Izinkan Aku Mencintai Istrimu (Bukan Jatah Mantan)

Izinkan Aku Mencintai Istrimu (Bukan Jatah Mantan)

Keputusan Elle

"Will you marry me?"

Lelaki muda dengan paras rupawan berlutut di hadapan kekasihnya, menyodorkan kotak beludru warna biru yang berisi cincin permata.

Dia adalah Reyvan Altan Arkatama, pemilik Arkatama Group—perusahaan properti terkemuka di Kota Jakarta. Di usia yang baru genap 30 tahun, dia sudah sukses dengan bisnis pribadinya. Tak heran banyak kaum hawa yang kagum dan terang-terangan mengejarnya.

Namun, Reyvan adalah pribadi yang dingin dan tertutup. Ia selalu menjaga jarak terhadap orang-orang yang menurutnya tidak penting, terlebih pada wanita yang berniat merayu. Selama ini, satu-satunya wanita yang berhasil meluluhkan hatinya hanyalah Elleane Zee—gadis berdarah Spanyol dengan mata biru menawan.

Kini, di hadapan Reyvan, Elle terlihat gusar. Mata birunya mengerjap cepat seiring remasan di ujung gaun yang begitu kuat. Bibir mungil nan ranum hanya bergerak pelan, tak menyuarakan kalimat atau sekadar gumaman singkat.

"Elle," tegur Reyvan dengan senyum yang tetap mengembang.

Elle tak menyahut, hanya memejam sesaat, lalu mengambil alih kotak beludru yang ada di tangan Reyvan. Meski sedikit tremor, tetapi ia berhasil melakukannya dengan baik.

"Maaf, Rey. Aku tidak bisa menerima ini." Elle menutup kotak beludru dan meletakkannya begitu saja di atas meja—di antara lilin-lilin kecil yang menjadi saksi dinner romantis mereka.

Reyvan terkejut. Dia tak menyangka Elle akan menolak lamarannya, mengingat hubungan mereka yang sudah terjalin selama dua tahun. Selama itu, tidak ada pertengkaran atau selisih paham yang besar, justru kisah manis yang terbingkai indah dalam setiap harinya.

"Elle, candaan ini tidak lucu." Reyvan bangkit dan menatap paras kekasihnya.

Elle adalah gambaran wanita yang sempurna. Postur tubuhnya ideal dengan kulit yang putih nan mulus. Hidung mancung, bibir mungil ranum, serta mata biru bening yang berpadu dengan bulu-bulu lentik. Di samping wajah dan tubuh yang penuh pesona, Elle juga dianugerahi rambut yang indah—panjang bergelombang dengan warna cokelat terang.

"Apa aku terlihat bercanda?" tanya Elle.

Reyvan terdiam. Sejak tadi Elle tidak mengulas senyuman, justru wajahnya dipenuhi gurat keseriusan. Namun, mengapa? Apa salahnya?

"Duduklah! Aku ingin bicara," perintah Elle.

"Elle." Reyvan masih terdiam di tempatnya.

Dia berusaha menyelami mata biru Elle yang malam ini penuh kemelut. Akan tetapi, sang empunya tak memberi sempat. Hanya dalam hitungan detik, Elle sudah membuang pandangan.

"Duduklah!" perintah Elle untuk kedua kalinya.

Tak ada pilihan, Reyvan kembali duduk di tempatnya. Dengan perasaan yang masih kacau, dia menatap setangkai mawar putih yang tadi menjadi pemanis dalam hidangan mereka. Masih terngiang jelas betapa indahnya senyuman Elle ketika mereka menyantap hidangan, tetapi dalam waktu singkat senyum itu hilang dan berganti sikap dingin yang asing.

"Aku ingin kita berakhir, Rey. Aku tidak bisa lagi melanjutkan hubungan ini."

Ibarat petir di antara terik matahari, ucapan Elle bagaikan belati yang menusuk tepat di ulu hati.

"Kenapa? Apa salahku?" tanya Reyvan dengan tatapan tajam.

"Kamu tidak salah, hanya saja perasaanku sudah berubah. Aku tidak mencintaimu lagi, Rey. Aku sudah bosan dengan hubungan ini," jawab Elle tanpa menatap Reyvan sedikit pun.

Dada Reyvan bergemuruh hebat melihat sikap Elle yang sangat tenang. Emosi yang sedari tadi dipendam, sekarang mendesak untuk diluapkan. Dengan tangan yang mengepal, Reyvan bangkit dan menghampiri kekasihnya.

"Pendengaranku terganggu, coba katakan sekali lagi!" geram Reyvan.

"Jangan menyulitkan! Soal hati tidak bisa dipaksakan. Jika cinta sudah tidak ada, untuk apa bertahan?" ucap Elle. Kali ini, dia makin berpaling, sehingga Reyvan tak bisa melihat bagaimana ekspresinya.

"Kamu tidak boleh pergi dariku! Kamu mencintaiku, Elle!" Reyvan membentak sambil mencengkeram lengan Elle.

"Itu dulu, tidak untuk sekarang," sahut Elle.

"Sekarang pun kamu masih mencintaiku. Jangan bicara dusta, katakan apa yang sebenarnya kamu sembunyikan, Elle!" Reyvan menarik tangan Elle dan memaksanya bangkit. Kini, mereka berdiri berhadapan dengan jarak yang dekat.

"Aku tidak berdusta. Rasa cinta itu sudah hilang dan aku merasa bosan dengan hubungan ini," jawab Elle dengan pandangan yang tetap berpaling.

"Tatap mataku dan katakan kamu tidak mencintaiku, Elle! Jika kamu bisa melakukannya, maka aku akan percaya." Reyvan meraih dagu Elle dan memaksa gadis itu untuk menatapnya.

Cukup lama Elle terdiam, sekadar bola matanya yang bergerak-gerak. Reyvan menatapnya dengan lekat, berusaha mencari jawaban atas perubahan sikap yang kontras. Namun, mata itu penuh kemelut yang tak bisa diselami. Reyvan hanya menemukan setitik kebencian yang terselip di permukaan.

"Kamu tidak bisa mengatakannya, kan?" Reyvan tersenyum getir. "Elle, hal apa yang membuatmu seperti ini? Katakan padaku," sambungnya.

"Aku tidak mencintaimu lagi, Rey. Aku ingin pisah darimu," ucap Elle setelah puluhan detik beradu pandang dengan Reyvan.

Reyvan tersentak mundur, bahkan cengkeramannya turut mengendur. Dia tak menyangka Elle berhasil mengatakannya walau dengan suara yang sedikit gemetaran. Itu artinya, perasaan Elle memang berubah. Padahal, beberapa saat lalu Reyvan yakin bahwa Elle masih mencintainya.

"Kenapa?" bisik Reyvan.

"Jangan tanyakan alasan. Ini pilihan hati, aku tidak bisa mengendalikan. Seperti dulu saat aku mencintaimu, semuanya mengalir begitu saja. Sekarang pun demikian, perasaanku berubah dengan sendirinya," terang Elle.

Reyvan tak berkata-kata. Dia hanya menunduk sambil menenangkan gemuruh dada yang makin menjadi.

"Yang harus kukatakan sudah kukatakan. Jadi ... aku pergi," pamit Elle tanpa menghiraukan kekecewaan Reyvan.

Elle melangkah pergi selagi Reyvan masih bergeming di tempatnya. Dia terlalu angkuh dan tak mau menoleh, sehingga tak melihat ekspresi sendu yang terlukis jelas di wajah Reyvan.

Beberapa detik kemudian, Reyvan menoleh dan menatap punggung Elle yang makin jauh darinya. Tak ada sepatah kata atau sekadar tatapan sekilas, yang Elle sisakan hanyalah bunyi ketukan high hells yang makin samar.

"Kamu sungguh kejam, Elle!" bisik Reyvan.

Lantas, dia menatap meja makan yang masih dipenuhi sisa dinner romantis. Kemudian, matanya terpaku pada kotak beludru yang dicampakkan Elle. Perlahan, Reyvan mengambilnya. Lalu membuka dan memandang lekat cincin permata yang dia pesan khusus pada desainer ternama.

"Kupikir malam ini kita akan melewati sesuatu yang manis, tapi ternyata ... ah, janjimu palsu, Elle," batin Reyvan.

_____________

Tepat tengah malam, Elle tiba di rumahnya. Entah ke mana saja dia, padahal meninggalkan Reyvan sekitar jam delapan.

Elle melangkah cepat memasuki pintu utama. Dia lelah dan ingin tidur secepatnya. Namun, niat itu tertunda karena kehadiran sosok rupawan yang berjalan dengan kursi roda.

"Kamu belum tidur?" tanya Elle dengan gugup.

"Kamu dari mana?" Lelaki itu balik bertanya, lengkap dengan tatapan tajam dan menelisik.

"Aku lembur, di kantor sedang sibuk," jawab Elle.

Lelaki itu tak menjawab, hanya berpaling sambil tersenyum masam. Dia tahu Elle sedang berbohong, karena mana mungkin bekerja dengan mengenakan gaun mewah.

"Selama ini, Elle-ku tidak pernah bohong. Apa sekarang sudah berubah?"

Mendengar sindiran itu, Elle langsung menjatuhkan tubuhnya di lantai, di hadapan sang lelaki. Lantas, Elle mendongak dan menatapnya dalam-dalam.

"Tidak ada yang berubah dengan diriku, aku tetap menyayangimu seperti dulu. Jika hari ini aku berbohong, itu karena kejujuran terlalu menyakitkan." Elle memberikan penjelasan sambil mengusap air mata yang jatuh tanpa permisi.

"Apa kamu___"

"Tidak." Elle menyahut cepat sembari menggeleng.

"Baguslah." Lelaki itu tersenyum, lalu meraih kepala Elle dan merebahkannya di pangkuan.

"Aku sangat menyayangimu. Aku tidak rela jika kamu melakukan itu," sambungnya.

"Tidak akan."

Usai menjawab singkat, Elle memejam dan menikmati sentuhan lembut di puncak kepalanya. Namun bukannya tenang, dia justru sesak dan sakit, hingga air matanya tumpah dan membasahi pangkuan sang lelaki.

"Kenapa menangis? Kamu ada sesuatu yang disembunyikan dariku?"

"Tidak ada, hanya ingat masa lalu." Elle kembali berdusta.

"Ingat sewajarnya, jangan berlebihan! Kamu harus fokus pada masa depan." Lelaki itu bicara sambil menggenggam erat tangan Elle, menunjukkan bukti kasih yang tidak main-main.

"Iya." Elle mengangguk pelan.

"Maafkan aku yang tak menghiraukan ucapanmu. Aku mengambil jalan yang sangat kamu larang. Tapi, aku tidak ada pilihan lain," sambung Elle dalam batinnya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Dewi Sariyanti

Dewi Sariyanti

baru awal udah kepo bgt

2022-11-07

1

Nazwah Nazwah

Nazwah Nazwah

hadir

2022-10-13

1

pipitW⃠✰͜͡v᭄085811558605

pipitW⃠✰͜͡v᭄085811558605

cieee reyvan🤎🤎🤎🤎🤎🤎💚💚💚💋💋💋

2022-09-16

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!