Besoknya, aku yang sudah terbangun dari tidur kemudian bersiap - siap ingin pergi ke kampus untuk melaksanakan kuliah tambahan. Aku bangkit dari tidur dan mengarah ke kamar mandi sambil membawa handuk biru dongker itu dengan mata yang terasa masih sangat mengantuk. Setelah di rasa selesai dan jam sudah menunjukkan pukul 09.10 WIB , aku segera berangkat menuju kampus. Namun di tengah perjalanan aku merasakan lapar karena tadi malam aku tidak makan sama sekali sebab hujan tak kunjung reda dan membuat aku menahan lapar hingga tertidur. Aku langsung saja menuju ke tempat sarapan langgananku dimana aku paling suka dengan Gado - gado dengan kuah satenya yang sangat nikmat tiada tara itu. Terkadang ingin rasanya aku memakan dua porsi sekaligus karena kenikmatannya itu namun karena namanya sarapan ga mungkin juga banyak - banyak. Sesampainya aku ditempat sarapan yang amat padat dengan pengunjung itu, segera aku menuju ke ibu - ibu pemilik warungnya.
"Buk, gado - gado pakai kuah satenya 1 ya" Aku memesan kepada ibu - ibu paruh baya yang Aku kira usianya sudah menginjak angka 50 tahun.
"Pakai daging apa enggak dek?" tanyanya sambil mengambilkan pesanan yang lain, terlihat Ibu itu sangat cekatan dalam mengambilkan pesanan para konsumen.
"Enggak usah buk, kuahnya aja di banyakin ya" pintaku, karena Aku paling suka dengan kuah satenya yang jauh berbeda dengan kuah sate pada umumnya.
"Tunggu bentar ya dek" saut Ibu itu yang masih saja sibuk dengan pesanannya.
"Oke buk" kemudian Aku menuju ke tempat duduk dan mulai mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana jeansku.
Ketika lagi asik - asiknya melihat berita yang cukup trending di sebuah website, tiba - tiba aku menerima pesan dari Tiwi. Tentu saja ini merupakan hal yang sangat mengejutkan bagiku, karena sangat jarang Aku temukan seorang cewek tanpa jaim memulai percakapan lebih dulu.
"Hey rel" pesan pembuka dari tiwi yang langsung membuat darahku berdesir dan jantungku berdetak cukup kuat.
"Iya tiwi ada apa ya?" dengan sigap Aku membalas pesan Tiwi kurang dari 1 menit.
"Kamu jadi pulang kampung hari ini?" tanya Tiwi seperti ada sesuatu yang ingin di sampaikan dan sedikit membuat aku mengerutkan dahi kebingungan.
"Jadi sih rencananya wi, mungkin ntar siang deh" jawabku tanpa pikir panjang karena pesananku juga sudah sampai.
"Ini pesanannya dek" ibu - ibu warung yang membuatku kaget karena temenung menerima pesan dari Tiwi itu.
"Ehhh ehh iya buk trima kasih" ucapku gugup entah apa yang membuatku gugup ketika itu.
Disela - sela percakapan aku dengan ibu warung, pesan tiwi pun masuk kembali. "Tinuuunngggg" nada sebuah pesan masuk.
"Hmmm... Sebenarnya Aku mau ngajak kamu bikin tugas bareng, soalnya dibkumpulnya kan hari senin besok. Ngomong - ngomong kamu udah siap belum tugas yang kemaren di kasih buk Dina?" Tiwi menjelaskan apa tujuannya menghubungiku se pagi ini.
"Kalau gak salah udah aku angsur sih kemaren sedikit, belum sampai setengahnya wi." jawabku sembari suapan demi suapan masuk ke dalam mulutku.
"Kalau gitu kita siapin bareng - bareng aja yuk?" ajak Tiwi yang membuat detak jantungku seketika berhenti, ajakan yang sangat membuatku bahagia itu langsung saja Aku iyakan.
"Boleh juga tuh wi, kapan emangnya?" Aku yang bersemangat ingin bertemu dengannya lagi, langsung to the point kapan ingin bertemu.
"Kalau besok gimana rel?" jawabnya.
"Yaudah besok siang kita bikin di gazebo kampus dekat gedung FISIP aja ya" dengan semangat Aku langsung menentukan kapan dan dimana kita akan membuat tugas bersama.
"Oke deh rel" singkatnya dan Aku langsung melanjutkan sarapan yang tidak di sangka - sangka sudah hampir habis saja.
Namun setelah aku mengingat kalau besok akan membuat tugas bersama dengan Tiwi, sepertinya aku harus menunda rencanaku untuk balik ke kampung minggu ini.
"Kalau besok ketemu sama Tiwi, ngapain juga Aku pulang kampung buang - buang waktu aja, lagian sekarang bensin lagi mahal - mahalnya." gumamku setelah selesai memakan sarapan yang sangat nikmat itu. Kemudian Aku segera berdiri dari kursiku dan membayar sarapan yang sudahku makan tadi.
"Berapa buk?" tanyaku sambil mencari uang yang Aku lupa dimana letaknya.
"Ada tambahnya dek?" Ibu itu kembali bertanya sambil membereskan meja dimana aku makan tadi.
"Gak ada buk, ehh ada kerupuk satu" Aku yang sedikit lupa langsung menyanggah ucapanku sendiri karena keasikan chattingan dengan Tiwi tadi.
"6000 aja dek" ucap Ibu itu, dengan porsi yang cukup banyak dan harga semurah itu bagaimana mungkin dagangannya tidak habis, apalagi rasanya yang sangat memanjakan selera.
"Ini buk" Aku memberikan uang kertas 10 ribu yang aku temukan di dalam saku kecil pada tas ranselku.
"Terima kasih dek"ucapnya sambil memberikan kembalian dengan 2 lembar uang kertas 2 ribu rupiah.
"Sama sama buk" balasku dan melanjutkan perjalanan menuju Kampus.
Setelah Aku sampai di kampus, Aku melihat ada seorang laki - laki yang terlihat tidak suka denganku. Dia menatap cukup tajam ke arahku namun tak Aku hiraukan. Sambil melihatnya dengan ekor mataku, sepanjang aku melangkah Dia selalu menatapku dengan penuh kebencian, entah apa yang salah pada diriku sampai - sampai ada orang yang memandangku dengan tatapan seperti itu. Namun Aku mulai menghiraukannya, lagian Aku tidak kenal dengannya.
Kemudian aku masuk menuju ruangan kelasku sambil menunggu Dosen datang. Di dalam kelas Aku kembali terpikir tentang laki - laki yang memandangiku dengan tatapan penuh kebencian itu. Aku merasa wajahnya yang tidak asing bagiku, Dia yang aku rasa satu angkatan denganku namun sangat jarang berkominikasi denganku bahkan tidak pernah sama sekali.
"Kenapa dia melihatku dengan tatapan seperti itu ya?" gumamku didalam hati sambil memperhatikan dosen yang sedang menjelaskan materinya di depan kelas. Aku masih penasaran siapa namanya dan apa sebabnya melihatku seperti itu. Tiba - tiba saja pikiranku tertuju pada Tiwi.
"Apa mungkin cowok itu salah satu orang yang ingin dekat dengan Tiwi ya?" pikirku yang dari tadi sibuk menggambar tidak jelas di bagian belakang buku catatanku.
"Bisa jadi iya sih" tidak tau aku harus berbicara dengan siapa, otakku bercakap - cakap dengan sendirinya tanpa henti.
Setelah cukup lama otakku berseteru tentang sosok laki - laki dengan tatapan seram itu tanpa disadari jam kuliah tambahan pun telah usai.
"Baik anak - anak, perkuliahan hari ini kita cukupkan dulu. Sampai jumpa kembali" ucap Dosen yang terkenal sangar di Prodiku itu.
"Baik buk" sorak mahasiswa dengan kompak memenuhi kelas itu.
Kemudian kami pun berbondong - bondong keluar dari ruangan kelas dengan tertib. Aku langsung saja menuju parkiran motor untuk kembali menuju kosan karena Aku tidak cukup banyak teman di kampus ini, karena Aku lebih suka menghabiskan waktuku di kamar kos di bandingkan berkumpul dengan teman - teman mahasiswa yang lain. Namun sebelum menuju kos aku mencoba untuk berputar melewati bukit tempat aku biasanya duduk untuk menenangkan diri. Ketika melewati tempat itu, aku melihat tidak ada orang sama sekali. Mungkin saja karena rumputnya masih basah sebab hujan deras kemarin.
Karena tidak ada satu orang pun , aku langsung saja memacu motor maticku menuju kos dan sebelumnya aku berencana untuk membeli lauk untukku makan nanti siang, agar sesampainya di kos Aku tidak akan pergi keluar lagi.
Malam pun tiba, kami bertiga yaitu Aku, Robi, dan Ismad berencana untuk menonton film horor lagi setelah sekian lama tidak menonton dan Aku ingat - ingat kalau terakhir kali itu ketika kami masih berada di asrama.
"Bi, nonton film horor yuk" ajak Ismad kepada Robi sambil membuka laptopnya dan mencari film yang akan di tonton.
"Boleh juga mad, kamu ikut ga rel?" Robi yang masih dalam keadaan berbaring mengajakku untuk menonton bareng sedangkan aku sedang sibuk dengan ponsel dan bersandar di tembok bersebelahan dengan kasurku.
"Janji ga kabur lagi ya bi?" ejekku mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu di asrama bersama Reza.
"Hahahahah... Enggk lah rel, ngapain juga kabur" Robi tertawa mengingat kejadian memalukan sekaligus menyeramkan itu.
"Iya nih, Robi pasti ntar kabur tuh" timpal Ismad memotongnya sambil mentertawai Robi yang terkenal penakut di antara kami.
"Kita liat aja nanti siapa yang sebenarnya penakut" ucap Robi yang langsung bangkit dari tidurnya dan bersiap - siap untuk menonton.
"Oke siap" ucapku dan Ismad tanpa di sadari kami mengucapkannya secara bersamaan.
Ismad yang dari tadi sibuk mencari film yang ingin ditonton sepertinya tak kunjung menemukannya.
"Lah, kemana filmnya?" ucap Ismad krasak krusuk mencari filmnya pada laptop merk HP itu.
"Kenapa mad?" ucapku melihat ismad yang terlihat panik sambil menatap ke setiap sisi layar laptopnya dengan jarak yang cukup dekat.
"Gak tau nih, perasaan tadi filmnya udah aku simpan ke dalam folder. Kok tiba - tiba bisa gak ada ya?" Ismad terheran - heran karena film yang Dia download tadi tidak di temukan juga. Matanya terus melotot ke arah laptop tanpa berkedip sedikitpun dengan kecerahan layar maksimal.
"Yahhh.. Gk jadi nonton dong" ucap Robi yang terlihat berpura - pura kecewa padahal sangat lega karena tidak jadi menonton film horor.
"Aalaaaahhhh kamu bi, bilang aja kamu senang gak jadi nonton film horor" ucapku kemudian menuju ke arah Ismad dan melihat ke layar laptopnya, siapa tau Aku bisa membantu menemukannya.
"Siapa juga yang senang, udah jelas Aku kecewa gak jadi nonton horror" Robi yang berbicara sambil menahan tawa itu, membuat wajahnya menjadi kemerahan.
"Awas kamu bi, Aku cari sampai ketemu filmnya"ucap Ismad tanpa menoleh ke arah Robi yang masih saja menahan tawa karena kegirangan tidak jadi menonton film horor.
"Cari aja sampai dapat , Aku gak takut kok" ledek Robi dan kemudian Dia kembali ke posisi tiduran dengan ponsel tepat di depan wajahnya yang berjarak hanya sekitar 10 cm.
Setelah sekian lama mencari di setiap folder, namun tidak ada hasil sama sekali. Kami pun memutuskan untuk mengurungkan diri menonton pada malam itu.
"Sepertinya dewi keberuntungan berpihak kepada Robi hari ini" ucap Ismad sambil menutup laptop dan memasukkannya kembali ke dalam tas laptop miliknya.
"Iya mad , besok kamu ulang download aja." ucapku sambil melihat robi yang ternyata sudah tertidur selama kami sibuk mencari film tadi."Owalah sudah tidur aja nih bocah".
Kemudian Aku kembali menuju kasur dan kembali berbaring dengan posisi menghadap ke arah tembok. Terlihat pada ponselku jam telah menunjukkan pukul 21.46 WIB, Aku yang tidak tau ingin melakukan apa. Memutuskan untuk segera tidur mengingat besok akan bertemu dengan Tiwi untuk membuat tugas bersama. Sekitar 15 menit aku menatap layar ponselku, tak terasa mataku sudah terasa cukup berat dan memutuskan untuk langsung tidur dengan posisi ponsel aku letakkan di samping kanan kepalaku.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments