Hutan pinus

Dengan keadaan perut yang sudah berisi, kami kembali malanjutkan perjalanan menuju pantai yang sudah lama kami rencanakan. Hiruk pikuk lalu lintas dikota tempat kami menuntut ilmu sangat padat di pagi itu. Suara klakson sangat keras dari kendaraan yang memenuhi jalanan itu , membuat aku dan tiwi hanya bisa fokus pada jalan saja. Dengan kecepatan sekitar 50 km/jam, aku terus menyelip setiap mobil dan motor ditengah padatnya jalanan itu yang membuat tangan tiwi mencengkram hebat pundakku. Jika tiwi sudah melakukan itu, aku tau kalau dia sedang ketakutan. Untuk menenangkannya, dengan sengaja aku memegang tangan kanannya yang menempel di pundakku dengan lembut menggunakan tangan kiriku. Sontak aku mulai merasakan deg deg kan karena aku sangat jarang memegang tangannya dengan keadaan sadar. Namun tangannya yang cukup berisi itu membuat aku candu dan sedikit mencubitnya dengan lembut. Tiwi hanya bisa diam saja tanpa sepatah katapun, entah karena dia suka atau karena dia masih saja ketakutan dengan keramaian dijalanan.

Setelah cukup lama aku menyentuh tangan lembutnya tiwi dan tangan kananku mulai terasa keram karena dari tadi aku mengendarai motor hanya dengan satu tangan saja. Namun aku sudah merasakan kalau tubuh tiwi semakin mendekat kearahku.

"apakah tiwi sadar kalau tubuhnya sudah sangat dekat denganku?"gumamku sembari mengendarai motor.

Kembali detak jantungku mulai tidak karuan, sepanjang jalan aku memikirkan kenapa dia sama sekali tidak ingin memelukku, secara aku ini kan sudah menjadi pacarnya. Mungkin saja dia malu atau mungkin butuh perintah dariku. Begitu banyak yang aku pikirkan tentangnya selama kami berada diperjalanan itu.

"rel, kok kamu diam aja dari tadi?" tiwi menepuk pundakku karena aku terlalu fokus mengendarai motor sejak tadi.

"ehh.. Engga apa apa wi, takut ga fokus aja nanti kalau banyak ngomong" ucapku sedikit kaget.

"kan bisa pelan - pelan aja bawa motornya, lagian sekarang masih jam 10 kok. Pantainya kan buka sampai sore, ngapain juga buru - buru" balas tiwi dengan posisi wajah sedikit mendekat kearah telinga kiriku yang membuat suaranya terdengar sangat jelas walaupun jalanan sangat ribut.

"iya juga sih" balasku singkat.

Karena tidak tau mau membicarakan apa, aku kembali memacu kendaraanku dengan sedikit lebih cepat dari sebelumnya karena jalanan sudah mulai sepi. Kembali tiwi mencengkram pundakku yang membuat aku terkejut lagi. Perjalan sudah memasuki perdesaan yang cukup asri membuat nafasku menjadi segar saat mencoba menarik nafas dalam. Perlahan aku mengulanginya karena memang sangat segar disaat pepohonan memenuhi bagian tepi jalan.

"wi , seger ya disini?" ucapku yang masih menikmati sejuknya udara disini.

"iya rel, seger banget ga kayak di kota" balas tiwi.

"coba aja tiap hari kita menghirup udara sesegar ini, pasti ga ada tuh yang namanya sesak nafas" ucapku sambil melihat tingginya pohon pinus.

"betul banget rel, jadi pengen lama - lama disini deh" ucap tiwi yang terlihat sangat menikmati perjalanan itu.

"aku juga pengen lama - lama disini, tapi bareng kamu" aku mulai melayangkan sedikit gombalan maut agar suasana menjadi semakin romantis.

"rel...relll.....kamu mulai lagi yaa" tiwi terlihat tersenyum disaat gombalanku melayang ketelinganya, terlihat sangat jelas senyum manisnya di kaca spion yang masih saja diposisi seperti biasanya. Terlihat pipi tiwi kembali memerah menandakan dia sedang berbahagia.

"apa tiwi? aku salah yaa?" balasku sedikit menoleh kearahnya.

"engga kok rel, kamu ga salah" ucap tiwi dengan melemparkan senyumannya kembali kearahku.

"ehh, kayaknya kita udah hampir sampai wi" ucapku karena aku sudah melihat plang yang menandakan kita sudah hampir masuk wilayah pantai.

" serius rel?" tiwi terlihat seperti tidak percaya. "aku kira kita masih jauh, ternyata udah jam 11 aja ya"

"iya serius sayang" ucapku meyakinkan tiwi.

"aaaahhh kamu rel" tiwi tersipu malu.

Sekitar 5 menit kita melewati hutan pinus itu, akhirnya sampailah kami dipantai tempat yang ingin kami tuju. Aku mulai memasuki gerbang pantai yang bertuliskan nama "Selamat datang di Pantai Bahagia". Mataku terus melihat kekiri maupun kekanan melihat sekeliling kawasan pantai ini. Terlihat cukup indah dengan beberapa perahu yang sudah tidak terpakai lagi terletak ditepi - tepi jalan yang membuat suasana pantai semakin terasa.

"rel, banyak perahu ga terpakai ya" ucap tiwi melihat apa yang aku lihat.

"iya wi, tapi keren juga sih" ucapku sembari mencari tempat parkiran.

Ketika aku sudah menemukan tempat parkiran, segera aku mengarahkan motorku kesana dengan membayar karcis terlebih dahulu.

"berapa bang?" ucapku kepada abang - abang yang aku yakin dia penjaga pantai ini.

"10 ribu satu orang dek" ucapnya dengan memberikan dua buah karcis kepadaku.

"ini bang" aku memberikan uang 20 ribu kepada abangnya dan memasukkan karcis kedalam saku depanku.

"makasi dek, silahkan menikmati tempat wisata kami" ucap abang - abang penjaga pantai itu dengan ramah.

"sama - sama bang" balasku kemudian mulai berjalan kearah tepi pantai yang sudah berjejer beberapa bangku, meja dan payung.

"yok wi jalan" ucapku kepada tiwi yang terlihat seperti masih asing dengan tempat ini.

"ehh yok rel" tiwi mulai mengikutiku.

Mataku terus memandangi setiap sudut pantai itu, mulai dari pepohonan yang tumbuh ditepi - tepi pantai, sampai ke ombak yang terus berdebur tanpa henti. Dalam keadaan matahari yang sangat terik itu aku tidak terlalu merasakan panas karena angin sepoi - sepoi yang menerpa kawasan itu terus saja menghampiri. Setelah menemukan tempat duduk yang cocok untuk kami menikmati pemandangan pantai ini, tiba - tiba ada pelayan yang datang membawakan sebuah menu.

"mau pesan apa kak?" ucap pelayan itu dengan menyodorkan menu.

"bentar ya kak" ucap tiwi sambil merain manu yang diberikan pelayan itu.

Sekitar 10 menit kami memilih menunya dan pelayan tersebut telihat mulai gelisah karena terlalu lama, aku dan tiwi pun sudah selesai menulis menu yang akan kami pesan.

"ini kak, maaf ya lama." tiwi memberikan secarik kertas yang berisikan menu yang ingin kami pesan.

"oke kak , gak apa apa kok" dengan sedikit senyum pelayan itu pergi meninggalkan kami.

Suasana pantai yang begitu sejuk membuat aku merasa sedikit mengantuk, aku melihat kearah tiwi yang terlihat sangat menikmati pemandangan pantai ditengah hari ini. Namun disaat cukup lama aku memandang tiwi, tiba - tiba dia melihat kearahku dengan tatapan yang berbeda dari biasanya.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!