Sekali lagi Nio mendesah pelan sambil melihat Amane yang berdiri memasak dengan senang, ini terlalu cepat baginya, hanya dalam waktu sehari ia langsung memiliki pertemuan yang menyenangkan.
Ia bertemu dengan Meldy, Edo dan juga Amane, terlepas dari itu ia benar-benar bersyukur. Awalnya dia sedikit merasakan ragu bahwa saat dia masuk ke sekolah swasta pada pertama kalinya ia akan langsung jadi penyendiri tapi itu tidak sama sekali.
Setelah menyelesaikan masakannya Amane menaruh banyak makanan di atas meja dan duduk di seberang kursi Nio, jika kau mencari seorang istri yang kompeten yang ahli dalam hal urusan rumah tangga kau pasti menemukan nama Amane di urutan paling atas.
"Amane-san pandai memasak ya?"
"Iya, sudah sejak kecil aku belajar memasak.. jangan khawatir semua bahan ini sangat baik untuk tubuh dengan kadar gizi yang seimbang."
Dia bahkan sampai ke tahap seperti ini, begitu pengertian dan juga manis saat dia mengatakannya dengan ekpresi seperti itu.
Nio mengambil beberapa daging menggunakan sumpitnya dan saat dia mengunyahnya daging yang lembut seolah meluber dari mulutnya.
"Ya ampun, ini sangat enak."
"Aku bangga dengan skill memaksaku jika ini game aku pikir aku telah mengambil skill lanjutan atas."
"Amane-san juga bermain game."
"Aku bukan sombong tapi aku seorang master dalam bermain game."
Nio jelas tidak mempercayainya, bagaimanapun kau melihat penampilan Amane semuanya tidak ada terlihat ornamen game sama sekali, terkadang orang yang gila akan hal itu selalu meletakan entah itu gantungan kunci ataupun berpenampilan layaknya pemain game sesungguhnya dan berbicara soal game seperti seorang maniak tapi Amane bisa menyembunyikannya dengan baik.
Nio mengambil makanan lain seperti tumis dan kembali memasukannya ke dalam mulutnya, dia akan menangis karena betapa itu sangat enak.
Fakta seorang gadis cantik memasak untuknya bisa membuatnya mati tanpa penyesalan, sebanyak itulah ia rasanya.
"Apa aku sekarang berada di situasi komedi romantis, aku senang datang kemari."
Amane menghela nafas panjang dengan reaksi Otaku Nio dan memberikan pertanyaan berikutnya.
"Lalu bagaimana soal ketua? Apa kau akan menghubunginya."
"Ah iya, tapi tidak sekarang aku pikir aku akan mencobanya perlahan."
"Begitu, kau mungkin akan kaget jika melihatnya secara langsung.. dia gadis yang tidak bisa didekati."
"Ya, aku sudah mendengar hal itu."
Semakin sulit di dekati maka semakin menarik bagi Nio, bukan berarti dia tipe Masokis yang menjadikan rasa sakit sebagai kebahagiaan, hanya saja Nio lebih suka dengan cewe yang menggantungkan harga dirinya sangat tinggi hingga tidak bisa disentuh pria manapun.
"Ngomong-ngomong aku sudah mendengar bahwa kau berbicara dengan kepala sekolah untuk membantu kami mengalahkan sekolah lain, apa itu benar?"
"Kau menguping dengan satu pria itu yah."
Amane cukup terkejut bahwa dia sudah ketahuan dari awal kendati demikian Amane berusaha untuk menyembunyikan keterkejutannya sampai Nio melanjutkan.
"Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan ke depannya, tapi aku pikir aku memang berhutang budi padanya."
"Berhutang budi karena kau bisa masuk sekolah itu."
"Benar, sejujurnya selama ini aku hanya bersekolah di sekolah pilihan ayahku.. di sana tidak menyenangkan dan siswanya hanya menatap yang lain seperti sebuah lawan yang harus dihancurkan, satu kelas hanya diisi oleh enam sampai 10 orang paling banyak."
"Mungkinkah kau seperti keluarga bangsawan atau semacamnya."
"Tidak, tidak, keluargaku hanya memiliki peran penting di pemerintahan."
"Meski begitu itu mengagumkan."
Mereka saling mengobrol satu sama lain kemudian pergi ke bak cuci piring.
"Kau tidak seharusnya ikut mencuci piring biar aku yang melakukannya."
"Tidak enak jika hanya makan saja, biarkan aku membantumu... ini adalah event di mana kedua lawan jenis bersama dan tanpa sengaja bahunya bersenggolan dan benih-benih cinta pun muncul."
"Itu jelas tidak mungkin aku akan menebasmu jika kau macam-macam."
"Aku hanya bercanda Amane-san."
Nio mengucapkan terima kasih lalu keluar dari apartemen, dia merasa sedikit akrab dengan Amane karena dia juga memiliki kehidupan yang sama di mana ia juga harus tinggal sendirian.
Tepat saat beberapa langkah meninggalkan rumah Amane seorang pria beranting mengenakan seragam sama dengannya bersandar di pohon di pinggir jalan selagi memandang Nio dengan pandangan mencurigakan.
"Aku peringatkan jika macam-macam dengan Amane, kau akan menyesal."
"Aku tidak berniat seperti itu.. apa kau mau melihatku bermain yoyo."
"Cih."
Dia pergi selagi memalingkan wajahnya lalu mengendari motornya sebelum sosoknya menghilang dan pergi.
Nio bergumam dengan perasaan lega.
"Kurasa OSIS bukanlah orang jahat."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments