Reyvan tersentak, bahkan tanpa sadar gelas minumannya jatuh ke lantai. Namun, dia tak peduli, justru langsung beranjak dan menatap ke atas panggung.
"Aku hanya salah dengar, kan?" batin Reyvan dengan napas yang memburu.
Akan tetapi, pendapat itu patah ketika sosok wanita cantik nan memesona naik ke atas panggung. Dalam balutan gaun warna light silver dan high hells warna senada, dia melangkah anggun dan menyambut tangan Maverick. Senyum mengembang di bibirnya yang ranum, seakan-akan tak ada beban yang ia simpan.
"Elle." Reyvan mengepal erat, sampai-sampai ujung kuku melukai ruas tangannya. Namun, dia tetap bergeming, hanya tatapannya yang makin tajam pada wanita di depan sana.
"Sayang, silakan sapa mereka sebelum kita melanjutkan acara!" ucap Maverick.
Dengan bodohnya, Reyvan berharap wanita itu menolak dan berlari ke pelukannya. Sebuah angan yang mengabur bersama kenangan-kenangan silam. Pasalnya, dengan ramah Elle menyapa para tamu undangan, juga dengan ramah mengenalkan diri sebagai calon istri Maverick Shane.
"Aku selalu membayangkan, suatu saat nanti aku memakai gaun dan mahkota yang indah. Lalu, kita bertukar cincin di hadapan banyak orang. Kita tunjukkan pada dunia bahwa kita saling memiliki. Pasti, rasanya sangat bahagia."
Reyvan makin geram ketika mengingat ucapan Elle pada waktu lalu. Elle memimpikan hal itu bersamanya, tetapi kini diwujudkan bersama orang lain. Mengapa? Apa salahnya?
"Rey, kok Elle bisa tunangan sama dia?" tanya Ricko yang entah sejak kapan berdiri di samping Reyvan.
"Aku pulang!" Reyvan melangkah pergi tanpa memedulikan panggilan Ricko. Dia juga mengabaikan teriakan Leon dan Azriel.
Dengan langkah cepat, Reyvan berjalan menuju mobil. Dia ingin pergi dari tempat itu sebelum emosi menggiringnya naik ke panggung dan menghajar Maverick.
Reyvan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia tak acuh meski pengendara lain kelabakan saat berpapasan dengannya. Keinginannya hanya satu, yaitu tiba di rumah secepatnya.
Reyvan bukan lelaki lemah yang akan bertingkah bodoh hanya karena cinta. Minuman keras, one night stand, apalagi obat-obatan terlarang, tak pernah ada dalam kamus Reyvan. Hanya rokok yang menjadi pelampiasannya. Tak terkecuali malam ini, benda itulah yang akan menemani.
"Ternyata ini, arti ucapan terima kasih yang dilontarkan Maverick tadi. Dasar duda tua!" umpat Reyvan dengan penuh emosi.
Dia yakin, Maverick mengetahui hubungannya dengan Elle, karena mustahil pria seperti dia tidak memeriksa latar belakang wanitanya.
________________
Dua hari telah berlalu sejak Maverick mengumumkan pertunangannya dengan Elle. Namun, berita tersebut masih menjadi topik hangat hingga saat ini. Bukan hanya surat kabar dan media sosial, saluran televisi pun turut menayangkannya. Maklum, kedudukan Maverick memang sangat tinggi.
Dalam dua hari ini, Reyvan hampir tak pernah menyentuh ponselnya. Ratusan chat yang masuk dibiarkan begitu saja, bahkan telepon dari Ricko dan Leon pun tak ada yang diterima. Reyvan menyibukkan diri dengan pekerjaan. Dia ingin melupakan Elle dan semua kenangan tentangnya.
Namun, entah keberuntungan atau malah kesialan. Pada saat pulang kantor, takdir mempertemukannya dengan Elle. Kala itu, Reyvan singgah sebentar di pusat perbelanjaan, hendak membeli parfume dan lotion. Tak disangka, dia berpapasan dengan wanita yang mengenalkannya pada arti cinta dan luka.
"Elle!" panggil Reyvan. Meski logikanya berteriak pergi, tetapi dia mendekat dan menyapa Elle. Rupanya, kali ini dia ditaklukkan oleh perasaan.
"Rey," gumam Elle, sangat pelan dan nyaris tak terdengar.
Elle melangkah mundur, tetapi Reyvan terus maju dan memangkas jarak dengannya. Sampai akhirnya, Elle tak berkutik karena punggungnya sudah merapat di dinding. Mau tidak mau, dia diam di sana dan menghadapi Reyvan yang sudah menatap tajam.
"Apa ini alasan kamu yang sebenarnya, Elle? Kamu meninggalkanku demi duda tua itu?" tanya Reyvan tanpa basa-basi.
"Kamu sudah tahu kebenarannya, jadi ya sudah, aku tidak usah mengelak lagi." Elle tersenyum sinis. "Iya, aku mencintai Maverick. Dia dewasa, bukan tua. Kami hanya terpaut 20 tahun dan itu tidak terlalu jauh," sambungnya.
"Dua puluh tahun sudah membuatnya layak menjadi ayahmu. Kenapa harus dia yang kamu pilih?"
"Memangnya kenapa? Dia baru 45 tahun dan masih terlihat tampan, lagipula ... dia juga kaya raya. Apa salahnya aku mencintai dia?" Elle mulai berani membalas tatapan Reyvan.
"Kaya? Apa harta yang membuatmu berubah haluan, Elle?" selidik Reyvan.
"Realistis aja, tidak ada wanita yang mengharap hidup susah. Begitu pun dengan aku," jawab Elle tanpa keraguan.
"Aku cukup kaya, tidak akan membuatmu susah apalagi kelaparan. Kamu tidak perlu mengorbankan diri untuk pria tua, sementara di sisi lain ada aku, lelaki muda yang siap memenuhi kebutuhanmu." Reyvan menyahut cepat. "Aku mencintaimu, Elle. Aku akan memberikan apa pun yang kamu mau. Tolong jangan pergi," sambungnya dengan lirih.
"Kalau yang kuminta pesawat pribadi dan rumah di atas kapal pesiar yang bisa membawaku keliling dunia, apa kamu sanggup?" tantang Elle.
"Elle___"
"Tidak, kan? Makanya, jangan menganggap dirimu tinggi, Rey. Dibandingkan Maverick, kamu tidak ada apa-apanya," pungkas Elle.
"Kenapa kamu berubah? Sejak kapan kamu menomorsatukan harta?"
"Sejak aku sadar bahwa kekasihku hanya lelaki miskin." Elle memicing. "Minggirlah, aku akan pergi! Antara kita sudah tidak ada apa-apa. Jangan mengusikku lagi!" sambungnya.
Elle mendorong bahu Reyvan, lalu pergi meninggalkannya begitu saja. Lima langkah kemudian, Elle menitikkan air mata. Namun, dia tidak berbalik, malah bergegas pergi sambil menyeka air matanya sendiri.
Sepeninggalan Elle, Reyvan terpaku di tempatnya, masih tak menyangka sang kekasih yang sangat dicintai tega melakukan itu.
Ketika Reyvan masih menatap Elle yang baru saja menghilang di balik rak, seseorang datang dan menepuk pundaknya.
"Kamu nggak bisa ngindar lagi," ucap Ricko.
Reyvan menoleh sebentar dan kemudian menunduk.
"Sorry, aku tadi nggak sengaja lihat kamu sama Elle. Aku tahu kalian bicara serius, jadi aku nggak nyapa, cuma ... nguping aja." Ricko tersenyum lebar.
"Sialan kamu," umpat Reyvan.
"Abisnya kamu diem mulu, aku kan jadi penasaran," sahut Ricko.
Reyvan mendengkus kesal. Lantas, dia melangkah dan mengambil asal lotion yang tadi belum sempat dipilih.
"Rencanamu selanjutnya gimana? Kamu nggak percaya, kan, sama ucapan Elle? Kamu tahu, kan, kalau dia sedang menyembunyikan sesuatu?" Ricko menghujani Reyvan dengan banyak pertanyaan.
Reyvan mengembuskan napas kasar, lantas berhenti dan berbalik ke arah Ricko.
"Kalaupun dia menyembunyikan sesuatu, aku nggak peduli. Dia memilih bohong, artinya nggak percaya lagi sama perlindunganku. Kasarnya, dia menganggapku lemah dan nggak bisa diandalkan dalam masalahnya," terang Reyvan.
"Jadi___"
"Intinya, aku nggak peduli dia mau jujur atau tidak. Sekali dia memilih keputusan ini, oke fine kami putus. Aku udah ngasih dia kesempatan bicara, tapi alasannya tetap mengecewakan. Jadi, ya udah, aku nggak berharap lagi," potong Reyvan.
Entah apa yang membuatnya menutup hati, sampai tak mau mencari kebenaran tentang kekasihnya. Mungkin rasa cemburu yang berlebihan atau mungkin kata-kata Elle yang terlalu pedas. Apa pun alasannya, yang jelas hati Reyvan sudah beku.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
ria
semangat rey..
2022-09-16
1
ria
the best km rey..pelarian rokok
2022-09-16
1
🌸 𝑥𝑢𝑎𝑛 🌸
Kasihan Elle ..... 😭😭😭😭😭
2022-09-12
3