Pagi berikutnya saat Nio memasuki kelas dua orang yang baru dikenalnya menyapanya.
"Pagi bro."
"Selamat pagi Nio."
"Pagi untuk kalian berdua."
"Kau tampak mengantuk bro... apa kau pemain game atau sebagainya?"
"Yah, aku hanya meluangkan waktu untuk menonton beberapa judul anime di situs berbayar dan saat kusadari itu sudah lewat tengah malam."
"Jadi begitu, yah tidak salah kalau kau Otaku sejati."
Sementara Edo melemparkan candaan ringan, Meldy meletakan minuman di meja Nio.
"Mungkin ini bisa sedikit menghilangkan kantukmu."
"Aku tidak bisa menerimanya."
"Jangan khawatir aku bawa banyak."
Nio mengintip ke tas milik Meldy dan melihat banyak minuman jus lemon kaleng dalam sana.
"Untukku bagaimana?"
"Kau beli saja sendiri nanti."
"Itu Meldy, sebenarnya apa kau menjalankan sebuah pabrik jus lemon atau sebagainya?"
Dan dia tertawa atas pernyataan Nio yang tiba-tiba.
"Tentu saja tidak, aku hanya menyukai jus lemon lebih dari siapapun jadi aku ingin membawanya sedikit lebih banyak kau tahu?"
Perkataan Meldy selalu disisipi ekpresi malu dan itu cukup membuat pria yang jomblo berteriak di dalam hatinya.
Aku ingin melihat ekspresi seperti ini sangat banyak.
Dengan senang hati ia meminum kaleng jus yang diberikan padanya karena rasa asam rasa kantuknya sedikit berkurang. Ini enak hanya saja bagi Nio yang tidak terlalu bersahabat dengan soda membuatnya seperti ah, aku tidak ingin minum banyak hal seperti ini.
Di sisi lain Edo terus membujuk untuk memberikan jatahnya.
"Hentikan."
"Berikan aku juga."
Melihatnya ada perasaan geli, manis dan juga bercampur dengan perasaan aneh. Mereka terlalu dekat untuk disebut teman masa kecil.
Saat jam pelajaran berlangsung tanpa sengaja tatapan Nio teralihkan ke luar jendela di mana para siswi perempuan sedang berolah raga lempar bola mereka jelas berada di kelas dua, di kerumunan yang seutuhnya terlihat seperti sebuah pemandangan bunga yang mekar matanya tertuju pada gadis berambut perak yang dengan senang menjatuhkan semua musuhnya tanpa ampun, bulu mata yang panjang serta tatapan yang dipenuhi tekad tidak ingin kalah berkumpul di sekelilingnya.
Banyak orang yang mendukungnya dan para laki-laki juga merasakan sesuatu seperti ingin mendukungnya namun tidak bisa melangkah lebih jauh. Mata yang berwarna biru cerah sangatlah terlihat kuat.
Nio tanpa sadar bergumam.
"Dia cantik."
Tapi sekarang dia tahu maksud kenapa sulit didekati dalam artian orang ini terlalu menyilaukan, tidak aneh jika mengira kemampuan atletis dan akademi jauh melebihi orang-orang di sekelilingnya.
Namun di saat yang sama Nio bisa melihat ada celah yang terlihat dari sosoknya yang sempura tersebut.
Sebelum dia melanjutkan pemikirannya suara guru menyadarkannya, dia adalah guru matematika yang cukup memiliki disiplin tinggi.
"Maaf aku tidak mendengarkan?"
"Apa pelajaranku membosankan?"
Separuhnya iya dan separuhnya lagi tidak dan salah satu siswa lain menambahkan.
"Sepertinya Nio sedang melirik ketua OSIS yang berolahraga di luar, dia pernah bilang dia suka yang besar."
Dan semua orang tertawa membuat wajah guru itu sedikit kurang nyaman jadi dia menyuruh Nio untuk maju mengisi beberapa soal yang sulit bahkan dikerjakan oleh siswa yang lebih dulu tinggal di kelas darinya.
"Jika kamu bisa menjawabnya, aku tidak akan memberikan hukuman padamu."
Nio jelas senang mendengarnya, dia mengambil kapur putih lalu menguraikan setiap soal dengan penyelesaian yang luar biasa yang melebihi siswa SMA bisa simpulkan, di akhir dia memberikan titik lalu berjalan kembali ke kursinya melewati keheningan yang melanda seisi kelas.
Guru yang terpukau bahkan harus mengecek isi dalam buku untuk memastikan jawaban tersebut.
"Semuanya benar."
Bagi Nio semua pertanyaan itu lebih seperti pertanyaan bayi untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments