Hari pertama sekolah telah gagal seutuhnya.
Perkataan itulah yang ada dibenak Nio saat dirinya dibawa oleh gadis yang belum dia kenal ke aula olahraga yang sudah sepi, sebagai anggota OSIS sungguh mengejutkan bahwa gadis di depannya memiliki akses ke tempat ini.
"Aku sedikit tertarik denganmu, di sekolah ini ada aturan bahwa perkelahian diizinkan asal kedua belah pihak setuju, maka dari itu aku ingin kau mengatakan setuju atas tantangan ini Nio."
"Aku setuju. Kau memperkenalkan dirimu sebagai Amane -senpai bukan."
"Kau tidak perlu bersikap formal saat memanggil namaku panggil saja Amane."
"Tidak apa, aku juga ingin memanggil seseorang seperti itu tapi dibanding senpai aku rasa aku akan memanggilmu Amane-san saja."
Seolah menyerah dengan keputusan pemuda di depannya, Amane menghela nafas panjang.
"Aku hanya ingin menguji kekuatanmu tapi hanya bertarung tanpa taruhan tidak menarik jadi mari buat hal itu."
"Kurasa itu ide bagus Amane-san, bagaimana jika aku menang maukah kau memberikan nomor ponsel ketua OSIS?"
Amane tersenyum pahit, itu bukan sesuatu yang bisa diharapkan darinya.
"Kenapa kau tertarik dengannya?"
"Aku ingin memastikan dia gadis cantik seperti apa yang dikatakan orang-orang."
Alih-alih ingin meminta bergabung dengan anggota OSIS dia lebih memilih kesempatan ini untuk mendekati sosok ketua OSIS, tidak berlebih sekarang Amane tampak jijik padanya.
"Aku tidak keberatan tapi jangan mengatakan jika aku memberikannya... itu juga jika aku kalah."
"Aku mengerti, lalu dengan Amane-san sendiri?"
"Aku hanya ingin seseorang untuk membantuku membawa barang jadi akan kuminta itu darimu."
Seketika udara dingin masuk melewati punggung Nio yang gemetaran.
"Jangan bilang kau tidak sengaja membunuh salah satu siswa."
"...Nggak," bantahnya cepat dan menjelaskan bahwa dia hanya perlu bantuan seseorang membawakan tas belanjaannya nanti.
Jika itu bahkan tidak duel, Nio akan membantunya sebagai pria yang rendah hati yang berdedikasi akan kebaikan.
Nio mengambil sarung tangan untuk dipakainya di tangan kanan, Amane terlihat bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan tapi jawabannya seketika membuatnya bingung.
Yang dia keluarkan adalah sebuah yoyo, sebelumnya dia dilarang membawanya ke sekolah oleh guru bertubuh besar namun kepala sekolah mengizinkannya. Ada alasan tertentu kenapa Nio membawanya tak hanya untuk bersenang-senang yoyo ini juga berfungsi sebagai senjatanya, tentu Yoyo yang digunakan untuk bertarung berbeda.
Talinya dibuat dari tali sekuat baja namun lentur seperti sebuah tali biasa, dan yoyonya dibuat dengan bahan khusus yang tidak akan rusak meskipun jatuh dari gedung pencakar langit.
Untuk Amane yang anggota OSIS dari komite kedisplinan membawa pedang kayu adalah sesuatu yang menunjang tugasnya jadi tidak ada yang melarangnya.
"Kau yakin ingin bertarung dengan yoyo?"
"Jangan khawatirkan itu, sebaiknya nanti serahkan nomor hp ketua OSIS."
"Aku merasa niat cabul darimu."
"Aku tidak berniat seperti itu, aku hanya sedikit penasaran dengan seorang dengan rambut perak."
"Ah."
Ekpresi Amane tercerahkan.
"Kau Otaku."
"Kenapa semua orang bisa menebaknya?"
"Kasus seperti ini sudah banyak terjadi, kuperingatkan ketua bukan gadis yang mudah didekati."
"Kalau belum dicoba mana tahu."
Keduanya menerjang ke depan di saat bersamaan, untuk seorang siswa berkelahi adalah suatu yang dihindari tapi di sini tidaklah demikian.
Amane memberikan tebasan secara diagonal yang mampu dihindari oleh Nio yang mencoba memberi serangan balasan lewat yoyo yang dia ayunkan ke depan, melihat pergerakan tersebut Amane segera meletakkan pedangnya dalam posisi bertahan lalu membalas lewat gerakan berikutnya.
Nio memutar yoyonya itu adalah teknik curang di mana yoyo itu membelit pedang kayu dengan erat kemudian menariknya dari tangan penggunanya.
Itu gerakan mudah yang sederhana namun bagi ahli pedang cukup mematikan, tanpa pedang mereka tidak akan bisa bergerak leluasa.
Melihat kebingungan terlukis di wajah Amane pedang itu dilemparkan kembali padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments