Sejak dulu sampai sekarang, Elle memang tidak bisa menjelaskan kesulitan keluarga secara detail karena Reyvan belum mengetahui keadaan Alroy yang sebenarnya. Elle masih merahasiakan hal tersebut.
Di sisi lain, Reyvan menggeram kesal. Dia sadar kemampuannya tidak sebanding dengan Maverick, bahkan tidak ada separuhnya. Mencari celah untuk melawan laki-laki tersebut, rasanya mustahil. Namun, dia juga tak mungkin diam saja, apalagi kini Elle sudah mengakui perasaan yang sesungguhnya.
"Ikhlas atau tidak, aku harus tetap menerima jalan ini, pisah denganmu dan menikah dengannya," ujar Elle beberapa saat kemudian.
"Elle___"
"Rey, menikah dengannya, mungkin aku bisa meski terpaksa. Tapi, menyerahkan kesucian yang selama ini kujaga ... aku tidak sanggup," pungkas Elle. "Ambil sekarang, Rey! Hanya kamu yang berhak mendapatkannya karena kamulah lelaki yang kucintai. Anggap saja ini kenangan manis sebelum kita berpisah."
"Elle, sadarlah! Itu dosa, kita tidak boleh melakukannya!" Reyvan mengguncang bahu Elle agar dia sadar bahwa hal itu tidak benar.
"Aku tidak mau menyerahkan ini pada Maverick, Rey! Aku tidak mencintainya!" teriak Elle.
"Tapi, kita juga tidak boleh melakukannya. Kita___"
"Jangan membuatku makin hancur karena merelakan kesucian ini untuknya! Aku tidak bisa, Rey!" potong Elle dengan nada tinggi.
"Jika aku tidak bisa menikahimu, maka aku juga tidak layak mendapatkan itu, Elle, meskipun kita saling mencintai," ucap Reyvan. Dia berusaha menyadarkan Elle dari pikiran konyolnya, yang mungkin timbul karena rasa putus asa.
Di luar dugaan, Elle mendorong tubuh Reyvan dengan keras. Karena tidak siap, lelaki itu terhuyung ke belakang dan nyaris terjatuh. Beruntung, ada dinding yang menopang berat tubuhnya.
Sebelum Reyvan tersadar dari keterkejutannya, tiba-tiba Elle mengeluarkan senjata api dari tas kecil yang sedari tadi menggantung di bahu.
"Ambil kesucianku atau aku akan bunuh diri sekarang juga!" teriak Elle dengan mata yang menatap tajam. Namun, dalam tatapan itu juga tersirat pilu yang amat besar.
Reyvan makin tersentak. Dia sampai kesulitan menelan ludah ketika melihat Elle yang cukup jauh darinya. Wanita itu mengarahkan pistol ke dadanya sendiri, dengan jari telunjuk yang siap menarik pelatuk. Dalam sekali sentuh, peluru panas akan bersarang di jantung Elle.
"Elle, jangan bertindak bodoh!" teriak Reyvan.
"Ambil kesucianku, maka aku bisa menganggap diriku tidak berharga. Dengan begitu, baru aku bisa melalui jalan ini. Rey, aku benci Maverick. Aku tidak rela jika dia mengambil hal yang paling berharga dalam hidupku," ucap Elle tanpa mengalihkan pistolnya.
"Tapi, tidak begini caranya, Elle! Turunkan senjata itu dan kita bicara baik-baik!" sahut Reyvan dengan cepat.
Elle menggeleng, "Tidak. Ambil kesucianku atau aku akan mati di hadapanmu!"
Raut wajah Elle menampilkan kesungguhan. Rupanya, kata-kata dan tindakannya tidak main-main. Hal itu membuat Reyvan makin panik. Dia dihadapkan pada dilema yang mustahil untuk dipilih.
Mengambil kesucian Elle adalah hal yang tidak mungkin Reyvan lakukan. Dia lelaki beragama yang punya moral. Jangankan melakukan hal seintim itu, mencium bibir saja tidak pernah ia lakukan.
Akan tetapi, membiarkan Elle bunuh diri juga sesuatu yang tak bisa dilakukan. Dia ingin Elle tetap hidup dan bahagia, dengannya ataupun dengan orang lain.
"Jika dalam lima detik kamu masih diam, maka kuanggap menolak. Aku akan___"
"Buang senjatamu, Elle! Aku akan menuruti keinginanmu," pungkas Reyvan. Dia berpura-pura mengiakan permintaan Elle agar wanita itu tidak terluka.
Perlahan Elle menurunkan pistolnya, tetapi tidak membuang seperti perintah Reyvan. Dia diam dan menatap Reyvan yang makin mendekat ke arahnya.
"Elle, buang pistolmu!" kata Reyvan ketika tiba di hadapan Elle.
"Aku akan menyimpannya." Elle menjawab sambil memasukkan pistol itu ke dalam tas.
"Kamu yakin dengan permintaanmu ini?" tanya Reyvan.
"Iya."
"Ikut aku!" ajak Reyvan. Dia menggenggam tangan Elle dan mengajaknya duduk di kursi kerja.
"Sebelum memenuhi keinginanmu, aku ingin bertanya beberapa hal. Tolong jawab dengan jujur!" ujar Reyvan sembari merengkuh tubuh Elle.
"Apa?"
"Apa Maverick mencintaimu?" tanya Reyvan.
"Kenapa kamu tanyakan itu? Aku tak peduli dia cinta atau tidak, yang jelas aku sangat benci dengannya!" Elle menjawab cepat.
"Aku ingin tahu."
Elle mengembuskan napas kasar, "Aku tidak tahu. Dia hanya bersikeras menikahiku, katanya butuh aku menjadi istrinya. Sekali pun belum pernah membahas cinta."
"Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" Reyvan kembali bertanya.
"Selain memaksaku menikah dengannya ... dia tidak bersikap kasar, tapi juga tidak ramah. Datar-datar saja," sahut Elle.
"Dia pernah menyentuhmu? Maksudku ... memeluk atau menggenggam tangan atau___"
"Hanya di depan publik. Jika sedang berdua, dia tidak pernah melakukan apa pun. Kami hanya berbincang seperlunya," pungkas Elle yang lantas membuat Reyvan berpikir keras.
"Kamu tahu apa alasannya kenapa memilih kamu sebagai calon istri?" selidik Reyvan.
"Katanya karena butuh aku," jawab Elle.
Reyvan diam dan mencerna penjelasan Elle.
"Rey, sudah malam, ayo kita lakukan! Aku harus kembali sebelum fajar menyingsing." Elle menunduk sambil mencengkeram kemeja Reyvan.
Reyvan mengeratkan pelukan sambil menilik wajah Elle yang sedikit terhalang rambut. Dia tahu Elle belum sepenuhnya siap melakukan apa yang ia pinta. Mungkin karena keputusasaan, jadi Elle berani meminta hal segila itu.
"Maaf, Elle. Aku tidak bisa melakukannya," tolak Reyvan yang sontak membuat Elle emosi.
"Kamu menipuku, Rey! Kamu___"
Reyvan membungkan mulut Elle dengan pagutan lembut. Reyvan juga mengunci tubuh Elle dengan rengkuhan erat, tak membiarkan celah sedikit pun untuk dia memberontak. Selama dua tahun menjalin hubungan, baru kali ini Reyvan melakukannya.
"Kamu percaya, kan, kalau Tuhan itu ada?" bisik Reyvan usai melepaskan bibir Elle.
"Tidak ada ujian yang melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Kita pasti bisa melewati ini tanpa melanggar larangan-Nya," sambung Reyvan dengan tatapan lembut.
"Aku percaya Tuhan itu ada. Tapi, aku tidak percaya bahwa Tuhan akan selalu berpihak padaku. Buktinya, selama ini aku selalu berdoa, tapi tidak sedikit pun harapanku menjadi kenyataan. Makin hari malah makin besar peluang Maverick untuk mencapai keinginannya. Sekarang aku tak peduli lagi dengan dosa, Rey!" Air mata Elle kembali tumpah. Saat ini, iman dan jiwanya benar-benar goyah.
"Tapi, aku peduli. Aku___"
"Kenapa kamu tidak bisa mengerti, Rey!" pungkas Elle dengan bentakan.
Lantas, dia menjatuhkan kepalanya di dada Reyvan. Dengan tangis yang makin menjadi, Elle mengutarakan perasaan terdalamnya.
"Meski tidak yakin, tapi aku berharap suatu saat bisa berpisah dengan Maverick. Lalu, kita kembali seperti semula. Tapi, jika tubuhku sudah dihinakan olehnya, bagaimana bisa aku kembali padamu? Itu sebabnya aku minta kamu mengambil kesucianku. Dengan begitu, kamu menjadi orang pertama yang menyentuhku. Andai suatu saat bisa lepas darinya, aku masih ada nyali untuk kembali padamu," terang Elle di sela-sela tangisnya.
Reyvan terkesiap. Kemudian, dia meraih dagu Elle dan memaksanya mendongak. Kini, wajah keduanya saling berdekatan, bahkan hangat napas pun bisa dirasakan dengan jelas.
Reyvan tak segera bicara, hanya menatap lekat mata biru yang teramat sayu.
"Aku masih memimpikan kebersamaan kita, Rey," bisik Elle.
"Aku juga. Tapi, kita tidak tahu apa yang sedang Tuhan rencanakan. Satu hal yang kuyakini, itu pasti sesuatu yang indah." Reyvan menangkup pipi Elle. "Elleane, aku mencintai seorang wanita tidak hanya pada selaput daranya, tapi pada semua hal yang ada padanya. Menerimamu dalam keadaan janda, jauh lebih baik daripada mengambil kesucianmu dalam keadaan zina," sambungnya.
"Kamu benar-benar menolak keinginanku?"
"Iya. Selain takut dosa, aku juga tidak tahu takdir apa yang sudah digariskan Tuhan untuk kita. Saat ini kita saling mencintai, tapi kita tidak tahu bagaimana nanti. Bisa saja Tuhan membalikkan hati kita, membuatmu mencintai Maverick dan membuatku mencintai orang lain. Jika benar demikian, bukankah melakukan hal itu akan menjadi penyesalan?" jawab Reyvan dengan panjang lebar.
Elle menatap Reyvan dengan lekat. Dari dulu, Reyvan memang mengedepankan logika. Berbeda jauh dengan dirinya yang sangat tunduk dengan cinta, bahkan rela menawarkan tubuh hanya karena cinta. Dalam mencintai, Reyvan tak pernah melewati batas wajar. Dia selalu menggunakan nalar di atas perasaan.
"Aku tidak akan pernah mencintai Maverick. Sampai kapan pun hanya kamu yang aku cintai, Rey. Entah nanti aku bisa pisah atau tidak dengannya, tapi perasaanku tetap untukmu, selamanya," ujar Elle dengan sungguh-sungguh.
"Semoga itu benar, Elle," batin Reyvan seraya mencium kening Elle.
Dalam hati, Reyvan menyusun banyak rencana—mencari tahu alasan Maverick menikahi Elle dan mencari jalan untuk melepaskan Elle dari paksaan itu. Namun, Reyvan menyimpannya sendiri karena tak ingin membebani Elle.
"Simpan ini sebagai kenangan manis sebelum kita benar-benar berpisah," ucap Reyvan usai melepaskan kecupan. "Jangan bertindak bodoh seperti tadi. Ada banyak orang yang menyayangimu dan tidak sanggup melihat kematianmu."
Elle tersenyum. Lalu, meraih kepala Reyvan dan menundukkannya sedikit, kemudian memberikan kecupan singkat di bibir Reyvan.
"Ayo kuantar pulang!" ajak Reyvan setelah Elle benar-benar tenang.
Elle mengiakan ajakan Reyvan. Lantas, keduanya melangkah bersama menuju parkiran.
"Maverick orang hebat, mungkin butuh waktu lama untuk membebaskanmu darinya. Tapi, meski rencanaku berhasil setelah kamu menikah, aku akan tetap mencintaimu, Elle. Selagi janjimu masih bisa kupegang, aku tak peduli dengan status jandamu," batin Reyvan sambil sesekali melirik Elle.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Rin Rin
reyvan terbaiiiiik
2024-01-21
0
Nani Wismarini
sungguh luar biasa iman Reyvan sungguh kuat👍👍
2022-10-14
1
ria
lanjut..
2022-09-16
1