Selepas jam istirahat Nio yang baru keluar dari toilet menemukan Meldy yang tengah membawa banyak kertas di tangannya. Ia mendekat setelah memangil namanya.
"Nio, kamu belum masuk."
"Aku baru dari sana, apa kertas-kertas ini mau dibawa ke kelas?"
"Iya, hari ini gurunya ada urusan mendadak jadi ia bilang hanya memberikan tugas melukis sebagai gantinya."
"Heh, melukis kah."
Nio membawa setengah dari kertas tersebut lalu berjalan beriringan selagi memberikan pertanyaan ringan. Keheningan selalu muncul saat bersama seorang gadis jadi Nio sebisa mungkin untuk menghilangkan hal itu.
"Apa Meldy ahli menggambar?"
"Aku pikir tidak, jika dipikirkan aku tidak ahli dalam apapun," katanya selagi tertawa kecil.
Itu penyataan yang membuat Nio sedikit terkejut, baginya Meldy ahli dalam banyak hal terutama walau ia pemalu ia berusaha mungkin untuk menjawab perkataan teman-temannya.
"Aku tidak berfikir demikian."
"Eh?"
"Bagiku Meldy orang sangat ahli, ahli membersihkan kelas, ahli memasak bekal dan juga ahli membantu teman."
"Yah bukannya itu wajar jika banyak orang yang bisa."
"Aku tidak bisa."
"Itu karena Nio pemalas."
"Aku terluka di sini."
Nio menunjukkan gerakan berlebihan sampai suara gadis yang lain memotong.
"Dilarang bermesraan di sekolah, cepat masuk ke dalam kelas."
Itu berasal dari Roseanne.
"Kami tidak bermesraan, mungkinkah kau cemburu."
"Tidak."
"Sungguh disayangkan."
"Sepulang sekolah tidak ada kegiatan OSIS jadi kalian tidak perlu pergi ke ruangan."
"Ah iya."
Bagi Nio ini adalah kesempatan yang jarang yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
"Kalau begitu apa kita bisa pergi bersama nanti?"
"Hah? Kenapa aku harus pergi bersamamu?"
"Malah balik tanya," ucap Nio dan lawan bicaranya memilih berbalik selagi mengibaskan rambut peraknya.
"Aku tidak tahu aku akan mau atau tidak, nanti akan aku kirim pesan"
"Baiklah."
Melihat perubahan mendadak dari seorang yang dikenal sebagai putri dingin membuat Meldy sedikit heran, namun ia tidak mengatakan apapun lagi dan melanjutkan perjalanan kembali.
Di dalam ruangan kelas 1-B keduanya mulai membagikan selembar kertas pada setiap orang, mengetahui bahwa guru tidak ada dibanding belajar mereka lebih berkumpul dan saling mengobrol satu sama lain.
Sejauh ini harusnya seperti inilah sekolah berandal itu, beberapa waktu lalu Nio menyadari sesuatu. Dibanding kelasnya kelas sebelah ataupun kelas lainnya lebih rusuh, dia berfikir bahwa semua ini memang peran kepala sekolah kejam itu untuk mengumpulkan siswa di suatu tempat tertentu.
Beberapa orang memang siswa berandal namun beberapa lagi adalah benar-benar siswa baik yang mencoba untuk mendapatkan pembelajaran lebih bagus dari sekolah lain dengan harga relatif murah, Meldy dan Edo jelas salah satunya.
Meldy membuat lukisan minuman kaleng lemon, Edo gambar radio dan Nio hanya menggambar gunung jalan dan sawah.
Keduanya mengintip dari belakang dan sedikit menahan tawanya.
"Kau ini bocah kah, bro."
"Berisik, ini karya seni berharga ratusan juta."
"Aku jelas meragukannya."
Dibanding lukisannya dia lebih menunggu bahwa Roseanne akan menghubunginya atau tidak, jawaban pertanyaan yang sebelumnya mungkin akan di balas 'tidak' tapi dia bisa mencobanya lain kali, selagi mengalihkan pandangan ke arah jendela dengan senyuman hangat sebuah pesan masuk ke dalam smartphone yang bertuliskan.
(Aku menunggumu nanti di gerbang sekolah)
Itu jawaban yang bagus dari semuanya.
Nio menemukan bahwa ketua OSIS telah berdiri di sana dengan tatapan seperti biasanya.
Sebelum Nio menyapa perkataannya terpotong.
"Aku seharusnya pergi bersama Amane ke mall sekarang, karena dia ada acara lain jadi kupikir aku akan pergi denganmu."
Ia berusaha keras untuk mencoba menutupi rasa malunya sementara Nio mencoba menyerang.
"Begitu kah? Boleh aku menanyakannya dulu padanya."
"Tidak, cepat jalan."
Nio hanya membalas dengan senyuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments