"Kriiiinngg...kriiiinnngg" nada dering ponsel yang cukup keras membangunkan aku yang masih mengantuk. Dalam keadaan mata masih tertutup, aku mencoba meraih dimana ponsel aku letakkan. Aku meraba seluruh tempat dimana sumber bunyi itu berasal.
"hhooaaammmm" aku yang masih mengantuk, terus saja mencari dimana letak ponselku itu dengan mempedomani suara deringannya, hingga pada akhirnya aku menemukannya dan perlahan membuka mata. Setelah tau siapa yang meneleponku pagi ini, langsung saja membuat aku membuka mata walaupun masih merasa mengantuk.
"Hallo, assalamualaikum" ucapku masih dalam keadaan berbaring dengan mata yang terasa cukup berat.
"waalaikumsalam, rel" balasnya dengan nada yang sangat lembut.
"iya wi, ada apa pagi - pagi gini udah nelpon?" aku yang tidak sadar kalau sekarang sudah pukul 10.23 WIB, menyangka kalau sekarang masih sangat pagi.
"pagi apaan rel, udah hampir jam 11 ini, kamu baru bangun ya?" ucap tiwi dengan nada yang mulai sedikit berubah karena tau kalau aku baru bangun tidur jam segini.
"astaga, kamu serius wi?" aku yang terkejut kemudian melihat jam pada sudut kiri layar ponselku dan ternyata memang benar sudah hampir pukul 11 siang.
"ngapain juga bohong" ucap tiwi sedikit kesal.
"waduuhh, aku kira masih jam 7 loh wi, oh iya nanti kita jadi ya bikin tugas bareng?" aku berusaha bangkit dari tidurku walaupun mataku masih sangat mengantuk, aku baru sadar kalau tadi malam aku terbangun sekitar jam 1 dan baru akan tertidur menjelang subuh.
"jadi dong rel, ini aku udah siap - siap mau berangkat kesana, palingan jam 1 aku udah sampai kok." ucapnya dengan nada yang sangat bersemangat. Aku yang mendengar perkataan itu, juga mulai ikut bersemangat.
"oke deh wi, ntar kalau udah sampai kamu kabari aku ya" ucapku mencoba untuk lebih perhatian dengannya.
"siap pak farel" ucap tiwi seolah - olah sedang berhadapan dengan seorang komandan.
"hahahah, pakai pak segala nih. Kamu hati - hati yaa" aku tertawa mendengar ucapan tiwi yang membuat pagi itu menjadi indah.
"iya farel, kamu jangan tidur lagi ya" balasnya dengan nada yang sedikit terlihat manja dan membuatku menjadi gemas.
"heehe.. Iya iya tiwi, aku udah duduk kok ini, mau siap - siap buat mandi juga" ucapku sambil tersenyum tipis.
"yaudah mandi gih sana, aku juga mau berangkat" ucapnya karena sudah ingin berangkat.
"oke tiwi, assalamualaikum" ucapku mengakhiri telepon bersama tiwi di pagi itu.
"waalaikumsalam" balasnya sambil menekan tombol merah pada layar ponsel.
Setelah cukup lama perbincangan aku dan tiwi via telepon itu, membuat pagiku menjadi bersemangat walaupun malamnya aku kurang tidur. Perlahan aku bangkit dari tempat tidurku, memulai merapikan tempat tidur sembari membersihkannya dengan kain sarung yang aku gunakan untuk tidur. Aku rasa sudah cukup bersih, kemudian aku melanjutkan ke kamar mandi. Karena jam sudah menunjukkan pukul 12 dan tiwi akan sampai sekitar pukul 1 , maka aku masih ada waktu cukup lama sekitar 1 jam lagi. Setelah aku selesai mandi kemudian aku menggunakan baju yang cukup rapi pada hari itu, supaya kencan yang berkedok membuat tugas ini semakin indah. Aku baru menyadari kalau ismad dan robi ternyata tidak ada didalam kos.
"pantesan kos kosan rasanya sepi ya, ternyata robi dan ismad ga ada dikos" gumamku sambil merapikan kancing baju yang tersisa 1 lagi dibagian dada. Karena sadar robi dan ismad tidak ada di kos, langsung saja aku mengirim pesan kedalam grup whatsapp yang berisikan aku, ismad dan robi saja.
^^^"bi, mad kalian dimana? Kok ga ada dikos?"^^^
Karena tidak ada jawaban dari mereka, aku terus saja bersiap - siap untuk bertemu dengan tiwi. Disaat aku sedang bersiap - siap, terasa perutku mulai keroncongan, ya aku memang belum makan sejak tadi malam. Aku berpikir apakah aku makan duluan atau makan bareng dengan tiwi nanti.
"makan sekarang apa nanti ya?" gumamku yang sudah selesai dan bersiap - siap ingin berangkat.
"makan roti dulu aja kayaknya"gumamku lagi sambil mengunci pintu kos dan bersiap menuju ke warung untuk membeli roti. Ketika lagi enak - enaknya makan roti, ponselku berdering.
"tinuuuuunngg" nada sebuah pesan masuk. Aku langsung saja melihat pesan dari siapa yang masuk.
"rel, aku sudah sampai di kos. Kamu mau jemput aku sekarang ?" pesan dari tiwi yang membuat aku segera saja menghabiskan roti yang masih tersisa setengahnya.
"iya wi, sekarang aja aku kesana. Aku otewe ya" aku membalas pesan tiwi disaat mulut aku begitu penuh dengan roti yang tersisa setengah hanya dengan sekali lahap. Tanpa aku sadari aku lupa untuk membeli minuman.
"oke rel, aku tunggu" balas tiwi dengan singkat.
Setelah menerima pesan dari tiwi, aku langsung saja membayar roti yang sudahku makan dan tancap gas menuju kos - kosannya tiwi. Mulutku dalam keadaan masih mengunyah roti yang tidak kunjung habis karena terlalu banyak, aku terus berusaha menelannya. Setelah dirasa habis, aku memacu kecepatan motorku dengan lebih cepat dan setelah sekitar beberapa menit tibalah aku didepan kos - kosannya tiwi. Ternyata tiwi sudah menungguku didepan kosnya dengan pakai sederhana namun terlihat indah dimataku. Kemeja oversize berwarna biru langit dipadu dengan jilbab berwarna hitam serta jeans hitam membuat mataku bergidik melihat dari atas hingga kebawah.
"waaaawww, cantik bener kamu neng" gumamku melihat tiwi perlahan menuju kearahku. Bibir tipis dengan lipstick berwarna merah muda itu membuat wajahnya terlihat begitu cerah walaupun bedak yang dia gunakan tidak begitu tebal karena warna kulitnya yang memang dari sananya tidak gelap membuat aku terus menatapnya.
"relll....reelll....reelll" tiwi memanggilku entah berapa kali sambil melambaikan tangannya kearahku. Mungkin dia tau kalau aku sedang bengong melihatnya.
"eeehh ehh.. Iii iiiyyaa wi"ucapku gugup baru sadar bahwa aku habis ngelamun.
"kamu kenapa rel?" tiwi bertanya heran namun terlihat wajahnya memerah. Aku yakin dia tau kalau aku sedang memperhatikannya.
"eeengg eenggakk papa wii" aku yang masih gugup langsung saja menyuruhnya naik ke atas motorku."ayuukk kita pergi wi".
"yaudah yook" ucap tiwi dan menaiki motorku.
Setelah dirasa siap, aku mulai memacu motorku dengan kecepatan sedang karena aku sudah tau apa yang tidak disukai tiwi. Didalam perjalanan tidak begitu banyak percakapan diantara kami, hanya beberapa kali dan itupun hanya untuk membuat suasana tidak begitu tegang.
"kita bikin tugasnya dimana ya wi" tanyaku kepada tiwi sambil terus mengendarai motor dengan penuh hati - hati.
"di cafe tempat biasa kamu nongkrong aja" ucap tiwi menerka - nerka apakah aku suka nongkrong dicafe.
"apa?? Tempat biasa aku nongkrong? Kayak anak tongkrongan aja aku. Mana ada aku nongkrong - nongkrong gitu tiwi" jawabku kaget tiba - tiba saja tiwi mengatakan itu kepadaku.
"iya kah rel?" tiwi terlihat mengerjaiku dan seperti sedang mengujiku.
"iya tiwi, ngapain nongkrong - nongkrong ga jelas ngabisin duit aja" ucapku untuk meyakinkan tiwi kalau aku memang tidak terlalu suka untuk menongkrong apalagi di cafe.
"yaudah kalau gitu kita duduk dicafe dekat kampus aja, tempat anak - anak kampus biasa bikin tugas."ajak tiwi.
"oke deh kalau gitu" ucapku langsung menuju ke tempat yang dimaksud tiwi.
Sesampainya kami dicafe tersebut, aku segera memarkirkan motor dan melihat cafe terlihat cukup sepi karena akhir pekan. Dimana biasanya para mahasiswa masih berlibur atau pulang kampung. Hanya beberapa motor saja yang terparkir diarea cafe itu. Kemudian kami segera mengambil tempat duduk agak pojokan karena tidak ingin menjadi pusat perhatian.
"disini aja ya wi" ucapku kepada tiwi menunjuk tempat duduk dimana kami akan mengerjakan tugas.
"iya rel, disini aja"jawab tiwi sembari meletakkan tas ranselnya diatas meja. Setelah dapat tempat duduk dengan meja yang cukup besar untuk kami berdua duduk dengan posisi saling berhadapan, tentu saja ini membuat aku bisa puas memandangi wajah cantiknya. Tanpa berlama - lama aku langsung saja mengeluarkan laptop, serta kertas double folio dan alat tulis untuk mengerjakan tugas, begitupun dengan tiwi. Sambil memperhatikan sekitar, kalau tau - tau ada yang melihat kami berdua. Tentu saja ini membuat aku dan tiwi merasa sedikit malu atau segan.
"wi , kamu belum ngerjainnya sama sekali ya?" tanyaku sambil memperhatikan wajah tiwi yang baru saja memulai membuat tugasnya.
"iya rel, kamu sudah banyak ya?" tanya tiwi sambil sesekali mencuri pandangan kearahku kemudian menundukkan wajahnya kembali ke arah kertas tugasnya. Entah apa yang membuat tiwi tidak berani berlama - lama melihatku.
"lumayan sih wi, kamu mau lihat tugas aku gak?" aku menawarkan tugasku untuk dilihat oleh tiwi sambil memberikan kertas tugasku itu.
"coba liat dikit - dikit aja deh rel, takutnya kalau aku salin semua kelihatan banget kalau aku nyontek ke kamu" tiwi meraih kertas tugasku dan mencoba untuk menyalinnya walaupun hanya sedikit.
"iya ga apa apa juga wi, kamu karang - karang dikit aja kata - katanya biar gak terlalu mirip" ucapku sambil membuka laptop yang sudah aku keluarkan tadi.
"oke deh rel" jawabnya dan kemudian menyalin tugasku itu.
Melihat tiwi yang sibuk membuat tugas, aku mencoba mencari jawaban yang lain karena tugasku belum sepenuhnya selesai.
Disela - sela aku mencari tugas dan membacanya , sesekali aku mencuri - curi pandangan ke arah tiwi yang terlihat sibuk menulis tugas dengan bibir yang sedikit manyun membuat dia semakin terlihat lucu dimataku. Sekitar lebih kurang setengah jam tiwi mengerjakan tugasnya dan aku pun sudah menemukan jawaban untuk ditulis pada lembar tugasku itu. Terlihat tiwi masih saja menulis.
"udah sampai nomor berapa wi" tanyaku kepada tiwi yang masih sibuk menulis dengan serius.
"tinggal 1 lagi kok rel" ucapnya sambil melihat kearahku. Terlihat tiwi tersenyum tipis setelah melihat kearahku yang membuat jantungku berdebar dan salah tingkah.
"kenapa senyum - senyum sendiri gitu wi?" tanyaku heran sekaligus malu setelah apa yang terjadi.
"engga apa apa kok rel, kamu lucu aja diliat - liat" senyum tipis itu membuat debar jantungku semakin tidak karuan. Aku tidak tau apakah tiwi merasakan hal yang sama atau tidak, yang jelas tiwi terlihat sangat bahagia.
"lucu gimana wi? Ada yang salahkah dengan pakaian aku, atau wajahku ada coretan?" aku yang bingung, karena aku merasa diriku tidak ada lucu - lucunya.
"yaaa lucu aja rel" ucap tiwi yang masih tersenyum namun masih tetap menulis.
"ada ada aja kamu wi, orang sesangar aku dibilang lucu segala" ucapku mesih memandangi tiwi dengan senyumanya itu.
"udah - udah, ntar ga jadi nih kita bikin tugas" tiwi yang tidak tau mau jawab apa, mengalihkan pembicaraan seolah - olah dia terlihat salah tingkah.
"iya - iya , kamu lanjut aja bikin tugasnya" ucapku kemudian melanjutkan searching film yang rencana akan aku tonton dikos - kosan nanti. Kemudian tiwi terus melanjutkan menulis tugasnya, namun beberapa saat ketika aku sedang melihat ke arah tiwi dan ternyata tiwi juga melihat ke arahku tiba - tiba jantungku berdetak begitu cepat. Sekitar 1 menit aku dan tiwi pandang - pandangan, dengan tatapan yang cukup dalam itu, aku merasa ada yang sedang disampaikan olehnya. Dalam tatapan yang cukup lama itu, tidak ada sepatah katapun kami lontarkan , aku dan tiwi hanya saling memandang ditambah dengan debaran jantung yang tidak tau kapan akan berhentinya. Aku pikir tiwi juga merasakan hal yang sama denganku. Setelah cukup lama aku dan tiwi saling bertatapan, aku kemudian mengalihkan kembali penglihatanku kearah laptop.
"duuuhhh wi, tatapanmu membuat jantungku ga karuan tau" gumanku dalam hati sambil melihat kearah laptop namum pikiranku terpaku kepada tiwi. Perlahan detak jantungku mulai terasa sedikit normal kembali.
"rel , aku udah siap nih" ucap tiwi kemudian memberikan kertas jawabanku.
"oke wi" aku meraih kertas itu sambil kembali melihat kearahnya dan begitupun tiwi.
"kita lanjut ngerjainnya ya" ajakku mengerjakan tugas kembali.
"yuk rel, tapi aku ga bawa laptop" ucap tiwi lemes, karena lupa bawa laptop dan tidak tau melihat jawabannya kemana.
"yaudah kita satu berdua aja, kamu duduk disini" jawabku sambil mengarahkan tiwi untuk duduk disebelahku. Entah ini hanya alasan tiwi untuk bisa duduk disampingku atau memang laptopnya tidak sengaja tertinggal. Aku yang merasa sedikit gugup duduk disebelah tiwi tidak berani untuk melihatnya dengan jarak yang begitu dekat dari sebelumnya.
Setelah sekitar beberapa menit aku dan tiwi duduk bersebelahan, tidak ada percakapan diantara kami karena sibuk untuk membuat tugas. Namun sesekali terlihat dari sudut mataku, tiwi mencuri - curi pandang kearahku dan itu sungguh membuatku cukup gugup. Disela - sela kami mengerjakan tugas disaat aku akan meraih tasku yang terletak disebelahnya tiwi, tidak sengaja aku menyenggolnya.
"duuhh, maaf wi ga sengaja" aku yang tidak sengaja menyenggol bagian bahunya merasa bersalah karena sudah menyentuhnya walaupun tidak begitu kuat.
"iya rel ga apa - apa kok, kamu udah siap?" ucap tiwi yang terlihat tidak merasa terganggu dengan senggolanku tadi.
"udah nih wi, kamu gimana?" tanyaku kembali sambil memperbaiki kembali posisi dudukku karena tadi ketika akan mengambil tas yang berada disamping tiwi membuat kursiku ikut bergeser.
"sedikit lagi rel" ucap tiwi sambil lanjut mengerjakan tugasnya.
Tidak terasa kalau jam sudah menunjukkan pukul 16.20 WIB. Terlihat langit mulai terlihat mendung dan sudah perlahan mulai meneteskan hujan. Tentu saja ini membuat suasana disana menjadi sangat romantis. Perlahan hujan deras mulai membasahi area disekitar cafe dan membuat lampu - lampu kecil disana mulai dihidupkan karena awan hitam yang membuatnya menjadi gelap. Disaat hujan sudah mengguyur dengan begitu derasnya aku mulai merasa sedikit kedinginan karena posisi cafe yang berada diatas ketinggian yang bisa dikatakan cukup tinggi, membuat hawa dingin begitu cepat dirasakan. Disisi lain terlihat tiwi mulai menggosok - gosokkan kedua telapak tangannya yang berarti dia juga merasa kedinginan.
"dingin ya wi" ucapku melihat tiwi yang mulai kedinginan.
"hehehe...iya rel, kamu ga dingin?" balasnya dengan posisi telapak tangan yang digesek satu sama lain dan sesekali dia miniupnya seperti orang yang ingin meniup balon.
"lumayan juga sih" ucapku agar terlihat kuat dihadapan tiwi padahal sejujurnya aku sangat kedinginan.
Perlahan aku mulai merapatkan kursiku kearah tiwi. Sedikit demi sedikit hingga pada akhirnya kursi kami bertemu satu sama lain yang berarti posisi kami pada saat itu sudah sangat dekat. Melihat posisi duduk kami yang begitu dekat tidak membuat tiwi bertanya ataupun memberikan jarak. Apakah tiwi tidak menyadari atau hanya berpura - pura tidak sadar aku tidak tau namun yang pasti aku sudah sangat dekat dengannya. Posisi yang sangat dekat ini membuat aku merasa sedikit lebih hangat dari sebelumnya. Namun tiba - tiba tiwi tersadar.
"eh rel, kok udah nempel aja kursinya" wajahnya yang begitu dekat dengan wajahku, membuat jantungku kembali berdebar.
"ehhh iya wi, ga tau nih kok tiba - tiba begini ya" aku yang gugup mencoba sedikit menggeser kursiku namun tiwi kembali menariknya.
"udah ga apa apa rel" ucapnya dan melihat kearahku dengan tatapan manja yang membuatku menjadi bingung harus bagaimana.
"serius wi?" aku yang terheran - heran hanya mengikuti kemauannya saja.
"iya rel, duduk aja baik - baik" ucapnya dan kemudian melanjutkan tugasnya yang terlihat sudah hampir selesai. Aku yang bingung hanya manggut - manggut saja atas apa yang sudah terjadi barusan. Namun disaat tiwi sedang menulis, tangan kirinya terlihat sangat kedinginan karena dia terus saja menggerak - gerakkan jarinya dengan gerakan yang tidak tentu. Tanpa pikir panjang dan tanpa pemberitahuan sedikitpun, tangan kananku spontan meraih tangan kirinya tiwi dan menempelkan ke telapak tangannya. Tangannya terasa begitu dingin, hal ini membuat jantungku yang tadinya mulai normal namun sekarang kembali kepada mode getarnya. Perlahan tangan kami saling menggenggam satu sama lain, karena keadaan yang begitu dingin semuanya terjadi secara spontan. Aku yang tidak berani melihat kearah tiwi begitupun tiwi, terus saja saling menggenggam selama lebih kurang 10 menit yang membuat suasana saat itu begitu hangat dan romantis. Tanpa sepatah kata yang terucap dari mulut kami berdua, kami hanya menikmati setiap genggaman itu hingga pada akhirnya tiwi perlahan melepaskannya.
"rel, aku udah siap" ucap tiwi tanpa melihat kearahku.
"oh iya, kamu engga makan wi?" ucapku yang merasa sedikit lapar karena hari terasa cukup dingin namun hujan sudah mulai reda.
"hmmm.. Ngemil aja deh kayaknya rel" sembari tiwi membereskan kertas - kertas yang bergeletakan diatas meja.
"yaudah aku pesanin nugget sama sosis aja ya" aku berdiri menuju kearah kasir dan memesan makanan yang ingin kami makan. Kemudian kembali menuju ketempat duduk.
"udah aku pesan wi, bentar lagi diantar" ucapku kembali duduk dengan posisi sudah mulai berjarak dengan tiwi. Aku merasa terlalu cepat untuk melakukan hal yang seperti tadi kepada tiwi.
"oke rel, makasi ya" balasnya dengan sedikit menatap kearahku dan kembali memalingkan pandangannya. Terlihat sangat jelas kalau tiwi masih memikirkan hal yang sudah terjadi tadi.
"iya sama - sama tiwi" ucapku masih terus memandanginya tanpa henti.
Sekitar 5 menit kami berdiam tanpa sepatah kata, tidak tau apa yang dipikirkan oleh tiwi. Tiba - tiba timbul didalam pikiranku untuk mengutarakan perasaanku kepadanya. Namun aku yang masih sangat gugup mencoba menenangkan diri terlebih dahulu sembari menyusun kata - kata untukku sampaikan kepadanya. Setelah cukup lama aku berpikir, aku memberanikan diri untuk menyampaikannya kepada tiwi.
"wii." aku memanggil tiwi yang sedang memainkan ponselnya namun kemudian mematikannya setelah aku panggil.
"hmm..iya rel, ada apa?" tiwi mulai berani melihat kearahku.
"hmmm.. Gini wi, ga tau ya ini terlalu cepat atau terlalu lambat" aku menggantung ucapanku karena aku merasa cukup gugup.
"maksudnya rel?" tiwi yang terlihat mengerti maksudku terus memandangku dengan tatapan yang dalam, tentu saja itu membuat aku semakin gugup.
"hmmm... Aku suka sama kamu wi, mau ga kamu jadi pacar aku" spontan saja aku mengucapkannya dengan debar jantung yang sangat kuat dari sebelum - sebelumnya dan membuat tiwi terdiam.
"apa rel? Kamu nembak aku?" tiwi yang terkejut dengan ucapanku itu seolah - olah tidak percaya.
"iya wi, aku nyaman sama kamu" sesekali aku kembali melihat kearah tiwi yang dari tadi terus memandangiku.
"aduuhh, gimana ya rel."tiwi terlihat ragu akan menjawab atas apa yang sudah aku ucapkan.
"iya ga papa kok wi, mungkin aku terlalu cepat ngucapinnya ke kamu" merasa perasaanku ditolak dan aku merasa dadaku terasa sangat sesak.
"terlalu cepat apanya rel, terlalu lambat malahan" tiwi tersenyum kearahku.
"maksud kamu wi?" aku yang merasa bingung dengan jawaban tiwi kembali menatap kearahnya.
"kenapa baru sekarang kamu bilangnya? Padahal aku udah nunggu - nunggu dari lama." terlihat senyum tipis menjadi sedikit melebar itu yang memperlihatkan deratan gigi tiwi yang terlihat sangat rapi itu, membuat aku berpikir kalau tiwi menerimaku.
"jadi kamu narima aku wi?" aku masih tidak percaya atas jawaban yang diberikan tiwi.
"hmmm.."tiwi mengangguk tanda dia menerimaku untuk menjadi pacarnya.
"serius wi?" mataku mulai melotok kearahnya seolah - olah tidak percaya dengan jawab tiwi.
"iya sayang" balasnya dengan 1 anggukan dan mata yang terlihat sedikit menutup. Aku masih tidak percaya dengan jawabannya dan terkejut dia memanggilku dengan panggilan sayang itu, membuat aku kembali bertanya.
"kamu ga bercanda kan wi?" wajahku yang sudah mulai memanas dan aku yakin sudah memerah seperti udang rebus itu, terus meyakinkan tiwi atas apa yang sudah dia jawab.
"iyaaaa farel sayang" jawabnya lagi dan membuatku yakin kalau sekarang dia sudah resmi menjadi kekasihku.
"makasi sayang" aku membalas panggilannya dengan malu - malu dan debar jantung yang sangat tidak menentu.
"sama sama sayang" senyum tiwi yang terlihat sangat bahagia dengan mata yang berbinar - binar.
Setelah aku mengungkapkan perasaanku pada tiwi dan membuat perasaanku menjadi sangat lega. Aku terus saja memandang ke arah tiwi dan tiwi juga memandang ke arahku dengan senyuman kebahagiaannya. Tidak tau harus berkata apa untuk mengungkapkan kebahagiaanku pada waktu itu. Sungguh sangat - sangat bahagia karena tau tiwi memiliki perasaan yang sama denganku. Setelah beberapa lama kami saling bertatapan, tiba - tiba pelayan cafe mengantarkan pesanan kami dan kemudian kami menyantapnya dengan penuh kebahagiaan dan saling bertatapan satu sama lain dengan senyuman yang tidak terputus - putus.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Anonymous
judulnya bikin deg - deg an cuy😂
2022-11-10
0
Lina Zascia Amandia
Like sudah mampir... smgt ya...
2022-11-10
0