Keesokan harinya, Elle terjaga dengan tubuh yang nyeri. Maklum, dia tertidur di balkon dengan posisi yang meringkuk.
Karena jarum jam sudah menunjukkan pukul 07.00, Elle lekas ke kamar mandi dan membersihkan diri. Usai mengganti baju dan menguncir rambut, dia keluar dan menuju kamar Aurora.
Namun, belum sempat dia tiba di sana, tiba-tiba Maverick sudah menegur. Lelaki itu baru saja keluar dari kamarnya. Wajahnya sudah segar dan rambut pun tampak basah. Dalam balutan celana pendek dan kaus santai, dia terlihat lebih muda dari usianya.
"Aurora mana?" tanya Elle.
"Masih tidur. Dia biasa bangun siang, sekitar jam delapan," jawab Maverick.
"Oh." Elle mengangguk pelan.
"Kemarilah!" ajak Maverick. Dia berbalik dan kembali masuk ke kamarnya.
"A-aku ... ke sana? Mmm, tapi, mmm___" Elle gugup seketika. Dia takut jika Maverick akan meminta haknya.
"Kau takut? Aku suamimu loh!" ujar Maverick dengan tegas.
"Ti-tidak, hanya ... hanya___"
Maverick berbalik dan mendekati Elle, "Kita sudah menikah. Kita akan hidup bersama sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Kau harus terbiasa dengan kehadiranku!"
"Iya. Maaf, aku tadi___"
"Masuk!" potong Maverick lengkap dengan tatapan tajam.
Tidak ada pilihan lain, Elle menurut dan masuk ke kamar Maverick. Aroma mint langsung menyeruak di hidung ketika pertama kali menginjakkan kaki di sana.
Elle belum berani mendongak. Dia hanya berjalan pelan dan kemudian berhenti di dekat sofa, sebuah tempat yang cukup jauh dari ranjang.
"Sini!" perintah Maverick. Kala itu dia sudah berdiri di sisi ranjang.
Elle gemetaran. Dia belum siap menyerahkan keperawanannya.
"Elle!"
"I-iya." Elle melangkah pelan ke tempat Maverick. "Aku tidak bisa melawan. Aku istrinya, hidupku dan keluargaku bergantung padanya. Ikhlas atau tidak, semua ini harus kuterima," sambungnya dalam hati.
Elle makin memangkas jarak dengan Maverick. Saat itu pula, air mata tak bisa dibendung lagi. Dia menangis, menyesali takdir yang baginya teramat pahit.
Ketika Elle sudah tiba di sisi ranjang, tanpa permisi Maverick langsung melepas kausnya, memperlihatkan dada bidang dan perut six pack. Sebentuk tubuh yang ideal, yang banyak diimpikan oleh kaum hawa.
Namun, Elle sama sekali tidak tertarik. Dia malah berpaling dan kemudian melangkah mundur.
"Tidak! Jangan lakukan sekarang. Aku belum siap!" teriak Elle dengan tangis yang makin pecah.
Maverick melempar kausnya ke atas ranjang, lantas menghampiri Elle yang terus menangis.
"Elle!"
"Jangan sekarang! Aku mohon!" Elle memeluk tubuhnya sendiri, menghalangi dadanya dari pandangan Maverick.
"Aku hanya___"
"Aku butuh waktu untuk melakukan itu. Tolong mengertilah! Aku janji tidak akan menghindar selamanya, tapi ... tapi saat ini aku benar-benar tidak bisa. Aku belum siap," pungkas Elle.
"Elle, tenanglah!" Maverick makin mendekat dan hendak memegang kedua lengan Elle. Namun, wanita itu langsung menepis tangan Maverick dan mundur dengan cepat.
"Aku mendengar suara tangis, mungkin itu Aurora. Aku akan melihatnya," kata Elle. Lantas dia bergegas keluar tanpa menunggu tanggapan Maverick.
"Elle! Elle! Ah, sial." Maverick menggerutu ketika panggilannya diabaikan.
Karena tidak ada tanda-tanda Elle akan kembali, Maverick kembali ke ranjang dengan kesal. Lantas dia mengambil sesuatu dari atas meja dan membawanya keluar. Sambil menenteng kausnya, Maverick ke lantai bawah dan menemui Rani.
Sementara itu, Elle bersandar di balik pintu kamar Aurora. Dia mengatur detak jantung yang tak karuan sambil mengusap air mata dengan telapak tangan.
"Dia tidak mungkin marah. Pasti paham kalau aku butuh waktu untuk menerima semua ini. Dia tahu aku masih mencintai Reyvan, pasti bisa mengerti kenapa sikapku begini." Elle menenangkan diri sendiri.
"Nanti saja aku minta maaf dan bicara baik-baik," sambung Elle sambil melangkah menuju ranjang.
Di sana, Aurora masih damai dalam tidurnya. Elle mencoba mendekat dan membelai lembut pipi cekung nan pucat.
"Semoga hadirku bisa membuatmu bahagia, Nak. Meski aku tidak senang dengan posisi ini, tapi demi kamu ... aku akan berusaha melakukan yang terbaik," batin Elle.
Dia tahu, sejauh ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan HIV AIDS, hanya mencegah perkembangannya saja. Dia juga tahu, betapa pentingnya menjaga pikiran tetap optimis agar daya tahan tubuh tidak down.
"Bukannya aku berprasangka buruk, tapi ... penyakit itu terlalu mengerikan. Apalagi kondisinya sudah seperti ini, aku yakin dia lebih dari stadium awal. Hanya keajaiban yang bisa membuatnya bertahan hingga dewasa." Elle membatin sambil tersenyum getir.
Usai membelai lembut pipi Aurora, Elle duduk tegak dan menilik apa saja yang ada di dalam ruangan, termasuk meja yang ada di samping ranjang kecil.
Di antara aksesori milik Aurora, Elle menatap sebingkai foto yang berukuran sedang. Elle mengernyit ketika menilik sebentuk wajah yang terpampang di sana—seorang wanita dengan rambut cokelat terang seperti dirinya.
Karena penasaran, Elle beranjak dan mendekati meja. Dia mengambil foto yang sempat mencuri perhatiannya.
"Mi Amor, Devara Valencia." Elle membaca sebaris tulisan yang ada di sudut bawah.
"Jadi, seperti ini wajah Devara. Apa ini yang membuat Erick bersikeras menikahiku?" gumam Elle.
Dalam foto itu, Elle melihat jelas bagaimana wajah Devara. Meski lebih dewasa, tetapi cukup mirip dengannya. Dari bentuk bibir, warna mata, hidung, rambut, dan postur tubuh, semua serupa. Hanya bagian gigi yang menjadi pembeda. Devara memiliki gigi kelinci, sedangkan dirinya tidak.
"Dulu aku tidak percaya dengan teori yang mengatakan 'di dunia ini ada tujuh orang yang serupa dengan kita', tapi melihat ini ... aku mendadak percaya dengan teori itu," ucap Elle sambil meletakkan kembali foto Devara.
"Daddy!"
Elle tersentak dan langsung menoleh ketika mendengar suara kecil nan serak, ternyata Aurora sudah terjaga.
"Aurora!" Elle tersenyum dan mendatangi putri sambungnya.
Cukup lama Aurora diam, hanya bola matanya yang menatap lekat ke arah Elle. Lantas, gadis kecil itu mengucek-ucek matanya. Setelah itu, baru dia bangkit dan tersenyum.
"Apa kau Mommy-ku?" tanya Aurora dengan polos.
Elle duduk di hadapan Aurora, "Iya. Aku Mommy, Nak."
Aurora tidak menyahut lagi, tetapi langsung menghambur ke pelukan Elle dan menangis.
"Aku sayang Mommy. Jangan pergi lagi ya, Mom. Aku janji akan jadi anak baik dan penurut. Aku janji nggak akan membuat Mommy kesal," pinta Aurora di sela-sela tangisnya.
Hati Elle teriris mendengar permintaan Aurora. Betapa rindunya dia pada sosok ibu, tetapi sampai lima tahun baru mendapatkannya. Itu pun hanya kebohongan, bukan ibu yang sebenarnya.
"Maafkan Mommy, Nak, sudah meninggalkan kamu cukup lama. Kali ini, Mommy janji tidak akan pergi lagi. Aurora anak yang baik, mana pernah membuat Mommy kesal. Justru Mommy itu selalu sayang dan bangga sama Aurora," jawab Elle.
Saking ibanya dengan Aurora, dia sampai berani membuat janji. Tidak akan meninggalkan katanya, ah, bagaimana jika nanti Aurora benar-benar menuntut hal itu. Kandas sudah impiannya bersama Reyvan.
"Benarkah? Meski aku berbeda, Mom?" Aurora mengurai pelukan. Mata birunya yang buram menatap Elle dengan penuh harap.
"Tentu saja. Aurora adalah yang terbaik," jawab Elle.
"Aku sayang Mommy." Aurora kembali menghambur ke pelukan Elle.
Elle merengkuh tubuh kecil Aurora dengan erat, lantas mengusap lembut puncak kepalanya.
"Apa yang ada di pikiran kamu, Devara, tega-teganya meninggalkan bocah sekecil dia. Dengan penyakit yang dia derita, apakah sedikit pun tidak iba? Kamu seorang ibu, tapi begitu kejam, Devara," batin Elle sambil menatap foto Devara.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Nani Wismarini
emng kemana perginya Devara🤔
2022-10-14
1
Kiki Sulandari
Ternyata kemiripan wajah dengan Devaralah yg membuat Maverick bersikeras untuk menikahi Elle.....hanya demi kebahagiaan Aurora
2022-09-20
1
ria
terjawab sdh kenapa maverick pilih elle..ternyata mirip devara yg sdh lama meninggal..
kasiaan km aurora..
walau semua adlh kebohongn tp elle benar2 berhati mulia sbg ganti devara..
2022-09-18
1