Kamis , 16 September 2010, hari ini merupakan hari terakhir diminggu ini kami berkuliah. Biasanya para mahasiswa yang dekat dengan kampung halamannya akan mudik hingga hari minggu. Begitu juga dengan aku, namun besok hari ternyata aku masih ada kuliah tambahan dan terpaksa aku mengurungkan niat menuju kampung halamanku itu. Hari ini terlihat cukup mendung dengan gumpalan awan hitam yang tidak cukup pekat itu, berteriak seperti ingin segera mungkin memuntahkan air yang terdapat pada tubuhnya, padahal pada saat itu masih sangat pagi. Hari ini kebetulan aku ada 2 jadwal kuliah yang berdekatan dengan Tiwi karena kemaren dia memberitahuku kalau dia akan berkuliah pada pukul 08.00 dan pukul 10.00, aku yang juga ada jadwal kuliah di jam yang sama tentu saja mengajak tiwi untuk berangkat bersama agar aku bisa mencuri kesempatan untuk berduaan dengannya.
"wi , kamu udah siap?" ketikku dilayar ponsel yang cukup jadul dizamannya itu. Aku menunggu balasan tiwi sekitar beberapa menit, aku yakin dia sedang mandi atau masih berdandan karena aku sangat tau dia orang yang cukup lambat dalam hal berkemas - kemas, itulah yang baru aku ketahui selama beberapa minggu dekat dengannya.
"tinnunggg* bunyi nada dering ponselku tanda pesan masuk.
"iya rel, aku udah siap. Aku tunggu dibawah langsung ya" balasnya setelah 10 menit aku menunggu.
"oke wi" balasku singkat dan segera memasukkan ponsel kedalam saku jeans yang entah berapa hari belum aku cuci itu.
Aku dengan semangatnya langsung menghidupkan motor dan berangkat menuju kosannya tiwi. Selama diperjalanan mataku selalu memandang kearah langit yang sangat mendung itu, karena takut nanti akan hujan deras. Namun aku yang tidak cukup peka untuk membeli mantel, tetap saja melanjutkan perjalanan menuju kos tiwi. Ketika hampir sampai dikos tiwi terlihat dari kejauhan tiwi sudah menunggu didepan kos dengan binder berwarna pink yang dia peluk dibagian dadanya.
"yok wi langsung aja" ajakku kepada tiwi yang sudah berhenti dihapadannya.
"buru - buru amat rel" ucap tiwi sambil menaiki motorku.
"iya wi , kamu lihat tuh langit mendung banget" aku melihat kearah langit yang sangat mendung itu dan kemudian langsung menancap gas.
"iya juga sih" balasnya singkat.
Selama diperjalanan aku memacu motorku tidak terlalu kencang, karena aku tau kalau tiwi tidak suka dengan motor yang dibawa dengan kecepatan diatas rata - rata. Dia memiliki trauma yang cukup membuatnya takut menaiki motor apalagi dengan orang yang baru dia kenal. Kejadian itu terjadi ketika dia masih duduk dibangku SMP yang membuat bagian pantatnya terhempas karena terjatuh dari atas motor yang dibawa oleh tukang ojek langganannya. Trauma itu masih sangat terasa baginya sampai saat ini. Setiap aku menaikkan kecepatan motorku, selalu aku perhatikan gerakannya tangannya yang selalu mencengkram bagian bahuku tanpa dia sadari. Hal itu cukup membuatku nyaman karena dapat disentuh langsung olehnya, walaupun terkadang cengkraman itu cukup kuat yang membuat bahuku sedikit berbekas.
Setelah beberapa menit diperjalanan kami sampai digedung kuliah yang cukup baru karena masih terdapat beberapa ruangan yang masih belum bisa dipakai dan terlihat masih berantakan. Aku memarkirkan motor cukup jauh dari gedung itu dan kemudian berjalan menuju gedung berbarengan dengan tiwi.
"oh iya wi, kamu hari ini balik ke kampung ya?" tanyaku untuk memecah suasana yang cukup dingin itu.
"iya rel, kebetulan aku udah hampir 1 bulan ga pulang juga" jawabnya dengan posisi binder berwarna merah muda itu masih erat dalam dekapannya.
"udah lama juga ya, kok ga sekali seminggu atau sekali 2 minggu pulangnya wi?" tanyaku, kaki yang terus melangkah menuju ruang kelas melewati lobby - lobby gedung dengan pemandangan seragam putih hitam memenuhi lobby gedung disana karena tahun ajaran baru bagi para maba.
"sebenarnya sih emang gitu rel, biasanya aku pulang kampungnya sekali seminggu. Tapi karena ada sedikit problem , jadi aku tunda dulu aja untuk pulang kampungnya" dengan wajah yang sedikit berubah, aku berpikir kalau tiwi ada masalah yang cukup besar. "Kamu sendiri ga pulang kampung?" tanya tiwi untuk memperbaiki pikirannya yang tadinya seperti memikirkan sesuatu karena pertanyaanku.
"mungkin besok siang wi, soalnya jam 10 besok aku ada kuliah tambahan" jawabku sedikit kesal karena ada kuliah tambahan.
"terus nanti kamu jam berapa perginya wi?" tangga demi tangga kami lewati.
"jam 2 rel, aku pergi sama travel. Biasanya dia jemputnya dikosan" jelasnya, kemudian kami sudah sampai didepan kelas dimana tiwi akan kuliah dan aku melanjutkan langkahku menuju gedung sebelah karena aku berkuliah tidak satu gedung dengan tiwi.
"owh gitu, yaudah nanti kita pulang bareng ya" kemudian aku melambaikan tangan menuju ruangan kelasku.
"oke rel" balasnya dengan lambaian dan senyuman tipis yang cukup membuat detak jantungku berdebar.
"aduuhh senyummu naaakkk" gumamku kemudian membalikkan badan dan tanpa disadari aku juga ikut senyum sendiri sepanjang perjalanan menuju ruangan kelas.
Sekitar 4 jam lebih waktu perkuliahan sudah terlewati untuk hari ini, sudah waktunya aku menemui tiwi yang berada digedung dekat dengan lokasi aku memarkirkan motorku tadi.
"dimana wi" pesan singkat aku kirimkan untuk tiwi sambil berjalan menuju arah parkiran motor.
"di pos satpam rel" balasnya tidak sampai 1 menit setelah aku mengirim pesan.
"oke wi aku kesana" segera aku berjalan cepat menuju parkiran dan menjeput tiwi yang sudah menunggu dipos satpam.
"oke rel" singkatnya.
Diparkiran kemudian aku mencari kunci motor yang tadi aku merasa kalau sudah meletakkannya didalam saku kecil pada tas ranselku itu. Cukup lama aku mencarinya, tentu ini membuatku cukup panik dan kesal.
"waduuuhhh.. Kemana lagi nih kunci?" gumamku kesal sembari mencari kunci setiap saku yang ada pada tubuhku.
Setelah hampir 10 menit mencari ternyata kunci motorku terselip dibuku catatan kuliahku dan itu cukup membuatku lega.
"disini rupanya kau" ucapku kesal dan kemudian segera menuju ketempat tiwi sudah menunggu.
...****************...
*POS SATPAM*
Ditempat lain, percakapan diantara tiwi dan tya sembari menunggu farel datang terjadi cukup lama.
Tiwi : " kok lama banget ya farel datangnya" tiwi terlihat sangat kesal karena farel tak kunjung datang.
Tya : " sabar aja dulu wi, mana tau ada yang terjadi dengannya" tya menenangkan tiwi dengan lembut tentu seperti seorang sahabat.
Tiwi :" iya tya , tapikan sekarang udah hampir jam 1. Sedangkan tadi travel janjinya jam 1 lewat 10 menitan." tiwi yang semakin kesal terus saja berbicara.
Tya: " sebentar lagi dia datang kok, kamu tenang aja" sambil tya mengelus punggung tiwi yang sudah terlihat cukup tenang itu.
Oh iya wi , aku perhatiin kamu akhir - akhir ini makin hari makin dekat aja sama si farel itu." tya yang mulai kepo mulai melemparkan pertanyaan - pertanyaan yang membuat tiwi menjadi salah tingkah saat mendengarnya.
Tiwi: "apaan sih tya" wajahnya yang mulai memerah terlihat dijelas oleh tya.
Tya :" aaaalllaaahh... Pakai malu - malu segala nih anak, kalau iya bilang aja iya, jangan dikasih harapan lebih sama anak orang kalau emang ga mau" ucap tya seperti seorang ibu yang mengingatkan anaknya.
Tiwi :" hmmm...iya tya iyaaa"jawab tiwi dengan nada rendah berniat menenangkan tya
Tya :" ga iya iya doang ya, kau liat anak orang tuh udah tiap hari antar jemput kau. Jangan sampai bikin sakit hati anak orang ya. ingat tu pesan aku" logat medan yang sangat kental terdengar jelas ditelinga tiwi sedangkan gerimis sudah mulai turun.
...****************...
Setibanya aku dipos satpam dengan gerimis yang perlahan mulai turun menyapa Tiwi dan Tya.
"eh ada tya, ternyata kalian berdua ya" ucapku yang mengira tiwi sendirian saja dan telah membuatku khawatir.
"iya nih rel, kebetulan aja tadi ketemu dan liat nih anak sendirian aja disini" jelas tya kemudian pergi menuju gedung kuliah."aku duluan yaaa, daaah" tya melambaikan tangan kearah kami berdua.
"iya tya daahh" aku membalas lambaian tangannya.
"rel, kita bisa langsung kebawah sekarang ga?" tiwi seperti orang yang panik mengajakku untuk pergi saat itu juga.
"kenapa wi kok buru - buru amat, kan lagi gerimis" ucapku yang sedikit kaget melihat tiwi yang terlihat cukup panik.
"iya rel, travel udah hampir nyampe dikos aku" jelasnya sambil mondar mandir didalam teras pos satpam yang sempit itu.
"gapapa hujan - hujanan nih?" tanyaku karena hujan sudah mulai turun cukup deras.
"gapapa rel, tapi kamu gimana?" balasnya dan kemudian mengkhawatirkan aku. Tentu itu membuat aku menjadi salah tingkah karena merasa diperhatikan.
"udahh aku mah santai aja kali, lagian kapan lagi kan kita hujan - hujanan bareng" godaku melihat wajahnya yang terlihat panik namun sekarang sudah memperlihatkan senyum manis.
"oke deh kalau begitu" dengan senang hati tiwi berjalan kearah motorku tanpa memperdulikan hujan deras yang turun.
Tanpa berlama - lama, aku langsung saja memutar kunci motor dan segera pergi munuju kosnya tiwi. Aku sengaja tidak terlalu ngebut saat itu, karena ingin menikmati waktu berdua yang romantis ini. Jantungku yang saat itu berdebar dengan cukup kencang, membuat terpaan hujan dan angin tidak mampu membuat tubuhku merasakan kedinginan. Sedangkan tiwi berteriak - teriak yang entah apa yang dikatakannya, yang jelas dia terlihat sangat senang dengan hujan. Pada saat itu aku merasa hanya ada aku dan tiwi didalam perjalanan itu, setiap cucuran hujan yang membasahi tubuh menciptakan sebuah moment yang tidak akan pernah aku lupakan. Tanpa aku sadari kalau bajuku dan tiwi sudah basah kuyup. Kami hanya menikmati perjalanan indah itu, hingga tanpa disadari tiwi yang terlihat sedikit kedinginan mulai merapatkan tubuhnya kedepan mendekat kearahku. Tentu hal ini membuat aku terkejut dan membuat debar jantungku semakin kencang, namun aku hanya bisa terdiam. Bagaimana mungkin aku melarang orang yang aku dambakan untuk berdekatan denganku. Sentuhan hangat dari tubuh tiwi sangat terasa dipunggungku, ingin rasanya berlama - lama dibawah hujan deras ini asalkan bersama dengannya. Setelah beberapa lama dalam perjalanan, akhirnya aku sampai didepan kos tiwi dan ternyata travelnya sudah menunggu didepan kos.
"terima kasih ya rel udah mau nganter hujan - hujanan gini" ucap tiwi dengan senyuman yang sampai saat ini masih menjadi candu bagiku.
"iya sama - sama tiwi, santai aja"aku membalas dengan senyuman dan tatapan dalam yang membuat tiwi berpaling muka karena salah tingkah.
"aku kedalam dulu ya rel , mau ngambil barang" ucapnya kemudian berjalan menuju ke kamar kos.
"iya wi , hati - hati ya dijalan" balasku dan kemudian bersiap menuju kos dengan perasaan yang sangat bahagia.
Didalam perjalanan menuju kos aku hanya tersenyum dan selalu membayangkan senyuman tiwi yang begitu sulit untuk aku lewatkan. Padahal hujan pada saat itu masih sangat deras dan aku bahkan sama sekali tidak merasakan dingin, hanya berlapiskan kaos dan kemeja flanel. Hujan sederas itu aku tempuh tanpa perasaan dingin sedikitpun, seketika aku berpikir :
^^^"Sungguh cinta akan selalu menghangatkan, bahkan hujan badai sekalipun tak akan mampu membuatnya beku" (Farel,2022)^^^
Dengan menikmati derasnya hujan dan bayangan dari senyuman tiwi, tak terasa aku sudah sampai didepan kosanku. Segera saja aku masuk ke dalam kamar dalam keadaan baju yang basah kuyup dan kemudian langsung menuju ke kamar mandi. Selesai mandi dan mengenakan pakaian aku langsung saja menghempaskan tubuhku diatas kasur tipisku itu dengan perasaan yang sangat bahagia. Karena pada saat itu aku sendirian, jadi kos - kosan terasa sangat sunyi, hanya ada suara air hujan yang terus melanda kota ini sedari siang tadi.
Ketika berbaring , aku terus terbayang akan kajadian romantis yang baru saja terjadi. Mataku menatap ke langit- langit kamar dengan senyum yang sesekali terbentuk disetiap wajah Tiwi melintas dipikiranku. Setelah cukup lama aku menikmati lamunan itu, tak terasa tubuhku mulai merasakan hawa dingin dari hujan dan secara langsung menarik selimut yang sudah siap siaga dibagian bawah kasurku kalau sewaktu - waktu aku membutuhkannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments