Tanpa diketahui ketiganya diam-diam dua orang sedang mengawasi mereka dari atas gedung sekolah.
Salah satu orang adalah pemuda dengan anting di telinganya yang memiliki senyuman lebar dan satu lagi gadis berambut merah twintail dengan pedang kayu di tangannya.
"Amane kau melihatnya barusan? Aku tidak yakin orang seperti itu akan menjadi sosok yang akan merubah sekolah kita seperti apa yang dikatakan kepala sekolah, barusan dia dihajar habis-habisan oleh para gadis dan nyaris tidak melawan sedikit pun, bukan kurasa sepenuhnya tidak melawan."
"Aku pikir tidak demikian Damian, entah kenapa rasanya ada yang janggal."
"Maksudmu kau mau bilang bahwa dia sengaja melakukannya agar bisa mengintip rok para gadis saat dia berlutut tadi."
"Itu juga kemungkinan, sulit jika hanya menilai dengan hanya melihatnya dari kejauhan, aku pikir kita harus bertarung dengannya."
"Sebaiknya itu tidak dilakukan, kau tahu dia akan mencoba bergabung dengan OSIS lambat laun dialah yang akan menghampiri kita."
"Itu memang benar, kuharap dia tidak mengecewakan."
Damian jelas tahu bahwa gadis di sampingnya tidak akan menurut.
Tak lama seorang siswa lain muncul dengan terburu-buru.
"Pasukan sudah siap, selepas sekolah kami siap berangkat."
"Baguslah, SMA Barat berani menginjak tanah kita maka kita harus membalas mereka dengan sambutan meriah."
"Aah."
"Amane kau tidak ingin ikut?"
"Hari ini pelajaran memasak jadi.."
"Aku mengerti kau tidak bisa melewatkannya, kalau begitu biar aku saja."
Amane hanya melihat kepergian keduanya dari pintu yang tertutup, sekali lagi dia mengarahkan pandangan ke arah ketiga orang di bawahnya dan di luar dugaan salah satu pemuda bernama Nio melirik ke arahnya selagi melambaikan tangan.
Mustahil, apa dia merasakan keberadaanku. Tidak, dia mungkin hanya kebetulan.
Amane membuang muka lalu pergi hingga rambutnya berayun mengikuti pergerakan dari tubuhnya.
***
Mendapati bahwa gadis itu pergi Nio sedikit kecewa, dia pikir dia telah menarik cewek cantik padanya namun kurasa itu hanya ilusi saja.
Suara Meldy di sampingnya menyadarkannya.
"Ada apa Nio?"
"Bukan apa-apa, mari kembali sebelum pelajaran dimulai."
"Iya."
Terkadang Meldy terlihat sangat pemalu namun di saat yang sama dia juga berani, dengan sikapnya akan banyak orang salah paham tentangnya.
Selepas pulang sekolah Meldy dan Edo pulang lebih dulu sementara Nio masih disibukkan dengan merapihkan tasnya, dia harus bisa menjadi anggota OSIS sayangnya dia tidak bisa langsung melakukannya seperti "Hey boleh aku bergabung" jelas itu mustahil pertama dia harus mencari tahu anggotanya.
Dari yang ia dengar, pengelola OSIS dipegang oleh kelas dua, semenjak mereka menjabat tidak ada lagi orang yang mampu mengambilnya dari mereka. bahkan jika mereka naik kelas ke kelas 3 ketua OSIS bisa dipastikan tidak akan tergantikan sampai mereka lulus.
Menjadi OSIS bukan soal terdiri dari orang-orang pintar mereka juga harus atletis serta ahli dalam perkelahian.
Itu hampir mendekati sempurna jika harus diperjelas, tanpa sadar Nio mendesah pelan saat dia melewati pintu kelasnya yang bertuliskan kelas 1-B.
Ini harga dari kebebasan karena itu dia tidak akan mengeluh dengan semua ini, selagi memainkan yoyo-nya dia menuruni tangga hingga salah satu orang yang sebelumnya ia lihat telah berdiri di bagian akhir tangga yang dipijaknya.
Dia memiliki rambut merah twintail dengan mata coklat yang sedikit tajam, tubuhnya tidak terlalu tinggi atau pendek itu mungkin sejajar dengan pundak Nio.
Kesan yang diberikan adalah gadis cantik yang kuat yang jika kau meremehkannya dia akan mampu memotongmu dengan pedang kayu di tangannya.
"Kudengar kau siswa baru, aku ingin tahu seberapa kuat kau bisa melawanku."
Ini jelas sebuah tantangan langsung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments