"Aku nggak rela kamu dan Elle pisah gitu aja. Kalian itu sangat serasi dan saling mencintai. Kamu harus berjuang, Rey! Kamu masih cinta, kan, sama dia?" Suara Ricko sedikit meninggi.
Reyvan tersenyum miring, "Kalaupun masih cinta, aku nggak akan mengemis dan menjatuhkan harga diri di hadapannya. Aku laki-laki, Rick, nggak akan bodoh dan menjadi budak cinta. Papa dan Bunda membayar mahal untuk pendidikanku, jadi sudah seharusnya aku menggunakan logika dengan baik."
"Dasar keras kepala!" Ricko mengumpat sambil mengikuti langkah Reyvan yang makin cepat.
"Terserah apa pendapatmu." Reyvan menjawab asal.
"Baiklah, baiklah," sahut Ricko. "Mmm, karena udah nyerah sama hubungan, gimana kalau ikut duniaku aja? Seru loh." Ricko menaikkan kedua alisnya.
Reyvan memelotot tajam, "Aku belum gila!"
Ricko menanggapinya dengan tawa keras. Dia tahu temannya adalah penyanjung cinta, hanya saja egonya terlalu tinggi.
_______________
Di dalam rumah megah nan mewah yang serupa mansion, seorang pria sedang duduk di samping gadis kecil yang berwajah pucat. Tangannya dengan lembut mengusap pipi dan puncak kepala sang gadis.
Pria yang tak lain adalah Maverick terus menatap gadis kecilnya. Mata biru bening, rambut cokelat, serta hidung mancung dan bibir tipis, gambaran yang sangat menawan. Sayangnya, tubuh gadis itu terlalu kurus. Selain pipi cekung, tulang lehernya juga menonjol jelas.
"Apa yang kamu rasakan, Aurora?" tanya Maverick dengan lirih.
"Hanya lelah, Daddy."
"Tidak ada yang sakit?" Maverick kembali bertanya.
Aurora menggeleng, "Tapi, aku rindu Mommy. Kapan Daddy membawa Mommy pulang?"
Maverick tersenyum, "Sebentar lagi, Sayang. Daddy masih berjuang untuk membujuk Mommy. Kamu doakan saja semoga usaha Daddy lancar, ya."
"Pasti, Daddy. Aku udah nggak sabar pengin peluk Mommy, bermain bersama Mommy, jalan-jalan bersama Mommy, seperti ... mereka," ucap Aurora dengan kepala yang menunduk. Dia sedih setiap kali mengingat anak-anak lain yang bermain dengan orang tuanya.
"Sabar sebentar ya, Sayang. Nanti, setelah Mommy pulang, Daddy pastikan Mommy nggak akan pergi lagi. Mommy dan Daddy akan selalu ada untuk kamu." Maverick berkata sambil memeluk erat Aurora. Ada rasa pilu yang sangat menyesakkan setiap mengingat kisah kelam gadis kecilnya.
"Terlalu berat ujian yang diberikan Tuhan untukmu, Sayang. Maafkan Daddy yang menjadi kejam dan pembohong. Semua ini Daddy lakukan demi kebahagiaanmu," batin Maverick.
Usai menemani Aurora hingga terlelap, Maverick beranjak. Sebelum pergi, ditatapnya dengan lekat wajah mungil yang sedang damai dalam lelapnya. Lagi-lagi perasaan sakit mendera hati Maverick.
"Andai saja boleh menawar, lebih baik aku yang menggantikan sakitnya. Sedangkan dia, biarkan hidup bahagia tanpa menanggung beban," batin Maverick.
Dia mengedarkan pandangan ke ranjang Aurora. Boneka, sprei, selimut, semua tampak lucu dan menggemaskan. Namun, entah sampai kapan Aurora bisa menatapnya. Tanpa keajaiban, raga mungil tersebut tidak akan bertahan lama.
"Kenapa Engkau memadamkan bintang yang kuharapkan? Setelah menimpakan ujian yang teramat berat, apakah semua itu belum cukup?" Maverick berbisik sambil menatap langit-langit kamar.
Tak lama kemudian, dia kembali menunduk. Kali ini, perasaannya lebih kacau dari sebelumnya. Dengan langkah berat, Maverick beranjak dan berjalan menuju meja. Di sana, ada foto pernikahan antara dirinya dengan Devara.
"Mi Amor." Maverick mengusap foto tersebut. Tanpa sadar, matanya mulai berkaca-kaca.
Wajah cantik nan memesona dengan ciri khas wanita Eropa—mata biru dan rambut cokelat, sedang tersenyum manis di balik gaun pengantin yang mewah. Tangannya menggenggam bunga tulip merah yang indah, seindah binar matanya yang memikat.
"Terlalu singkat kebersamaan kita. Bahkan, aku belum sempat memenuhi separuh keinginanmu," ucap Maverick pada sebentuk wajah yang amat dirindukan.
Dengan perasaan yang tak menentu, Maverick menyandarkan punggung di sofa. Lantas, mendekap erat foto pernikahannya sambil memejam. Dalam sekejap, sekelebat bayangan silam memenuhi pikirannya.
"Aku ingin punya rumah dengan taman yang luas. Di sana, aku akan menanam bunga tulip merah sebanyak mungkin," ucap Devara ketika bersandar di bahu Maverick, 6 tahun yang lalu.
"Kenapa tulip merah?"
"Karena tulip merah melambangkan cinta yang abadi, cinta yang tanpa batas, cinta yang tak terpisahkan oleh apa pun. Aku ingin memiliki cinta itu, Mi Amor," jawab Devara.
"Tanpa menanam bunga tulip pun, kau sudah mendapatkan cinta itu. Aku adalah cinta sejatimu."
"Jika kita berpisah, apa kau masih mencintaiku?" Devara menatap Maverick dengan sendu. Mata birunya yang bening mendadak sayu.
"Kenapa masih meragukan hal itu, hmm?" tanya Maverick.
"Aku hanya takut."
"Tidak perlu menakutkan apa pun. Kau tahu, cinta kita tidak mudah. Hanya denganmu aku bisa berbagi cinta, dan hanya denganku kau bisa berbagi cinta. Sekarang ataupun nanti, bersama ataupun tidak, cinta kita akan tetap seperti ini, Mi Amor." Maverick bicara sambil merengkuh tubuh Devara.
"Terima kasih. Untuk pertama kalinya aku merasakan keadilan dunia."
Setelah itu, keduanya saling menatap dan mengutarakan cinta dalam sentuhan manis.
"Devara," bisik Maverick ketika mengingat hangat sentuhan Devara kala itu.
Setelah cukup jauh pikirannya mengembara, Maverick kembali bangkit dan menatap foto pernikahan yang masih digenggam.
"Maafkan aku, Devara, setelah ini akan ada pernikahan lain. Tapi, kau tahu jelas apa alasanku. Mungkin, kau bukan satu-satunya istriku, tapi tenanglah! Kau tetap menjadi satu-satunya wanita yang kucintai dan mencintaiku." Usai berkata demikian, Maverick mengembalikan foto tersebut ke tempat semula.
_________________
Hari demi hari telah berlalu menjadi minggu. Minggu pun terus berjalan dan berganti bulan.
Dua bulan penuh berpisah dengan Elle, tak membuat Reyvan hancur atau terpuruk. Meski tak dipungkiri hatinya sungguh remuk, tetapi logikanya masih berjalan dengan baik. Walau berubah menjadi lelaki yang lebih dingin, tetapi dalam hal bisnis dia berhasil melangkah lebih tinggi.
Reyvan mengobati luka hati dengan menyibukkan diri dalam pekerjaan. Lembur sampai larut adalah hal biasa sejak ia berpisah dengan Elle.
Tak terkecuali malam ini, Reyvan masih memeriksa laporan kemajuan proyek Royal Garden ketika jarum jam sudah menunjukkan angka sebelas. Hanya bertemankan kopi dan rokok, dia melakukan hal tersebut.
"Bagus." Senyum Reyvan mengembang sempurna ketika melihat proyeknya berjalan lancar.
"Selanjutnya, tinggal menyerahkan tugas ini ke Zara," sambung Reyvan.
Lantas, dia merapikan meja kerjanya dan bersiap-siap pulang. Namun, belum sempat Reyvan beranjak, tiba-tiba pintu diketuk dari luar.
Reyvan mengernyit heran. Pasalnya, selain satpam sudah tidak ada lagi karyawan yang lembur di kantor. Lalu, siapa gerangan?
"Siapa?" teriak Reyvan.
"Saya, Tuan Rey. Maaf, ada tamu yang memaksa bertemu Anda," jawab Radit—satpam di kantor Reyvan.
Reyvan bangkit dan bergegas menuju pintu. Dia makin heran, siapa kira-kira yang lancang bertamu di tengah malam?
"Siapa, Dit?" tanya Reyvan seraya membuka pintu.
Reyvan terpaku seketika saat melihat siapa tamunya, wanita cantik pemilik mata biru yang amat dikagumi. Dia adalah Elleane Zee—mantan kekasihnya.
Bersambung...
*Mi Amor\=Sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
ria
lanjuut..
2022-09-16
1
Kiki Sulandari
Aurora...anak Maverick,sedang menderita sakit,& istri Maverick telah wafat...
Malangnya nasib Maverick😥😥😥
Mengapa tiba tiba Elle menemui Reyyan?
2022-09-16
1
Kendarsih Keken
yupzzz aq masih di sini 🥰🥰
2022-09-13
1