Beberapa hari pasca terjadinya tabrakan antara aku dan Tiwi, tiwi terlihat seperti enggan untuk menatapku, entah karena dia salting atau memang tidak suka denganku. Sepanjang hari aku memikirkan bagaiman kalau saja tiwi membenciku perihal kejadian itu, sungguh hal ini sangat membuat aku kacau. Namun disela lamunanku, kemudian ponsel pintarku berbunyi tanda adanya pesan masuk. Tapi aku berfikir " alaaahhh, palingan dari operator"gumamku karena aku tau tidak ada orang ataupun teman yang bakalan chattingan denganku. Sesepi itu ponselku pada saat itu selain notifikasi dari grup kelas atau angkatan. Tapi karena aku penasaran, aku mencoba untuk melihat pesan dari siapa yang masuk. Ternyata nomor baru yang berisikan :
"Assalamualaikum, benar ini nomor farel?
Aku Tiwi teman sekelas Kimia kamu, kebetulan kemaren kata ibu dosen kita ada jam tambahan karena farel yang jadi ketua kelas , jadi tiwi mau nanya hari apa dan dimana kita melaksanakan perkuliahannya?"
ketikan pesan yang membuat aku terpaku, karena tidak aku sangka - sangka Tiwi yang aku pikir tidak ingin berinteraksi denganku lagi tiba - tiba mengirim pesan walaupun hanya menanyakan tentang perkuliahan. Seketika aku balas pesan itu dengan perasaan gugup dan gembira. Jantungku yang berdebar dan jariku yang gemetaran mengetik pesan, membuat ketikan ku Typo yang membuat aku harus menghapus dan mengetik kembali. Setelah aku rasa sudah selesai untuk mengetiknya , kemudian dengan jantung yang masih tidak karuan langsung saja aku tekan tombol kirim dan menunggu apa hasil selanjutnya.
Setelah beberapa menit aku mengirim pesan itu, balasanpun aku terima dari Tiwi yang berisikan "makasi ya rel atas infonya" dan kemudian aku balas "sama - sama tiwi". Setelah pesan terakhir itu aku langsung menyimpan nomornya agar nantinya jika dia membuat story Whatsapp aku mempunyai alasan untuk chattingan dengannya.
"duuhh, simpan dulu lah nomornya tiwi" ucapku dalam hati sambil mengetik namanya dengan tulisan TIWI, aku sengaja menulisnya dengan huruf besar karena dia memiliki arti yang cukup besar dalam hidupku. Terkesan sedikit lebay , namun memang seperti itulah yang aku rasakan.
Hari ini kebetulan aku tidak ada jadwal kuliah dan hanya bermalas - malasan dikamar kos, namun robi dan ismad sepertinya ada jadwal kuliah karena pada saat itu aku hanya sendirian saja. Sambil jari jempolku sibuk menggeser - geser layar ponsel, tiba - tiba aku melihat sebuah postingan foto tiwi yang membuat jariku tak sabaran ingin mengomentarinya. Perasaan yang campur aduk karena dilema untuk mengomentari foto itu, aku dengan tekad yang kuat langsung saja mengetik komentar :
"ini dimana ya?"aku yang berpura - pura bertanya padahal aku sudah tau kalau foto yang ia posting berada ditempat tertinggi kampusku ini.
Cukup lama tiwi tidak membalas pesanku, aku yang terus menunggu balasan pesan darinya berpikir kalau mungkin saja dia ada kuliah atau tugas yang sedang dikerjakan. Namun tak lama waktu berselang, akupun menerima balasan dari tiwi.
"ehh, ini dibelakang fakultas kedokteran rel" balasnya sekitar 10 menitan aku mengomentari story nya tadi.
"owhh bagus ya tempatnya" aku yang sudah siap siaga selalu dilayar ponsel untuk membalas pesan dari tiwi.
"iya rel, aku suka tempat - tempat yang sejuk kayak gini" balasnya tak sampai 1 menit. Aku pikir dia tidak merasa terganggu dengan keberadaanku. Aku yang mencoba mencari kesamaan dengannya, kemudian membalas.
"kok sama kita ya, aku juga suka tempat - tempat sejuk kayak pemandangan gitu wi" balasku yang mulai bersemangat berbalas pesan dengannya.
"ehh iya iya, bagus dong" balasnya seperti memberikan aku sebuah kode, secara aku merupakan seorang pria yang sangat paham akan kode - kode dari wanita.
"lah kok bagus?" jawabku pura - pura bertanya.
"yaa bagus aja" singkatnya yang sepertinya dia kebingungan mau membalas apa.
"kirain bagus karena kita bisa bareng - barengan kesananya🤭" balaskan dengan emoticon yang seolah - olah memberikannya kode kalau aku ingin sekali pergi berdua dengannya.
"aduuhh, maksudnya rel?" dia yang juga berpura - pura tidak mengerti apa maksud dari pesanku barusan, mencoba mengalihkan pertanyaan.
"oh iya rel , aku ngerjain tugas dulu ya" potongnya sebelum aku membalas pesan yang sebelumnya.
"oke tiwi, semangat ya" aku yang mencoba lebih akrab memberikan dia semangat walaupun hanya lewat pesan.
"☺️" balasnya dengan emoticon yang memiliki sejuta makna, entah itu dia yang deg degan , tidak suka , atau senang ketika menerima semangat dariku.
Setelah berbalas pesan melalui whatsapp dengan tiwi, aku yang menjadi overthinking karena balasan emoticon trakhir yang dikirimnya. Menjadi tidak tenang namun mencoba untuk berpikir jernih, "walau bagaimana pun aku akan membuktikan kalau tidak ada wanita yang tidak mungkin bisa aku dapatkan" gumamku dengan yakin kalau hatinya tiwi akan aku dapatkan.
Ketika kelas tambahan itu datang , kalau tidak salah itu tepat dihari minggu pagi. Aku yang tau kalau angkot atau bus kampus sangat sepi, tiba - tiba aku kepikiran untuk mengajak tiwi pergi kuliah bersama.
"Tiwi, pergi kuliah bareng yok" ajakku melalui pesan Whatsapp tanpa basa - basi.
"waduuh rel, aku sama angkot aja gapapa kok" balasnya seperti segan atau memang tidak mau untuk menaiki motor bututku ini.
"kamu lupa ya kalau sekarang hari minggu dan angkot untuk ke kampus susah" aku menjelaskan sekaligus memaksa dia untuk mau pergi bersama denganku.
"ohh iya ya, aduhh gimana ya. Aku ga biasa boncengan sama cowok rel" dia memang terlihat seperti wanita polos membuatku yakin kalau tak banyak cowok yang pernah memboncengi dia.
"udah santai aja , aku langsung kekos kamu ya wi" aku yang langsung tancap gas tanpa menunggu balasan pesan dari tiwi karena sebelumnya aku sudah tau dimana kos tiwi dan tidak perlu untuk menanyakannya lagi. Sekitar 10 menit jaraknya dari kos ku, tibalah aku didepan gerbang kos tiwi.
"wi , aku udah didepan" jariku menari - nari di atas keyboard ponsel karena sangat bersemangat ingin pergi bareng dengan tiwi.
"iya rel, bentar aku turun" jawabnya " okey " balasku singkat, sambil menunggunya aku memperhatikan sekeliling karena kos - kosan yang ditempati tiwi bisa dibilang cukup elite.
"pasti anak orang kaya ni anak" gumamku sambil mengamati kos - kosan yang ditempati tiwi.
Tidak lama aku menunggu tiwi datang dengan baju berwarna biru dongker dan celana jeans hitam yang membuat aku tidak bisa berkedip saat melihat kecantikannya pada saat itu.
"apakah tiwi sengaja dandan secantik ini untukku?" gumamku sambil memperhatikannya dari atas sampai kebawah yang membuat aku ternganga.
"hey rel, kok bengong" tiwi mengejutkanku yang sudah terdiam memperhatikannya dengan sedikit melambaikan tangannya kearahku.
"ehh ehhh...iiii iiyaa wi, kita mau kemana?" tanyaku bingung.
"kuliah dong rel, kan ada kelas tambahan" jelasnya dengan nada yang sedikit tinggi seperti orang sedang menjelaskan sesuatu.
"ohh iya aku sampai lupa, kirain mau pergi nonton bioskop. Soalnya kamu beda hari ini" rayuku yang membuat wajahnya menjadi semakin merah karena bedak yang dia gunakan tidak terlalu tebal.
"kamu ini ada ada aja rel" tiwi yang terlihat seperti sedang menahan malu menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah itu.
"ya mana tau kan, yaudah yok naik" ajakku sambil menyuruhnya naik keatas motorku.
"yaudah yok" singkatnya kemudian perlahan menaiki motor bututku itu.
Selama diatas motor Tiwi yang memberikan jarak cukup jauh membuat aku tidak merasakan keberadaannya.
"wi , masih dibelakang kan? " teriakku karena angin sangat kencang pada saat itu.
"masih rel ,emang aku terbang kemana" balasnya sedikit bercanda.
Tiba - tiba disaat kami sibuk berbicara, terdapat lobang yang cukup besar didepanku yang membuat aku tak sengaja menekan rem secara mendadak. Tentu saja hal ini membuat tubuh tiwi dan aku berdempetan, namun tanpa disengaja tangan tiwi reflek memeluk tubuhku selama beberapa detik yang membuat aku terkejut sekaligus bahagia.
"ehhh, kenapa rel" tiwi yang masih menempel dipunggungku belum bergerak sedikitpun, mungkin saja dia masih panik atas kejadian itu atau mungkin memang nyaman.
"iii iinni ada lobang wi, untuk aja kita ga masuk kelobangnya" jelasku sambil memperlihatkan lobang yang cukup besar membentang ditengah jalan.
"wihh besar juga ya lobangnya" tiwi yang mulai menyadari kalau tubuhnya menempel dengan tubuhku mulai memperbaiki posisi duduknya dan memberikan jarak kembali.
"kenapa ga lama - lama sih wi" gumamku karena merasa hanya sebentar saja kejadian itu terjadi.
Kemudian aku melihat kaca spion dan melihat wajah tiwi yang memerah dengan raut wajahnya terlihat sedikit senyuman itu, membuat aku berpikir kalau tiwi merasakan nyaman saat berada dipelukanku itu.
"wi , kamu gapapa kan?" tanyaku sebelum memutar gas motorku untuk melanjutkan perjalanan.
"hmmm gapapa kok rel" jawabnya gugup seperti ada yang sedang dipikirkan.
"yaudah kita lanjut jalan ya" lanjutku dan mulai memutar gas yang berada ditangan kanan itu.
"oke rel" balasnya singkat.
Sesampainya kami dikampus , terlihat teman - teman yang lain sudah menunggu didepan kelas dimana kami akan melaksanakan kelas tambahan. Aku yang sedang berjalan dengan tiwi tiba - tiba beetemu dengan putri yang dari tadi sendirian saja duduk dilorong kelas seperti gembel yang sedang menunggu pemberian dari orang.
"eehhemm" putri mendeham ketika melihat aku dan tiwi berjalan beriringan.
"eh put, ngapain duduk disitu?" tanyaku melihat kearah putri yang duduk dilantai lorong itu.
"mau mintak sedekah rel, ya nungguin dosen lah." jawabnya seperti orang yang kesal.
"hehehe iya maksudanya ngapain duduk diatas lantai gitu put, kan masih ada tempat yang lain" jawabku sembari mengajak putri untuk mencari tempat duduk.
"aku kedalam kelas dulu ya rel" ucap tiwi yang terlihat kesal karena aku sibuk berbicara dengan putri itu.
"eh barengan sama aku aja wi" ajakku namun tiwi sudah berjalan menuju ruang kelas.
Melihat tiwi yang tidak mengacuhkanku saat mengajaknya barengan, tiba - tiba menoleh kearah putri.
"ikutin dia rel" pinta putri yang mengerti perasaan seorang wanita dan menyuruhku untuk mengikuti tiwi. Aku hanya mengangguk dan langsung mengikutinya kedalam kelas. Dia yang tadinya terlihat bahagia tiba - tiba memasang wajah yang datar tanpa ekspresi setelah melihat aku berbicara dengan putri tadi.
"ada apa wi?" tanyaku pelan sambil duduk disampingnya.
"gapapa" singkatnya kemudian berpaling memunggungiku.
aku yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi merasa kebingungan harus berbuat apa dan terus menanyakan apa yang sedang dia alami saat ini.
"kamu kenapa wi, kok tiba - tiba berubah? Aku ada salah ya?" aku yang mulai panik terus meminta tiwi untuk menjelaskan apa yang dia rasakan.
"kayaknya ga cukup satu ya rel?" ucapnya yang membuat aku semakin kebingungan atas apa yang dia sampaikan.
"cukup satu maksudnya apa wi, aku makin bingung" tanyaku lagi karena aku tidak tau apa maksudnya.
"udahlah lupain aja rel, aku gapapa kok" tiwi mencoba untuk menyembunyikan apa yang dia rasakan dan tersenyum kearahku menunjukkan ada sesuatu yang dia sembunyikan.
Karena tiwi tidak kunjung memberikanku jawaban yang membuat aku puas, membuat aku semakin kebingungan dan pergi keluar menemui putri.
"put , itu tiwi kenapa tiba - tiba badmood gitu? tanyaku khawatir akan tiwi.
"palingan cemburu rel" jelas putri sedikit mengangkat alis bagian kanannya, karena dia tau apa yang dirasakan wanita.
"apa? Cemburu sama siapa dia?" aku yang kaget karena dari tadi aku hanya berduaan dengannya saja.
"sama aku maybe" singkat putri yang sangat yakin kalau tiwi cemburu saat aku berbicara dengannya tadi.
"lah kok bisa cemburu sama kamu put?" aku yang masih heran terus bertanya hingga mendapatkan jawaban yang bisa membuatku lega.
"yaiyalah , cewek itu bisa cemburu sama siapapun termasuk sama ibumu sendiri" jelas putri tentang rahasia cewek yang sama sekali belum aku ketahui.
"waduuuhhh.. Jadi aku harus gimana dong put?" aku semakin panik karena tau kalau tiwi sepertinya cemburu dengan putri.
"ya kamu jelasin aja kalau kamu sama aku ga ada apa - apa rel" putri mengambil ponselnya sepertinya ada pesan masuk.
"okedeh kalau gitu, aku kedalam dulu ya" aku segera menuju kedalam kelas menuju tiwi yang masih saja membaringkan kepalanya diatas meja dengan beralaskan totebag miliknya.
Perlahan aku menuju kearah tiwi dengan perasaan gugup dan mmbercampur dengan perasaan bersalah karena tidak tau kalau tiwi akan cemburu ketika aku berbincang dengan putri.
"wi , kamu masih marah ya sama aku" dengan nada sedikit rendah aku bertanya kepada tiwi , namun tiwi hanya diam tanpa menjawab dengan sepatah kata pun.
"tiwiiii... Aku minta maaf kalau udah buat kamu cemburu" langsung saja aku menjelaskan kalau dia pasti sedang cemburu yang membuat tiwi berbalik arah dan melihat kepadaku.
"apaan sih rel, cemburu? Cemburu kenapa? Kan kita bukan siapa - siapa" perkataan yang membuat aku terdiam dan membuat dadaku sesak menyerang seperti sebuah belati yang menghujam tepat didadaku. Cukup lama aku terdiam dan kemudian membalas pernyataan yang dilontarkan tiwi itu.
"hmmm... Iyaa wi" jawabku menahan rasa sesak yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya kemudian pergi meninggalkan tiwi menuju kamar mandi.
Setibanya di kamar mandi, tanpa sengaja aku menjatuhkan air mata yang mulai perlahan mengalir dipipi yang semakin lama semakin deras.
"kayaknya selama ini hanya aku yang menginginkannya, apa harus aku sudahi saja untuk mengejarnya" gumamku seiring dengan derasnya air mata yang jatuh dipipiku.
"memang benar yang dia katakan, kalau kita bukan siapa - siapa. Untuk apa juga dia cemburu kepadaku, mungkin saja dia memang ada masalah lain, namun aku dengan pedenya mengatakan kalau dia cemburu kepadaku" pikiranku benar - benar kacau saat itu, semua argumen aku lontarkan untuk diriku sendiri sehingga membuat kepalaku menjadi sakit.
Setelah aku pikir sudah merasa sedikit tenang , aku membasuh wajah untuk menyamarkan sisa - sisa tangisanku tadi. Kemudian pergi menuju kelas tanpa menyapa tiwi lagi. Aku duduk berjauhan dengan tiwi dan putri pun juga cukup jauh dariku Tanpa adanya percakapan antara kami, perkuliahan berjalan tanpa ada sedikitpun yang aku serap. Otakku terus berpikir apa yang harus aku lakukan setelah ini, apakah aku terus mencoba mendekati tiwi atau berhenti sebelum aku mengetahui apa yang sebenarnya dia rasakan. Semuanya bercampur aduk didalam kepalaku, namun tidak terasa perkuliahan akan berakhir dengan kata perpisahan dari dosen.
"perkuliahan kita akhiri sampai sini dulu ya anak - anak, untuk tugas yang tadi dikumpul paling lama 1 minggu kedepan dan langsung diantar keruang bapak" ucap pak dosen sambil menutup laptop yang beliau gunakan dan memasukkannya kedalam tas.
"baik paaaaakk"sorak kami serentak.
Kemudian kami pun keluar meninggalkan kelas, aku menuju kearah parkiran sambil menunggu tiwi. Karena tadi kami pergi bareng tentu saja pulangnya juga barengan. Setelah sekitar 10 menit aku menunggu tiwi tidak juga muncul bahkan setelah kampus terlihat sangat sepi. Aku yang takut untuk mengirim pesan kepadanya memutuskan untuk balik sendirian menuju kos karena aku pikir tiwi pasti udah ada yang mengantar menuju kosnya.
"yaudahlah , palingan dia udah pergi sama orang lain" gumamku sambil memutar kunci motor dan menghidupkanya kemudian menuju kos. Dengan perasaan yang masih sangat sakit mendengar ucapan yang disampaikan tiwi tadi membuat aku tidak sadar kalau kami memang belum menjadi siapa - siapa.
Setelah kejadian itu, aku dan tiwi terlihat seperti orang asing yang tidak pernah bertemu sebelumnya, lebih kurang 3 hari kami tadi ada tegur sapa sampai pada akhirnya aku mencoba untuk memulai untuk mengirim pesan kepada tiwi. Dengan perasaan yang canggung, perlahan aku coba mengetik sebuah pesan untuk tiwi.
"wi , udah lama ya ga chattingan" aku membuka percakapan dengan sedikit perasaan gugup karena takut tidak dibalas.
"eh iya" singkatnya yang membuat aku bingung mau manjawab apa.
"ganggu ya wi?" basa - basi ku untuk mencairkan suasana yang cukup tegang itu.
"engga" tiwi tetap saja menjawab dengan singkat.
"boleh nanya ga wi?" tanyaku membuat suasana kembali menjadi tegang.
"boleh ,tanya aja" masih saja pada sikap yang dia suguhkan diawal tadi.
"daripada menjadi tanda tanya aja untuk aku, aku mau kamu jujur. Entah ini akan menjadi pesan terakhir atau menjadi awal dari segalanya aku ga tau, jadi sebenarnya kamu merasa terganggu ga dengan kehadiran aku selama ini?" tanyaku dengan penuh rasa cemas kalau tau - tau dia menjawab jika kehadiranku membuat dia merasa terganggu.
Sekitar 10 menit tidak ada balasan darinya, hal ini membuat pikiranku semakin kacau dan berpikir kalau ini adalah jawaban yang sebenarnya. Aku yang sudah merasa putus asa dengan perasaan ini kemudian meletakkan ponselku tepat disebelah kasur dan posisi charger masih terpasang pada ponsel milikku. Kemudian aku mencoba menutup mataku berniat ingin beristrahat karena sudah terlalu lelah memikirkan segala hal yang sudah terjadi, tiba - tiba ponselku kembali berbunyi.
"tinong tinong" nada ponselku berbunyi menandakan ada pesan yang masuk.
Dengan perasaan yang campur aduk, perlahan aku membuka kunci layar dan melihat pesan yang dibalas tiwi.
"jujur rel, selama kamu ada. Aku merasa kembali menemukan jati diriku lagi, aku bisa tertawa lepas dan tersenyum sepanjang hari ketika pesanmu muncul dinotifikasi layar ponselku. Tapi semua itu berubah ketika aku tau kamu tidak seperti yang aku bayangkan." tiwi yang menyampaikan pesan sepotong - sepotong itu, membuat aku menjadi bingung.
"gimana aku wi?"aku yang bingung kembali bertanya.
"aku kira, kamu menganggap aku lebih. Namun nyatanya aku sama seperti wanita lain yang kamu dekatin." tiwi yang mengirim pesan tidak langsung pada intinya kembali menimbulkan pertanyaan dibenakku.
"gimana sih wi? Aku ga ngerti."jawabku yang masih bingung dari semua pernyataan yang disampaikan tiwi.
"gini aja deh , biar kamu ga bingung. Kamu ada hubungan apa sama putri?"pertanyaan yang membuat aku tersenyum sekaligus kaget. Karena aku yakin berarti tiwi cemburu dengan putri.
"owalah tiwi... Aku sama putri cuman teman yang ga sengaja ketemu waktu mau pulang ke asrama dulu, ga ada yang spesial dari kami kok , kamu boleh tanya langsung sama dia atau kamu mau liat langsung chat aku sama dia" jelasku panjang lebar untuk membuatnya yakin kalau kami hanya sekedar teman.
"kamu yakin kan rel" tanya tiwi sedikit ragu.
"iya tiwi, ngapain juga aku bohong." aku yang merasa sedikit lega , karena berpikir kalau tiwi sudah mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
"oke deh kalau gitu, aku harap kamu ga bohong" balasnya seperti masih ragu atas apa yang sudah aku ketik panjang lebar itu.
"siaapp.. Jadi, kita bisa kayak biasa lagi kan wi?" pintaku yang masih tetap ingin dekat dengannya.
"hmmm..iya rel" singkatnya yang membuat aku merasa sangat lega.
Dengan penjelasan yang sudah cukup panjang aku sampaikan kepada tiwi, hubungan kami semakin hari semakin hangat. Hampir setiap hari kami pergi bareng menuju kampus dan tiwi sama sekali tidak merasa keberatan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments