Hancur berantakan

Para wisudawan dan wisudawati telah selesai melaksanakan upacara di dalam auditorium dan akan ada sesi berfoto - foto bersama keluarga, teman, pasangan, ataupun kerabat yang lain disisi barat auditorium kampusku ini. Jam sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB, namun aku tidak menerima pesan dari tiwi kalau dia akan menuju kesini. Masih dalam iring - iringan bersama anggota organisasiku, kami berjalan menuju kakak senior yang sudah diwisuda itu untuk sesi berfoto - foto. Kami berdiri didepan fakultas dengan berlatarkan kantor dekanat.

"bagian sini isi bang" ucap seorang photografer kepada salah satu temanku.

"disini kosong kak, coba didepan yang lebih kecil" terlihat photografer itu sangat profesional dalam menyusun barisan kami agar foto yang dihasilkan juga bagus.

"naah pas" ucap photografer itu dengan menunjukkan jari jempolnya yang berarti sudah bagus.

"satu, dua , tiiiiiii...gaaaa" kami tersenyum kearah kamera.

"ganti gaya... ganti gayaa" ucap photografer itu lagi."ciiissss..." poto diambil hingga akhirnya sesi berfoto selesai.

Setelah berfoto aku dan anggota yang lain mencoba untuk pergi ke arah fakultas untuk mencari makanan. Namun aku kebetulan berjalan sedikit terpisah dengan yang lain. Hanya ada aku, tika dan susi yang berjalan berdekatan. Selain itu teman - teman organisasi yang lain berjalan didepan kami dengan jalan yang sedikit lebih cepat, aku pikir mereka sudah sangat kelaparan. Didalam perjalanan tiba - tiba tika merintih kesakitan.

"aduuuhhh... Haaaaaaa, pediihh" ucap tika mengucek - ngucek matanya merintih kesakitan.

"kenapa ka" ucapku panik.

"ga tau bang, kayaknya ada yang masuk ke mataku....aduuuhhh" tika terus saja merintih kesakitan.

aku yang sudah panik langsung saja mengambil tindakan untuk meniup bagian matanya yang kelilipan tanpa memikirkan orang sekitar.

"sini sini ka, hhuuuuuuuffff..." aku mulai meniup mata tika dengan hati - hati. "huuuuuuffff......huuuuuuffff" terus ku ulangi. Dengan keadaan tanganku terletak diatas pipinya tika karena air matanya yang begitu banyak. Perasaan kasihan kepada tika tentu saja muncul, aku sebagai seorang kakak senior mencoba mengusap air matanya.

"udah mendingan ka?" ucapku dalam keadaan tangan masih diwajahnya tika.

"dikit lagi bang, haaaa...sakiitt" tika masih saja merintih kesakitan.

Namun disaat aku ingin meniup kembali matanya tika, tiba - tiba dari kejauhan aku melihat tiwi terdiam memperhatikan aku dengan tatapan yang terlihat sangat terkejut.

"tiwi" gumamku dan perlahan melepaskan tanganku dari wajahnya tika.

Kemudian tiwi berbalik arah dan berlari meninggalkanku. Aku dengan perasaan yang tidak enak, langsung saja pergi mengejar tiwi untuk menjelaskan semuanya tanpa memperdulikan tika dalam keadaan masih kesakitan.

Aku terus berlari dengan kecepatan maksimal, namun lariku sedikit terhalangan oleh kerumunan keluarga dari para wisudawan dan wisudawati. Karena tiwi tidak mampu untuk berlari lebih kencang dariku, hanya butuh waktu sekitar 2 menit aku sudah dapat menyusulnya.

"wiii....aku bisa jelasin semuanya" ucapku ngos - ngosan sambil meraih pundaknya tiwi yang membelakangiku.

"apa sih rel, semuanya udah jelas kok" tiwi menepis tanganku dan berbalik melihat kearahku. Air mata tiwi perlahan menetes.

"wiii... Aku minta maaf, ini semua ga seperti apa yang kamu lihat kok" aku mencoba meyakinkannya, perlahan kedua tanganku mulai menyentuh kedua pipinya yang mulai berjatuhan air mata.

"aku udah liat semuanya reeell" tiwi kembali menepis tanganku seolah - olah semuanya tidak perlu dijelaskan lagi.

"pliisss wi, aku cumaann...." disaat aku masih berbicara tiwi memotong pembicaraanku.

"cuman apa? Cuman pegang - pegangan? Cuman mesra - mesraan? Iyaaa?" dengan nada yang sedikit lebih keras dan air mata yang terus saja mengalir membuat perasaanku menjadi kacau.

"engga wi" aku kembali mencoba menjelaskan.

"apanya yang engga rel, sudah jelas - jelas kamu megang - megang cewek itu, didepan mata aku loo" ucap tiwi melimpahkan semua yang dirasakannya.

"iya wi, tapi kan ada sebabnya aku kayak gitu" ucapku sudah sangat panik mau menjelaskan bagaimana lagi.

"udah lah rel, semuanya ga perlu dijelasin lagi" ucap tiwi membalikkan tubuhnya menuju kearah parkiran.

"maksud kami wi?" ucapku heran atas apa yang diucapkan tiwi.

"kita putus" ucap tiwi dan pergi meninggalkan aku.

Seketika langit runtuh, detak jantung berhenti berdetak, pandanganku gelap dan tubuhku menjadi kaku setelah mendengar kata yang diucapkan tiwi. Tanpa sepatah kata pun aku masih terdiam melihat tiwi pergi meninggalkanku dengan sisa - sisa isak tangisnya. Tanpa aku sadari, air mataku pun perlahan mulai jatuh membasahi pipi. Tak dapatku ukirkan betapa sakitnya kehilangan sosok wanita yang sangat aku cintai ini. Hanya karena kesalahpahaman saja dia tega meninggalkanku tanpa meminta aku untuk menjelaskan apa yang telah terjadi. Aku masih tidak percaya situasi yang belum pernah aku rencanakan sebelumnya ternyata telah tiba terlebih dahulu menghampiriku, tidak tau apa yang harus aku lakukan untuk bisa kembali lagi bersama tiwi. Semua impian yang sudah kita rangkai akhirnya pupus ditengah jalan. Hancur sudah semua harapanku yang sudah banyak aku rangkai bersama tiwi.

Setelah tiwi menghilang dari hadapanku, dengan perasaan yang hancur berkeping - keping aku berjalan menuju parkiran. Dengan sisa tangis yang masih ada, aku terus berjalan walaupun pandanganku sudah berkunang - kunang. Sesampainya diparkiran motor, aku mulai menyalakannya dan bermaksud pulang menuju kos - kosan karena perasaanku sudah sangat kacau. Dengan kecepatan maksimal, aku memacu motorku untuk melepaskan rasa sakit hati ini, tidak peduli sebarapa ramai orang yang ada dijalanan pada saat itu. Aku menyelip - nyelip semua kendaraan yang ada didepanku tanpa sedikitpun menurunkan kecepatannya. Air mataku terus bercucuran hingga membuat penglihatanku sedikit kabur. Hingga pada akhirnya...

"guubrraaaaakkkk...." motorku menabrak sebuah mobil yang sedang parkir ditepi jalan. Seketika aku terpental ketepi jalan sambil berguling - guling dan motorku tidak tau kemana arahnya. Dalam keadaan setengah sadar, kakiku terasa sangat sakit dibagian paha, badanku lemas, kepalaku sakit. Secara perlahan orang berbondong - bondong kearahku dan ada juga suara teriakan.

"toloooonng" ucap seseorang yang entah dari mana.

Kepalaku mulai bercucuran dengan darah, baju yang sebelumnya masih berwarna putih namun sekarang sudah menjadi merah darah. Aku terus memegangi bagian kepalaku yang masih mengeluarkan darah. Dengan sisa tenaga yang aku miliki, aku mencoba tetap sadar, orang - orang mulai membopongku dan membawaku kerumah sakit terdekat, namun karena sudah banyak kehabisan darah akhirnya akupun jatuh pingsan tidak sadarkan diri.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

modus banget si Tika😏

2022-11-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!