembarangan menunjuk seseorang begitu saja di sekolah ini ada sebuah ujian untuk merekrut anggota OSIS."
"Seperti apa ujiannya?"
"Cukup sulit."
Nio mendengar penjelasan hal itu dan membuatnya berkata, memangnya ini acara bela diri atau sebagainya.
Ia mendesah pelan lalu mengucapkan terima kasih sebelum keluar dari pintu diikuti Roseanne dari belakang.
"Sampai jumpa di sekolah."
"Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi."
"Nggak ada imut-imutnya."
Hari berikutnya di dalam kelas, Nio, Meldy dan Edo berkumpul di satu meja, Meldy menarik kursinya untuk bergabung dengan obrolan kedua pemuda tersebut sambil meminum jus lemon di tangannya.
"Kau ingin bergabung dengan OSIS, sungguh mengejutkan bro."
"Benar, mereka itu bukan siswa normal terutama ketua OSIS dia sangat menakutkan," tambah Meldy.
"Aku bisa mengerti perkataan kalian, tapi aku pikir Ketua OSIS tidak seburuk itu, mungkin saja sebenarnya dia gadis lembut yang imut."
Secara bersamaan entah Meldy atau Edo mengibaskan tangannya sebagai penyangkalan. Mereka sangat kompak untuk masalah ini. Ketika ketiganya berbicara santai keributan terjadi di luar lorong.
Itu bukan keributan akibat perkelahian namun semua gadis berkerumun untuk melihat seorang pria yang mengenakan anting di telinganya berjalan penuh gaya.
Dia adalah siswa tampan jadi tidak aneh bahwa banyak cewek yang tertarik padanya.
"Itu kak Damian, kenapa dia seperti sedang menuju kemari?"
"Apa kau membuat sesuatu yang salah bro."
"Aku yakin tidak."
Damian yang dimaksud berdiri di depan Nio yang tampak santai selagi memiringkan kepalanya.
"Aku perlu bicara denganmu, ikut denganku sebentar."
"Bagaimana jika aku menolak?"
"Aku akan menghajarmu di sini."
"Benar-benar sebuah ancaman, kalian berdua tunggu di sini aku pikir orang ini memiliki sesuatu untuk dikatakan padaku."
Keduanya gemetaran saat melihat tatapan tajam Damian, biasanya dia selalu bersikap ramah akan tetapi sekarang jelas berbeda.
Nio dengan santai mengikuti dari belakang menuju atap sekolah, saat murid-murid saling berbisik satu sama lain ia berhasil naik ke tangga lalu berdiri saling berhadapan dengan Damian yang menatapnya dengan karisma keren yang dimilikinya.
Dibanding Nio yang biasa-biasa, dia berada di level berbeda.
"Kudengar kau mendekati ketua, apa yang kau inginkan darinya?"
"Aku hanya ingin mengenalnya."
"Sebelumnya kau mendekati Amane kemudian ketua, kau tahu untuk menjadi OSIS kami tidak bisa memilih begitu saja dengan semau kami."
"Soal ujian kan, aku sudah mendengarnya aku akan turut ambil bagian dengan itu... yah kau pasti tahu bahwa aku diperintahkan oleh kepala sekolah, jadi aku jelas bukan mata-mata atau sebagainya."
"Aah."
Keheningan terasa diantara mereka berdua sampai Nio memutuskan membuka mulutnya.
"Apa sebenarnya kau cemburu karena aku tidak mendekatimu, jangan khawatir aku bisa melakukan hal sama aku suka makanan enak."
"Hah? Kau menjijikan aku masih normal."
"Haha cuma bercanda, aku sudah memiliki nomor Amane dan ketua jadi berikan nomor ponselmu juga."
"Kau bukan temanku aku tidak perlu melakukannya."
Damian berjalan melewati Nio tanpa mengatakan sepatah katapun lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments