Cubit manja

Sabtu yang indah ini tidak akan pernah terlupakan olehku. Menemukan seseorang sebagai tempat melabuhkan hati yang setelah sekian lama berlayar, akhirnya ditempatkan pada seorang wanita yang aku temukan tanpa rencana dan membuatku jatuh cinta tanpa sengaja. Dia yang sudah lebih kurang 1 tahun menjadi wanita yang menjadi incaranku, akhirnya dengan sadar aku miliki diwaktu yang aku rasa sangat tepat.

Setelah kami selesai mengerjakan tugas disore itu, aku dan tiwi segera berberes kemudian segera kembali menuju kos. Hujan yang cukup lama membuat kami kedinginan itu, ternyata telah berhenti. Namun sebelum balik menuju kos, tidak lupa aku membayar pesanan yang tadi telah kami makan. Dirasa sudah selesai semuanya, aku dan tiwi menuju ke tempat parkir untuk mengambil motorku yang sudah basah kuyup diterpa hujan deras tadi. Perlahan jok motor aku lap dengan telapak tanganku agar nantinya tidak membuat celana kami berdua menjadi basah. Perlahan aku usap jok motorku dari belakang kearah depan, aku perhatikan tiwi yang senyum - senyum sendiri terlihat bahagia atas apa yang aku lakukan.

"kenapa senyam senyum wi?" ucapku memperhatikan tiwi sambil tetap mengusap jok motor yang masih basah itu.

"eehh...engga apa apa kok rel, kamu ternyata tidak kaku seperti yang aku pikirkan" jawab tiwi dengan senyum yang masih terus terukir dibibir tipisnya itu. Membuat aku menjadi salah tingkah dan ikut senyum juga.

"hahaha.. Kaku gimana wi?" aku tertawa atas apa yang diucapkan tiwi terhadapku. Tangan yang masih saja mengusap jok motor itu terus menatap senyum tiwi yang tak kunjung hilang.

"yaaa...aku pikir kamu orangnya kalem - kalem gitu, tapi bisa juga romantis" godanya dengan senyuman yang masih terus saja terpampang dihadapanku.

"heheh.. Engga juga kok wi, udah yok kita jalan"ucapku setelah aku rasa jok motorku terasa cukup.kering.

"ayukk yang" tiwi kembali menggodaku dengan panggilan yang tidak biasa.

"apa wi?" aku yang tidak fokus karena sedang mencari dimana letak ponselku tidak terlalu mendengar ucapan tiwi barusan.

"hmm engga apa apa kok rel"tiwi kemudian naik keatas motorku.

"serius tiwi, aku salah dengar atau engga nih? Takut nanti aku kepedean" ucapku memastikan apa yang aku dengar tadi tidak salah.

"iya apa yang kamu dengar tadi benar kok" balasnya singkat kemudian aku mulai mengendarai motorku perlahan keluar dari perkarangan cafe itu.

"iya dehh sayang" godaku. aku melihat tiwi dari kaca spion yang aku arah ke wajahnya, terlihat tiwi tersenyum kegirangan sampai dia menutup mulut dengan tangannya.

"dah dah mulai nihh" tiwi menepuk pundakku tanda dia salah tingkah.

"iya siapa juga yang mulai duluan" ucapku. percakapan terus berlangsung didalam perjalanan itu dengan hawa dingin yang masih terasa setelah hujan ditambah lagi hari sudah mulai gelap.

"iya iya aku salah, maaf ya farelku" tiwi yang terus saja menggodaku dengan kata - kata yang membuat aku tidak henti - hentinya tersenyum sepanjang jalan, membuat aku seperti orang gila.

"aduuhh kamu nih ya, bisa banget bikin aku senyum - senyum sendiri. Baru aja jadian, gimana besok - besoknya nih, mungkin aku bisa jadi manusia paling bahagia diatas bumi" ucapku sedikit menggombal walaupun aku memang sangat bahagia dengan setiap ucapan yang disampaikan tiwi kepadaku.

"aahh kamu bisa aja" tiwi mencubit leher bagian belakangku yang membuat aku sedikit terkejut, dari cara dia mencubitku terlihat tiwi sangat gemas dengan ucapanku itu.

"awww..." aku yang terkejut karena dicubit berpura - pura sakit agar tiwi mengusapnya.

"ehhh ehh sakit ya rel, maaf yaaa" tiwi terlihat cemas saat mendengar aku mengeram kesakitan padahal sebenarnya aku tidak merasakan sakit sedikitpun. Perlahan tiwi mengusap leherku yang tadinya dia cubit perlahan - lahan membuat aku menjadi merinding.

"mmmmmhh.. Engga kok wi , aku cuman bercanda" aku yang merasa aneh saat tiwi mengusap leherku itu, memegang bagian leher yang baru saja diusapnya agar tiwi menghentikannya.

"serius kan rel?" tiwi terlihat masih cemas perlahan melepaskan usapan tangannya.

"iya sayang" aku mencoba menenangkan tiwi dengan kata - kata lembut agar dia tidak merasa bersalah.

"hehehe.. aku gemesan orangnya , jadi kalau aku kayak gitu lagi jangan marah ya" ucap tiwi. Kulihat wajahnya dari kaca spion dengan mulut manyun terlihat seperti anak kecil yang ingin dimanja.

"iya gak apa apa kok" aku yang memang tidak merasakan sakit menganggap hal yang dilakukan tiwi biasa saja.

Tidak terasa setelah sekian lama kami berbincang - bincang diatas motor, akhirnya aku sampai didepan kos - kosannya tiwi. Perlahan tiwi turun dari atas motorku dengan berhati - hati.

" makasi ya udah mau nemenin aku bikin tugas hari ini rel" ucap tiwi yang sudah berdiri dihadapanku dengan tas ransel yang dipeluknya.

"iya sama sama wi, makasi juga udah mau nerima aku" ucapku dengan tatapan yang dalam mengarah ke matanya tiwi. Membuat tiwi menunduk karena tidak kuat dengan tatapanku itu.

"iya sama sama juga rel. Jangan gitu lah ngeliatnya" wajah tiwi memerah, terlihat dari pipinya yang sudah seperti udang rebus.

"iya iya... Pakai malu - malu segala kamu" aku naikkan wajahnya dengan posisi jari telunjuk aku letakkan ke dagunya tiwi.

"farellll" tiwi memanggil namaku seperti anak kecil yang ingin digendong oleh orang tuanya.

"iya ini aku tiwi" jari telunjukku perlahan aku lepaskan dengan tatapan yang masih sama kearah tiwi.

"aku ga kuat, aku keatas dulu ya" tiwi yang aku pikir sudah sangat berdebar - debar tidak tau lagi apa yang ingin dilakukannya.

"kamu lucu, yaudah kamu masuk gih sana" aku yang tidak tega melihat tiwi salah tingkah terus terusan, menyuruhnya untuk masuk kedalam kos.

"oke rel, aku kedalam dulu ya" tanpa aku sadari , tiwi meraih tangan kananku dan mencium layaknya anak sd yang ingin pergi sekolah kemudian sedikit berlari menuju kearah kos.

"iiii...iiiya wi" aku yang terkejut atas apa yang dilakukan tiwi, terpaku sesaat dan tidak tau harus berkata apa.

Perlahan tiwi menghilang dari penglihatanku, masih diposisi yang sama, aku terus menatap tangan yang baru saja dicium oleh tiwi. Setelah cukup lama aku memperhatikan tangan kananku yang baru saja dicium oleh tiwi. Aku perlahan menuju ke kos - kosan dengan senyum yang tanpa aku sadari terus saja terpancar dari wajahku. Selama diperjalanan masih saja terbayang bagaimana sikap dia yang tidak aku sangka - sangka begitu manja. Aku pikir tiwi sudah cukup lama menahannya namun hari ini dia baru bisa melepaskannya kepadaku.

"oh iya perasaan aku ingin mengajak tiwi pergi keluar nanti malam, kok ga jadi aku bilang ya" gumamku. aku yang sudah terpaku melihat tiwi mencium tanganku tadi sampai tidak ingat kalau aku ingin mengajaknya keluar untuk dinner ataupun sekedar keliling kota. Setelah aku mengingat kalau aku ingin mengajaknya keluar, aku berencana untuk mengajaknya nanti saja via Whatsapp. Sekitar 10 menit aku mengendarai motor menuju kos , akhir sampai juga. Segera aku memarkirkan motor dan bergegas untuk menghubungi tiwi, karena takutnya nanti aku kelupaan lagi.

"wi, nanti kita keluar yok" aku mengirim pesan kepada tiwi. Aku yang sudah dalam posisi tengkurap diatas kasur sembari menunggu balasan dari tiwi namun tak kunjung ada. Sekitar 10 menit tiwi tidak juga membalas pesan dariku. "apa mungkin dia ga biasa ya keluar malam bareng cowok" gumamku sambil berbalik badan menatap langit - langit kamar. Pikiranku mulai mengarah kearah yang tidak jelas, entah itu berpikir kalau dia hanya terpaksa menerima aku sebagai pacarnya atau bahkan merasa kalau dia tidak percaya diri pergi berkencan denganku karena wajahku yang pas - pasan. Aku lihat pada pojok layar ponselku, jam sudah menunjukkan pukul 18.20 WIB, karena sudah dirasa tidak ada harapan untuk mengajak tiwi keluar malam ini. Aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Sebelum mandi, aku mengisi daya batrai ponselku yang sudah mencapai angka 32% itu kemudian meninggalkannya dan menuju kekamar mandi. Setelah selesai mandi, aku segera menuju kearah ponselku. Terlihat ada sekitar 4 panggilan tidak terjawab dari tiwi.

"aduuuhh, ada panggilan tak terjawab dari tiwi" gumamku kemudian langsung kembali meneleponnya.

"ttuuuuuuutttt.....tuuuuuuutttt.....tuuuuuuuuttt" suara panggilan ponselku kepada tiwi terdengar sangat kuat karena aku mengkaktifkan mode loudspeakernya.

"halo assalamualaikum rel" tiwi mengucapkan salam dengan cukup cepat dan tergesa - gesa.

"waalaikumsalam wi, kok kamu kayak orang panik gini" aku yang mendengar tiwi terlihat seperti orang ketakutan menjadi ikut panik.

"mmmmmmmm... kamu marah ya sama aku?" sayup - sayup aku mendengar suara rintih tangisan dari tiwi.

"marah kenapa aku wi? kamu kenapa? Kok nangis?"aku mulai panik mencoba untuk duduk diatas kasur dalam keadaan colokan masih terus menancap kearah ponselku.

"karena aku lama bales chat kamu" suara tangisan itu masih terus terdengar walaupun tiwi mencoba menyembunyikannya.

"aku engga marah kok wi, aku habis mandi makanya ga bales chat kamu" aku mencoba menenangkan tiwi.

"hhhmmm...hmmmmm... Bener kan rel" tiwi mulai sesegukan karena tangis yang ia tahan.

"iya sayang , kamu jangan nangis dong. Emangnya kamu tadi kemana ga bales chat aku?" aku semakin panik dan tidak tau harus berbuat apa.

"pas nyampe dikos tadi aku langsung mandi, makanya aku ga bales. Tapi pas aku bales, kamu ga bales - bales lagi, makanya aku mikir kalau kamu marah" isakan tangis terus terdengar namun mulai mereda.

"engga , beneran aku ga marah kok, justru aku mikirnya kamu ga mau keluar bareng aku" ucapku mengungkapkan apa yang aku rasakan.

"aku mau kok rel, pokoknya kamu jangan marah ya" tiwi yang terlihat merasa bersalah karena telat membalas pesanku mencoba untuk kembali tenang.

"iya iya tiwi , aku ga marah sedikitpun. Yaudah, nanti jam berapa kita ketemuannya?" aku mencoba membuat tiwi tenang.

"jam 7an aja gapapa rel" ucap tiwi dengan nada sedikit menurun.

"iya wi, kamu jangan nangis lagi ya. Maaf baru dihari pertama kita jadian kamu udah nangis gara - gara aku" ucapku merasa sangat bersalah karena membuat wanita yang aku cintai meneteskan air matanya.

"iya rel, aku ga nyalahin kamu kok"ucap tiwi terdengar kalau dia sudah sedikit baikan.

"yaudah , aku siap - siap dulu ya. Aku masih handukan nih" mencoba mencairkan suasana agar tiwi tersenyum. Aku sedikit membuat lelucon sederhana.

"eehh eehhh... Bisa bisanya kamu belum pakai baju" suara tiwi sedikit terdengar saat mendengar aku yang masih menggunakan handuk.

"iya aku kan langsung ngecek hp habis mandi, kalau tau tau bidadariku ngechat aku" ucapku merayu tiwi agar melupakan sedihnya tadi.

"haaaaa...kamu bisa aja yaa"tiwi teriak manja mendengar gombalanku, itu tandanya dia sudah benar - benar tidak sedih lagi. Aku merasa sangat lega mendengar tiwi yang sudah tidak sedih lagi.

"hehehehe.. Aku pakai baju dulu ya wi" ucapku ingin mengakhiri telepon.

"yaudah, aku juga mau beres - beres. Assalamualaikum" ucap tiwi mengakhiri percakapan senja itu.

"waalaikumsalam" balasku kemudian menutup telepon.

Setelah sekitar 15 menit aku teleponan dengan tiwi, aku segera mengenakan pakaian karena nanti akan bertemu dengan tiwi. Kebetulan sekarang tepat malam minggu dan tentu saja malam ini akan banyak pasangan muda mudi berkeliaran.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!