Memilih Cincin

Tepat tengah hari, Reyvan dan Izal tiba di Kantor Arkatama. Namun, hanya Reyvan yang turun dari mobil, sedangkan Izal kembali pergi untuk menemui klien yang sudah menunggu di restoran luar kantor.

Dengan langkah tegap, Reyvan berjalan memasuki lift dan menuju ruangannya yang ada di lantai tujuh. Tak banyak karyawan yang dia temui, mungkin mereka sedang makan siang di bawah. Namun, ada salah seorang yang langsung menyambut sebelum dia masuk ke ruangan.

"Tuan Rey!"

Reyvan menoleh. Ternyata Zara yang datang. Dia adalah wanita muda yang cantik dan cerdas. Meski penampilannya sederhana, tetapi sangat memikat, terlebih jika sedang berbicara. Suaranya merdu, tetapi tidak mendayu, menjerat seseorang untuk kagum tanpa memikirkan hal tabu. Tak heran dia sangat sukses dengan jabatannya—supervisor marketing.

Reyvan terus menatap langkah kecil yang makin mendekat ke arahnya. Lantas, selembaran kertas cokelat berhiaskan pita disodorkan padanya.

"Ada undangan dari Perusahaan Shan Senor, tadi resepsionis menitipkannya ke saya," ujar Zara.

"Terima kasih." Reyvan menjawab seraya mengambil undangan tersebut. Lantas, membawanya ke dalam ruangan.

Shan Senor adalah perusahaan industri elektronik terbesar di negara ini. Konon kabarnya, sudah ada beberapa kantor cabang yang didirikan di negara tetangga. Namun, entah benar atau tidak, sang pemilik tak pernah memberikan klarifikasi. Satu hal yang pasti, hasil produksi Shan Senor sudah menguasai pasar internasional. Bukan hanya di Asia, melainkan juga di benua lainnya.

"Ulang tahun perusahaan," gumam Reyvan usai membaca lembaran tersebut.

Dia mengulum senyum. Sebuah penghargaan mendapat undangan resmi dari Shan Senor, mengingat perusahaan mereka bergerak di bidang yang berbeda, juga status sosial yang berada jauh di atasnya.

Reyvan tak akan melewatkan kesempatan. Dia pasti akan datang dan meninggalkan kesan yang baik, syukur-syukur ada celah untuk mendapatkan relasi baru.

Pada saat yang sama, di tempat yang berbeda, Elle duduk di bangku mobil sambil menggenggam tangan lelaki yang amat disayangi—Alroy Kenedrick Zee. Meski pikirannya sangat kacau, tetapi Elle berusaha setenang mungkin. Dia tidak ingin membebani kakak lelakinya.

"Kulihat-lihat sejak tadi kamu gelisah, ada apa?" tanya Alroy.

"Kamu akan pergi lama, tentu saja aku sedih. Aku pasti merindukanmu, Kak," dusta Elle. Sesungguhnya, saat ini dia sedang memikirkan sesuatu yang lebih dari rasa rindu untuk kakaknya.

"Doakan semuanya berjalan lancar, maka aku akan cepat kembali."

"Aku selalu berdoa untukmu. Tapi, aku takut Tuhan tidak menjawab doaku," jawab Elle.

"Kamu meragukan kebesaran Tuhan?"

"Tidak." Elle menyandarkan kepalanya di bahu Alroy. "Hanya saja ... kenyataan ini membuatku tak berani berharap lebih," sambungnya dalam hati.

Tak lama kemudian, mobil berhenti di bandara internasional. Sang sopir turun dan mengambil kursi roda di bagasi, lalu membantu tuannya untuk duduk di sana.

Kebetulan penerbangan mereka tidak lama lagi. Jadi, sang sopir langsung membawa tuannya ke ruang pesawat dan memastikannya aman di wheel chair. Setelah itu, dia kembali menemui Elle dan menyerahkan kursi roda padanya.

"Pastikan dia aman sampai tujuan. Kabari aku setelah kalian tiba di sana. Perkembangan sekecil apa pun ... sampaikan padaku," ucap Elle.

"Baik, Nona." Sang sopir mengangguk patuh. Lalu pergi meninggalkan Elle.

Sepeninggalan sopir, Elle menatap ke sekeliling, ke arah orang-orang yang berlalu-lalang. Lantas, dia tersenyum getir, merasa miris dengan hidupnya yang tak sebebas mereka. Ada lingkaran tak kasatmata yang menjebaknya dalam kerapuhan, bahkan untuk memperjuangkan cinta saja ia tak sanggup.

Ketika Elle masih merenung, tiba-tiba ponselnya berdering, satu nama kontak yang sangat dihindari terpampang di layar.

"Hallo," sapa Elle.

"Kau di mana, Elle?" tanya seseorang dari seberang sana.

"Aku masih di bandara, Kak Alroy baru saja masuk." Elle menjawab sambil memejam, berusaha menepis rasa sesak yang mengimpit rongga napasnya.

"Aku sudah menunggumu di Diamond."

"Bolehkah aku menunggu sampai Kak Alroy take off?" tanya Elle dengan penuh harap.

"Aku tidak suka membuang waktu."

Tanpa menunggu jawaban, orang tersebut memutus sambungan telepon secara sepihak. Elle mencengkeram ponselnya dengan erat. Dia ingin sekali meluapkan emosi, tetapi tidak tahu harus ke mana.

"Ahh!" geram Elle.

Dengan air mata yang hampir berjatuhan, Elle menyimpan kursi roda dan kemudian melajukan mobilnya. Meski hati tak pernah menghendaki pilihan ini, tetapi keadaan memaksanya untuk melakukan hal itu.

_____________

Setengah jam lebih menempuh perjalanan, rasanya sangat singkat bagi Elle. Maklum, dia tidak mengharapkan pertemuan dengan seseorang yang menunggunya di Diamond, bahkan jika boleh, ia ingin menghindari orang itu selamanya.

"Aku pasti kuat. Kalaupun tidak bisa membahagiakan diri sendiri, setidaknya aku bisa membahagiakan orang-orang di sekitarku," ucap Elle sebelum turun dari mobil.

Setelah hatinya lebih tenang, Elle melangkah turun dan mencuri perhatian beberapa pasang mata. Paras yang cantik dengan rambut cokelat terang, tampak anggun berjalan di bawah terik matahari. Postur tubuh ideal dibalut dress pendek warna merah, sangat serasi dengan kulitnya yang putih mulus.

Elle terus berjalan, tanpa memedulikan tatapan orang, baik yang menyiratkan kekaguman maupun kedengkian. Dia tak akan menambah beban dengan memikirkan tanggapan orang tentangnya.

Di kejauhan, Elle melihat sosok pria yang memiliki tatapan mematikan. Aura ketampanan masih terpancar jelas meski usianya tak lagi muda. Akan tetapi, Elle tak kagum sedikit pun. Dia sudah punya sosok pujaan yang senantiasa mengisi ruang hati, sekarang, esok, ataupun nanti.

"Maaf aku terlambat, tadi___"

"Pilih mana yang kau suka!" pungkas pria itu tanpa mau mendengarkan penjelasan Elle.

Elle mengembuskan napas panjang sambil menyelipkan anak rambut yang menghalangi pandangan. Lantas, dia mendekati etalase dan menatap lima cincin limited edition yang dipamerkan di sana.

Elle tak terlalu mendengarkan penjelasan pramuniaga terkait cincin itu. Entah desainernya, bahan-bahannya, atau harganya, tidak ada yang penting menurut Elle. Bahkan jika bisa, dia tak ingin mengambil salah satu dari cincin itu, juga cincin lain yang berkaitan dengan pria di sampingnya.

"Aku mau yang ini, Mbak." Elle menjatuhkan pilihan asal pada cincin dengan batu permata warna merah. Siapa sangka, ternyata cincin itu yang paling mahal.

"Pilihan yang sangat bagus, Nona. Di negara ini tidak ada duanya. Hanya ada sepasang dan tidak dijual terpisah. Anda sangat beruntung jika memilikinya, Nona," ucap pramuniaga dengan senyuman lebar.

Usai membalas senyum sekilas, Elle beringsut dan menghampiri prianya.

"Maaf, aku tidak tahu kalau ini yang paling mahal. Apa sebaiknya ditukar saja?" bisiknya.

"Ambil saja. Aku bukan pria miskin," sahut lelaki itu dengan cepat.

Elle memejam sesaat, berusaha meredam emosi yang lagi-lagi bangkit. Arogan karena kekuasaan membuat Elle makin muak dengan pria tersebut, terlebih lagi dengan sifatnya yang sangat pemaksa.

Setelah membayar cincin tersebut, pria itu menggandeng Elle dan mengajaknya menuju mobil.

"Berikan kunci mobilmu, biar dia yang membawa!" perintah sang pria seraya melirik sopirnya sekilas.

"Iya." Elle mengangguk.

Usai menyerahkan kunci mobil, Elle duduk di samping kemudi. Dia diam meski tidak tahu akan dibawa ke mana.

"Aku sudah memesan gaun terbaik untuk acara pertunangan kita. Kau jangan menolak! Acara kita dihadiri banyak orang dan aku ingin kau tampil menawan."

"Iya," jawab Elle

Dia pasrah karena tahu menolak pun percuma. Dalam kondisi ini, pria itu yang punya wewenang mengambil keputusan. Sementara dirinya, terima ataupun tidak, tetap harus terima.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

🌹YazmiN🌹

🌹YazmiN🌹

sampai sini aku mulai faham,, kerenn thorr tanpa ba bi Bu redersmu udah tau aja God job lah

2022-09-19

2

ria

ria

masih blm ngeeh sm ceritax..
msh dilema..

2022-09-16

2

🍀⃟🐝𝐑𝐢𝐞𝐍𝐚⁶⁹

🍀⃟🐝𝐑𝐢𝐞𝐍𝐚⁶⁹

oh elle terpaksa menolak rey krn ada sesuatu..

2022-09-12

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!