Senja hampir menyapa dan Elle baru tiba di rumahnya. Kepulangannya disambut hangat oleh wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. Penampilan yang mewah dan elegan menunjukkan betapa tinggi kedudukannya.
Keluarga Elle memang keluarga yang terpandang. Dulu, perusahaan jasa yang mereka kelola sangat berkembang. Ya, setidaknya dulu pernah ada di posisi itu.
"Sayang, kenapa wajahmu kusut?" tanya Marissa—ibu Elle.
"Haruskah aku menjelaskan dengan detail, Mam?" Elle duduk di sofa dan meletakkan ke sembarang tempat paper bag yang dia bawa.
"Maaf. Mama tahu ini tidak adil untukmu, tapi ... ah, andai saja Mas Andres masih ada. Kamu tidak perlu mengalami hal ini, Elle," sesal Marissa.
Elle beringsut dan memeluk ibunya dengan erat, "Mam, jangan sedih. Papa sudah tenang di sana, kita jangan membebaninya. Aku tidak apa-apa, hanya butuh waktu untuk menerima semua ini."
"Maafkan Mama, Nak."
"Sudah, Mam, jangan sedih! Percayalah, aku baik-baik saja," ujar Elle.
Dia memejam sambil menghirup wangi chypre yang menguar dari tubuh ibunya. Niat hati mencari ketenangan, tetapi malah rasa sesak yang didapat. Tanpa sadar, air matanya berjatuhan, membasahi bulu lentik dan pipi yang seputih kapas.
"Ah dunia, terlalu keras kamu memperlakukan aku," ratap Elle dalam batinnya.
______________
Honda Civic warna silver metallic meluncur di tengah padatnya jalan kota. Dua lelaki yang ada di dalamnya, saling berbincang dan sesekali tertawa. Meski hal yang dibahas tidak berfaedah, tetapi mereka menikmatinya.
Mereka adalah Reyvan dan teman dekatnya—Ricko. Ricko adalah satu-satunya teman yang tidak memiliki pasangan. Petualangannya dalam dunia malam cukup liar, sehingga tak menganggap penting sebuah hubungan. Baginya, asal kebutuhan biologis tercukupi, persetan dengan pernikahan.
"Sampai kapan kamu kayak gini terus? Umur udah kepala tiga tuh, bentar lagi tua. Kamu nggak pengin kayak Leon dan Azriel? Bahagia mereka, udah pada tunangan, bentar lagi nikah." Reyvan menatap temannya sekilas. "Aku juga sebenarnya udah rencanain pernikahan, hanya saja ... entah ada apa dengan Elle," sambungnya dalam hati.
"Ribet, Rey. Aku nggak mau terjebak dalam ikatan yang penuh keegoisan," jawab Ricko.
Bukan tanpa alasan dia berpikir demikian, melainkan kisah kelam orang tuanya yang menyisakan trauma untuknya.
"Nggak semua pernikahan kayak gitu. Kalau kamu nikah sama wanita yang bener-bener tepat, nggak akan ada keegoisan atau semacamnya."
"Zaman sekarang, nyari yang tepat itu nggak mudah. Kelamaan nunggu malah karatan adekku. Lagian, sayang banget kalau cewek-cewek bening itu dianggurin. Selagi ada kesempatan yang 'sempit', kenapa enggak?" Ricko terkekeh-kekeh.
"Dasar sableng!" umpat Reyvan.
Dia tetap fokus dengan kemudi, tak peduli dengan tawa Ricko yang makin keras. Tak lama kemudian, Ricko menanyakan hal yang serius.
"Kamu kok tumben, Rey, ke acara kayak gini ngajak aku? Elle ada acara lain ya?"
Dalam beberapa detik, Reyvan hanya diam. Jangankan menjawab dengan kalimat panjang, menoleh pun tidak, seolah-olah pertanyaan Ricko sekadar angin lalu.
"Malah bengong. Kamu ada masalah sama Elle?" Ricko kembali bertanya.
Reyvan mengembuskan napas panjang, "Nggak ada. Dia hanya sibuk."
Ricko mengangguk. Namun, dia tidak percaya dengan jawaban Reyvan. Dia malah berpikir bahwa mereka sedang bertengkar.
Sepuluh menit kemudian, mereka tiba di Gedung Shan Senor. Suasana sudah ramai kala itu. Banyak tamu undangan yang hadir, baik dari kalangan atas maupun menengah. Reyvan dan Ricko berjalan menuju pintu masuk dan menyodorkan kartu undangan. Lantas, mereka bergabung dengan tamu yang lain.
Acara ulang tahun itu diselenggarakan secara besar-besaran. Reyvan takjub dibuatnya karena tokoh-tokoh penting turut hadir di sana, bahkan dia sempat menyapa secara terbuka. Sungguh kesempatan yang langka.
"Tumben bareng predator ini, Elle ke mana?" tanya Azriel ketika Reyvan menyapanya.
"Lagi sibuk dia, nggak bisa keluar," dusta Reyvan.
"Titip salam ya, Rey. Aku udah lama nggak ketemu dia," sahut Atana—tunangan Azriel.
"Iya. Nanti aku sampaikan." Reyvan tersenyum masam.
"Rencana lamaranmu kemarin gimana? Lancar, kan?" Leon ikut menimpali. Dia tahu dengan rencana Reyvan yang akan melamar Elle.
"Lancar." Reyvan menjawab singkat.
Lantas, dia pamit sebentar untuk menyapa rekannya. Namun, itu hanya alasan. Reyvan sengaja menghindar agar teman-temannya tidak banyak bertanya tentang Elle.
Reyvan mengambil minuman dan membawanya ke sudut ruangan. Dia ingin berdiam diri di sana, menenangkan pikiran yang lagi-lagi kacau karena bayangan Elle.
Akan tetapi, niat Reyvan urung karena sapaan seseorang.
"Tuan, Rey!"
Reyvan menoleh dan mendapati sosok pria dewasa yang masih terlihat tampan. Dalam balutan tuksedo warna silver, pria itu tampak gagah dan berkharisma.
"Terima kasih sudah berkenan hadir, suatu kebanggaan bagi saya, Tuan Rey. Semoga Anda menikmati acara ini," sambung pria yang menyandang nama Maverick Shane—pemilik Shan Senor. Dia bicara seraya mengulurkan tangan ke arah Reyvan.
Reyvan menyambut tangan tersebut dengan antusias. Bagaimana tidak, Maverick adalah orang besar yang sangat berpengaruh di negeri ini. Menjalin hubungan dengannya adalah impian hampir semua orang, termasuk Reyvan.
"Anda berlebihan, Tuan Erick. Justru saya yang sangat berterima kasih, Anda sudi mengundang saya secara resmi," ucap Reyvan dengan sedikit membungkuk.
Maverick terkekeh-kekeh, "Tanpa Anda, saya tidak seberuntung ini. Jadi, hal wajar jika saya mengundang Anda dan mengucapkan terima kasih secara langsung."
Reyvan mengernyit. Dia kurang paham dengan maksud ucapan Maverick. Namun, ketika hendak bertanya, pria itu sudah pamit undur diri. Reyvan hanya menggeleng dan kembali pada niat awal—duduk di sudut ruangan.
"Andai saja Elle masih ada di sampingku, pasti acara ini tidak membosankan," gumam Reyvan setelah cukup lama duduk seorang diri.
Reyvan memainkan gelas minumannya sambil mengingat hari-hari yang dilalui bersama Elle. Dalam acara seperti ini, Reyvan akan disuguhi wajah cantik dan senyum manis yang tiada duanya. Jangankan satu atau dua jam, sehari semalam pun tidak akan bosan.
Kini, tanpa ditemani Elle, Reyvan merasa hambar. Sambutan-sambutan yang disampaikan sama sekali tak didengar. Bahkan, Reyvan tak berminat melihat rupa seseorang yang menyampaikannya. Niat untuk mencari relasi baru pun, tiba-tiba turut kandas begitu saja.
"Ngapain juga tadi bareng Ricko. Coba berangkat sendiri, bebas mau pulang kapan aja. Bosan banget di sini," gerutu Reyvan.
"Tiba pada acara selanjutnya, saya akan mengenalkan seorang wanita yang sangat istimewa. Malam ini, kami akan bertunangan. Sengaja saya rayakan bersama acara ulang tahun perusahaan karena pesta pernikahan tidak lama lagi, hanya jeda dua bulan dari sekarang. Sudilah kiranya para undangan menyaksikan acara tukar cincin, lebih kami harapkan lagi, para undangan berkenan memberikan doa dan restu untuk kami."
Tepuk tangan terdengar riuh menyambut kabar gembira yang disampaikan Maverick. Setelah bertahun-tahun banyak tersebar gosip miring bahwa dirinya gay, malam ini Maverick berhasil mematahkan berita tersebut. Dia berhasil membungkam mulut orang-orang yang bicara tanpa bukti.
"Saya akan memanggil wanita istimewa saya. Mungkin, dia tidak asing lagi bagi sebagian orang yang ada di sini. Dia adalah Elleane Zee, putri bungsu Almarhum Andres Benedict Zee. Sayang, silakan kemari!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
N Wage
honda civic?
pernah jaya di masanya...lupa tahun berapa.90an kali ya?
2023-07-22
1
ria
sampe sini sdh ngeeh thor..tinggal masalahx knp elle milih maverick ninggalin reyvan..
hutang budikah?
2022-09-16
1
Kiki Sulandari
Dan hancurlah sudah hati Reyyan😭😭😭
Mengapa tiba tiba sajz Elle bertunangan dengan Maverick Shane?
Apa yg sebenarnya telah terjadi?
2022-09-11
1